I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

SOSIALISASI KENAKALAN REMAJA SMP N 2 NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB II KAJIAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif, kuratif, hingga tindakan represif dilakukan untuk menanggulangi permasalahan kenakalan remaja ini, namun dari tahunketahun masalah kenakalan remaja ini selalu ada. Menurut Fuad Hasan dalam Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak atau remaja yang bilamana dilakukan oleh orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. Kenakalan remaja sering disebut juga sebagai juvenile delinquency. Menurut Bimo Walgito dalam Sudarsono (2012: 11) merumuskan arti selengkapnya dari juvenile delinquency sebagai berikut: tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anakanak, khususnya anak remaja. Di Indonesia masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan masyarakat, misalnya saja tindakan tawuran yang terjadi antar pelajar, narkoba, seks bebas, dan lain sebagainya, dimana tindakan

2 tersebut dapat melukai atau bahkan memakan korban jiwa, dan mengganggu ketertiban umum. Sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan, juga salah satu tempat dimana terjadinya proses interaksi sosial dan tempat dimana para siswa memperoleh pendidikan dan pembelajaran, yang mana pada setiap mata pelajarannya diwajibkan adanya integrasi pendidikan karakter. Dengan adanya penyisipan pendidikan karakter diharapkan agar siwa dapat membentengi diri dengan karakter yang baik tersebut dari hal-hal yang negatif. Namun pada kenyataanya masih sering terjadi tindakan-tindakan pelanggaran terhadap tata tertib yang dilakukan siswa terjadi dalam lingkungan sekolah. Kenakalan siswa merupakan suatu tindakan pelanggaran terhadap aturanaturan tata tertib, nilai dan norma yang berlaku dilingkungan sekolah yang dilakukan oleh siswa, yang dapat menggangu ketentraman sekolah dan masyarakat, serta tidak dapat menutup kemungkinan akan membahayakan diri siswa itu sendiri. Tindak kenakalan terjadi juga di SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dimana di SMA ini masih sering dijumpai kenakalan-kenakalan siswa seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

3 Tabel 1.1 Bentuk-Bentuk Kenakalan Siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung dari Bulan Juli Sampai November Tahun Pelajaran 2012/2013 No Jenis Kenakalan Jumlah Kenakalan Pada Bulan Jumlah Juli Agustus September Oktober November 1 Tidak Masuk 4 7 24 12 6 53 Sekolah Tanpa Keterangan 2 Membolos 3 6 6 1 16 3 Merokok 1 3 5 2 11 4 Berkelahi antar 1 6 7 14 siswa satu sekolah 5 Mencuri 1 1 2 6 Menyimpan 1 1 1 3 vido/foto porno 7 Tidak sopan kepada 1 2 1 4 guru dan teman 8 Tidak 5 3 8 menggunakan seragam sesuai aturan 9 Perkelahian pelajar 1 1 antar-sekolah 10 Membawa barang 3 5 8 yg seharusnya tidak di bawa ke sekolah 11 Mengganggu di 6 1 2 9 saat KBM 12 Lain-lain 1 5 6 2 14 Jumlah 14 7 60 41 21 138 Sumber: Data BK SMA Negeri 15 Bandar Lampung Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat dalam kurun waktu lima bulan di awal semester ganjil ini sudah banyak terjadi kenakalan-kenakalan siswa di SMA Negeri 15 Bandar Lampung. Dimulai dari kenakalan yang tergolong ringan seperti tidak menggunakan seragam sesuai aturan, sampai kenakalan yang tergolong berat seperti perkelahian pelajar antar sekolah. Kenakalan-kenakalan pada remaja tentunya tidak akan muncul tanpa ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab dari kenakalan remaja dapat dibagi

4 menjadi faktor intern (faktor dari dalam diri) dan faktor ekstern (faktor dari luar). Adapun yang termasuk ke dalam faktor intern seperti krisis identitas dan kecerdasan emosional, sedangkan yang termasuk ke dalam faktor ekstern seperti pola asuh orang tua, lingkungan dan teman sepermainan, peran guru PKn, contoh keteladanan pemimpin dan lain-lain. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua sehingga mengakibatkan krisis identitas. Masa remaja merupakan masa transisi untuk mencari identitas diri, serta mengikuti rasa ingin tahu yang besar. Karena rasa ingin tahu yang besar untuk mencari identitas diri, membuat remaja selalu ingin mencoba halhal yang baru, baik itu yang positif maupun yang negatif, sehngga tidak sediki pula mengakibatkan remaja terjerumus pada kenakalan. Selain faktor intern seperti krisis identitas, kecerdasan emosional juga berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Pada masa remaja individu mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Daniel Golemen dalam Mohammad Ali dan Mohammad Ansori (2008: 62) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan kecendrungan untuk bertindak. Selanjutnya Muhammad Ali dan Mohammad Ansori (2008: 64-65), menyatakan remaja memiliki karakteristik berupa sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan biasanya respon yang diberikan berlebihan

