BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat, dan juga di berbagai negara di dunia (Mokdad,dkk, 2000; WHO 2000).Telah diketahui bahwa obesitas berhubungan dengan penyakit vaskular dan berkenaan dengan Sindrom Metabolik (Ford, dkk 2002). Penelitian Soegondo (2004) menunjukkan bahwa kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas > 25 kg/m 2 lebih cocok diterapkan pada orang Indonesia, dan pada penelitiannya didapat prevalensi Sindrom Metabolik adalah 13,13%. Sedangkan penelitiannya yang lain, dilakukan di Depok (2001) didapati prevalensi Sindrom Metabolik sebesar 25,7 % pria dan 25 % pada wanita (Soegondo, 2004). Sedangkan di Amerika Serikat, Sindrom Metabolik meliputi hampir 25 % populasi usia 20 tahunan dan 45 % populasi usia 50 tahun, serta 43,5% pada populasi dengan usia 60-70 tahun (Ford, dkk 2002). Dalam penelitian Sattar, dkk (2003), pada West of Scotland Coronary Prevention Study, dari 6447 laki-laki didapat hasil bahwa partisipan yang
mempunyai 4 atau 5 kriteria dari Sindrom Metabolik mempunyai peningkatan resiko penyakit jantung koroner sebesar 3,7 kali lipat dan peningkatan resiko diabetes sebesar 24,5 kali dibandingkan dengan yang tanpa Sindrom Metabolik. Dalam penelitian Kivipelto, dkk (2005) dari 1449 pasien yang diamati selama 21 tahun, didapati bahwa pada pasien dengan obesitas, tekanan darah yang tinggi dan level kolesterol yang tinggi mempunyai peningkatan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada masa tuanya sebesar 6 kali lipat, setiap faktor resiko mempunyai nilai peningkatan sebesar 2 kali lipat untuk demensia atau penyakit Alzheimer dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai faktor resiko. Yaffe, dkk (2002) dalam studi observasinya terhadap 1037 wanita postmenopause selama 4 tahun menyimpulkan bahwa kadar yang tinggi dari LDL dan kolesterol total berhubungan dengan gangguan kognitif, serta usaha-usaha untuk penurunan level lipoprotein ini merupakan strategi mencegah terjadinya gangguan kognitif tersebut. Hasil penelitian tersebut juga mendukung penelitian sebelumnya Isomaa, dkk (2001) yang menyimpulkan bahwa pada orang dengan sindrom metabolik terjadi peningkatan resiko diabetes dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Faktor resiko kardiovaskuler dan metabolik seperti hipertensi dan diabetes telah banyak dihipotesakan berperan dalam hal patogenesa dari penyakit Alzheimer terutama dalam perkembangan demensia vaskuler (Yaffe, 2004). Black, dkk (1990) mengidentifikasi bahwa resistensi insulin sering dijumpai bersamaan dengan adanya hipertensi. Dari semua individu yang hipertensi, 30% sampai 50% adalah mengalami resistensi insulin dan hiperinsulinemi. Berdasarkan teori hiperinsulinemi dan resistensi insulin dapat mempengaruhi fungsi kognitif melalui lebih kurang 2 mekanisme. Pertama, hiperinsulinemi dan resistensi insulin dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit serebrovaskuler. Kedua, telah diketahui bahwa pada keadaan hiperinsulinemia, insulin dijumpai di daerah otak dimana ia berperan sebagai neuromodulator penghambat aktifitas sinap (Kuusisto dkk, 1993). Gregg, dkk (2000) melalui studi kohort prospektif selama 3-6 tahun mendapati bahwa diabetes mempunyai hubungan yang signifikan dengan fungsi kognitif pada level yang rendah, dan juga terdapatnya penurunan fungsi kognitif pada populasi wanita umur 65 tahun keatas. Cournot, dkk (2006), melakukan suatu studi cross-sectional dari tahun 1996-2001 terhadap 2.223 pekerja yang nondemensia dengan rentang usia
32-62 tahun, setelah dilakukan adjustment terhadap faktor usia, sex, tingkat pendidikan, tekanan darah dan faktor psikososial, didapati hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh yang tinggi dengan skor tes kognitif yang rendah. Dalam penelitian Busse, dkk (2006) setelah pengamatan selama 6 tahun dan berdasarkan tes-tes neuropsikologi yang dilakukan di daerah selatan Leipzig, dari 980 partisipan yang berumur 75 tahun atau lebih dan bebas demensia didapat hasil bahwa setiap subtipe MCI berhubungan dengan peningkatan resiko dari tipe demensia. I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya? I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan:
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya di RSUP.H.Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui karakteristik dari komponen Sindrom Metabolik pada kelompok usia paruh baya. 3. Untuk mengetahui distribusi Sindrom Metabolik pada jenis subtipe MCI 4. Untuk mengetahui hubungan tiap komponen dari Sindrom Metabolik dengan MCI I.4. HIPOTESIS Ada hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya.
I.5. MANFAAT PENELITIAN Dengan mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya, maka dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk membuat rencana pengobatan dan keputusan klinis bagi pasien.