5 sehingga menyebabkan mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak. Jika remaja memiliki kecerdasan emosional yang baik maka remaja tersebut akan dapat mengelola emosi-emosi yang ada pada dirinya, dapat mengendalika emosinya dengan baik, serta bertindak rasional sehingga ia tidak akan melakukan tindakan penyimpangan terhadap norma-norma yang ada. Adapun jika ia melakukan pelanggaran tentunya ia akan merasa bersalah setelah melakukan tindakan tersebut, sehingga tindakan pengulangan terhadap pelanggaran norma-norma yang ada tidak akan terjadi lagi. Bagi remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang kurang baik, akan kesulitan dalam mengatur emosi yang ada pada dirinya, akan mudah marah dan gampang tersinggung. Contohnya tawuran yang sering terjadi pada remaja bisa saja disebabkan karena kurangnya pengendalian emosi pada remaja tersebut sehingga tindakan yang diambil remaja tidak melalui pemikiran yang rasional. Keluarga yang termasuk faktor ekstern juga turut berperan dalam menangani kenakalan remaja, dimana keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pola asuh yang dilakukankan oleh orang tua juga dapat mempengaruhi psikologi anak. Misalnya, pola didik orang tua yang mendidik anaknya dengan cara keras atau otoriter bisa jadi akan membuat anak menjadi anak yang pemberontak, bahkan bukan hanya kepada orang tuanya saja melainkan juga terhadap orang lain. Hal tersebut dapat didukung oleh

6 pendapat dari Sigmun Freud dalam Muhammad Ali dan Mohammad Ansori (2008: 65), menggambarkan keadaan tersebut sebagai berikut: Bahwa seseorang yang pada masa kanak-kanak sering mendapat pukulan yang menyakitkan, setelah dewasa akan bereaksi terhadap hardikan atau kemarahan dengan perasan sangat takut atau kebencian, meskipun sebenarnya hardikan atau kemarahan itu tidak lagi menimbulkan ancaman seperti yang dialaminya pada masa lampau. Bahkan pola didik yang otoriter atau keras dapat juga membuat anak menjadi anak yang penakut karena tekanan yang diberikan oleh orang tua, sehingga membuat kepribadian anak menjadi pribadi yang introvet dan sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Teman sepermainan dan lingkungan anak tumbuh akan membawa pengaruh besar terhadap anak. Apabila teman sepermaianan anak baik maka akan membawa pengaruh yang baik juga, akan tetapi apa bila sebaliknya teman sepermaianan anak merupakan anak-anak yang bermasalah maka anak akan terbawa pengaruh untuk melakukan kegiatan kenakalan bersama temantemannya. Begitu juga dengan lingkungan pergaulan apabila anak tumbuh dilingkungan yang didominasi oleh orang-orang biasa melakukan tindakantindakan kriminal bisa jadi remaja tersebut akan terbawa atau terpengaruh oleh lingkungan dimana ia tinggal Guru yang berperan sebagai pendidik dan menanamkan karakter yang baik kepada siwa, juga turut berperan dalam menangani masalah kenakalan remaja. Lebih utama lagi sebagai guru bidang studi PKn memiliki peranan penting dalam membina siswanya, dimana guru PKn memiliki tugas atau tanggung jawab besar terhadap penanaman nilai, etika, dan moral untuk

7 menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik (good citizenship) dan bertanggung jawab. Peran-peran tersebut dapat dilakukan dalam proses pengajaran dengan menyampaikan pengetahuan dan pemahamna tentang nilai moral kepada siswa dengan memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan. Guru juga berperan dalam hal pembinaan siswa dengan cara membimbing siswa ke arah yang baik, dan mengarahkan siswanya dari tindakan yang menyimpang, memberikan contoh atau sebagai model bagi siswanya dengan cara berprilaku baik dan sesuai etika. Misalnya saja dengan tidak datang terlambat dan masuk kelas tepat waktu, dengan contoh tindakan disiplin yang dilakukan oleh guru tersebut tentunya dapat dijadikan panutan bagi siswanya. Selain itu perhatin dan pengarahan dari guru terhadap siswa yang bermasalah dapat memotivasi siswa untuk dapat bangkit dari permasalahan yang dihadapi dan agar dapat membenahi tingkah lakunya. Selain itu, keteladanan sangatlah penting dalam membantu tumbuhnya karakter yang baik pada diri remaja. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang yang memiliki keteladanan yang dapat dijadikan panutan dalam berperilaku. Namun pada kenyataannya saat ini ada beberapa pemimpin bangsa yang seharusnya dapat dijadikan panutan malah bertindak mengecewakan. Apabila tidak segera diatasi kenakalan-kenakalan pada siswa ini tentunya akan menimbulkan kerugian, dampak kenakalan siswa pasti akan berimbas pada siswa itu sendiri. Misalnya siswa tersebut sering membolos maka ia akan tertinggal pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah, apabila ia merokok

8 atau berkelahi tentunya itu akan merugikan kesehatan fisiknya sendiri, dan masih banyak lagi. Bukan hanya siswa yang melakukan kenakalan yang akan dirugikan keluarga atau orang tua juga akan dirugikan merekan akan merasa malu atas tindakan siswa tersebut, begitu juga dengan pihak sekolah, sekolah tersebut bisa saja akan dicap sebagai sekolah yang buruk karena tingkah siswa yang melakukan kenakalan tersebut, dan masih banyak lagi kerugian yang dapat disebabkan dari kenakalan-kenakalan siswa. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa seperti pada tabel 1.1 merupakan tindakan pelanggaran terhadap nilai dan moral. Hal tersebut dianggap melanggar nilai moral dikarenakan kenakalan-kenakalan tersebut melanggar aturan-aturan yang ada sehingga perbutan tersebut tidak diterima atau dibenarkan oleh masyarakat, dimana dalam kasus ini pelanggaran tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat sekolah (pendidik dan peserta didik) karena telah menggangu kenyamanan warga sekolah. Bertolak ukur dari permasalahan di atas peneliti mengadakan penelitian yang berjudul: Pengaruh Peran Guru PKn dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kenakalan Remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja cukup banyak, yakni dapat diidentifikasi sebagai berikut:

9 1. Krisis identitas. 2. Kecerdasan emosional 3. Pola asuh orang tua 4. Lingkungan dan teman sepermainan 5. Peran guru PKn 6. Contoh keteladanan pemimpin C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, ternyata cukup banyak variabel bebas atau yang mempengaruhi kenakalan remaja, untuk penelitian ini dibatasi pada: 1. Kecerdasan emosional, dan 2. Peran guru PKn. Maka, penelitian ini dibatasi pada: Pengaruh Peran Guru PKn dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kenakalan Remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. D. Rumusan masalah Sesuai dengan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh peran guru PKn terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013? 2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

10 3. Apakah terdapat pengaruh peran guru PKn dan kecerdasan emosional terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menguji: a. Pengaruh peran guru PKn terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 c. Pengaruh peran guru PKn dan kecerdasan emosional terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan antara lain: a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian ini menerapkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian pendidikan nilai moral Pancasila. Karena pembahasan yang diangkat disini adalah tentang kenakalan remaja yang merupakan pelanggaran terhadap nilai moral yang berkembang di lingkungan masyarakat khusunya di lingkungan sekolah.

11 b. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini berguna untuk: 1) Bagi siswa, untuk mengoptimalkan kemampuan pengelolaan emosional siswa dan pemahaman mengenai nilai moral agar dapat mengurangi atau menghilangkan prilaku negatif yang dilakukan siswa. 2) Bagi guru, untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dalam penanaman nilai moral kepada siswa dan mengarahkan siswa agar tidak terjadi tindakan kenalakan. 3) Bagi sekolah, untuk memberikan saran tentang pemecahan masalah kenakalan siswa, pihak sekolah agar dapat memberikan dukungan moral dan pencegahan kepada siswa agar siswa tidak melakukan dan mengulangi tindakan kenakalan seperti yang pernah dilakukan. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan kajian pendidikan nilai dan moral Pancasila. 2. Ruang Lingkup Objek Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh peran guru PKn dan kecerdasan emosional terhadap kenakalan remaja SMA Negeri 15 Bandar Lampung.

12 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 15 Bandar Lampung yang melakukan tindakan kenakalan. 4. Ruang Lingkup Wilayah Wilayah penelitian ini adalah SMA Negeri 15 Bandar Lampung 5. Ruang Lingkup Waktu Waktu penelitian ini sesuai dengan surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.