SURAT PENGADUAN WARGA KOTA SEMARANG Semarang, 1 Oktober 2017 No. : 01/X/2017 Lamp. : 1 berkas Hal. : Pengaduan Pelayanan BLU Trans Semarang Dengan hormat, Bersama surat ini maka saya selaku warga kota Semarang : Nama : Raditya Gurit Alamat : Jl. Jangli Krajan no. 217 B RT 07/RW 03 Jatingaleh Candisari Semarang No. HP : 085292579410 Email : azranz@yahoo.co.id Dengan ini menyampaikan keberatan atas pelayanan BLU Trans Semarang yang tidak profesional. Saya selaku pengguna jasa BLU Bus Rapid Trans Semarang seringkali melihat sopir dan petugas tiket (PTA) yang melakukan pelanggaran berat namun tetap dipertahankan oleh pihak BRT. Ada banyak sekali pelanggaran yang terjadi dan setiap kali pengguna jasa melaporkannya ke pihak BLU Trans Semarang selalu tidak ada respon sama sekali, dan bahkan tidak ada tindak lanjunya atau Surat Peringatan terkait pelanggaran yang tidak sesuai Standart Operasional. Berhubung laporan pengguna jasa tidak pernah ditindaklanjuti oleh pihak BLU Trans Semarang maka akibatnya kualitas dari BLU Trans Semarang bukannya menjadi lebih baik namun justru semakin menurun dan terdapat indikasi tindak pidana korupsi yang terus menerus terjadi dalam intern BLU Trans Semarang. Permasalahan yang kerap dialami pengguna jasa sangat banyak dan terbagi dalam point-point penting sebagai berikut. 1. Penggunaan Tcash yang bermasalah di lapangan 2. Sopir Trans Semarang yang tidak mentaati SOP yang berlaku 3. Petugas Tiket yang kasar dan tidak berpendidikan
4. Oknum Operator Aduan, Tim IT, dan Manajemen Operasional Kantor BLU Trans Semarang yang sangat tidak profesional. Dari keempat point penting tersebut, saya sebagai pengguna jasa tidak cuma sekali mengeluhkan kinerja dari BLU Trans Semarang tapi berkali-kali sampai nama saya sudah sangat terkenal di dalam lingkup BRT sebagai tukang complain. Hal ini diperparah dengan adanya pembiaran laporan pengguna jasa terkait keempat point tersebut dan tidak adanya itikad baik dari BLU Trans Semarang untuk memperbaiki kesalahan yang berulang kali terjadi membuat saya sebagai pengguna jasa pada akhirnya harus menuliskan surat pengaduan ini kepada Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Kementrian Perhubungan RI, dan Lembaga-Lembaga Perlindungan Konsumen. Berikut ini penjelasan mengenai keempat point permasalahan yang terjadi di BLU Trans Semarang yang pernah dilaporkan secara tertulis dan lisa oleh pengguna jasa kepada BLU Trans Semarang namun tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari mereka. 1. Penggunaan Tcash yang bermasalah di lapangan Tcash adalah sistem pembayaran non tunai yang dikeluarkan oleh Telkomsel. Pemerintah Kota Semarang melalui Walikota Hendi telah bekerja sama dengan Telkomsel Semarang dalam hal metode pembayaran yang praktis untuk BLU Trans Semarang melalui Tcash yang tertempel di ponsel. Pembayaran Tcash ini telah diluncurkan saat peringatan Hut RI pada tanggal 17 Agustus 2017 kemarin dan mendapat respon dari berbagai pihak, salah satunya saya sebagai pengguna jasa. Awalnya penggunaan Tcash ini bagi saya dan bagi pengguna jasa lainnya sangat praktis karena pengguna jasa tidak perlu membawa uang fisik dan tidak perlu repot membawa uang kembalian berupa koin. Namun belum ada sebulan diluncurkan, program ini sudah mengalami kendala yang cukup serius. 1). Kendala I : Tcash tidak bisa diisi ulang di halte Transit Trans Semarang. Pengisian Tcash hanya bisa dilakukan di Grapari Telkomsel Semarang yang ada di gedung Telkomsel dan Mall Ciputra di kawasan Simpang Lima Semarang. Pertanyaannya mengapa hanya bisa dilakukan di Telkomsel? Karena hanya pihak Telkomsel yang memiliki mesin EDC Lolypop untuk tap dan auto top up Tcash. Hal ini mengakibatkan banyak pengguna jasa yang menggunakan Tcash merasa kerepotan apabila harus mengisi ulang saldo Tcash, terlebih lagi bila pengguna jasa berada di lokasi yang sangat jauh dari gedung Telkomsel Semarang. Sangat tidak
efesien dan memakan waktu serta pengeluaran biaya dua kali lipat bila mesin EDC lolypop hanya ada di grapari Telkomsel Semarang. 2). Kendala II : Saldo Tcash Pass hanya bisa diisi maksimal 25 ribu. Saldo Tcash Telkomsel memang bisa di atas 500 ribu rupiah tapi Tcash tidak bisa dipakai untuk pembayaran BRT Trans Semarang karena sistem payment BRT menggunakan Tcash Pass yang tentunya berbeda dari Tcash meskipun sama-sama berasal dari satu program dan aplikasi yang sama. Namun Tcash Pass ini hanya bisa diisi saldo maksimal 25 ribu rupiah, dan akan terisi secara otomatis setelah dipotong dari Saldo Tcash. Namun lagi-lagi pemotongan Saldo Tcash ini juga tidak bisa dilakukan di menu bintang Telkomsel karena pemotongan atau perpindahan salod dari Tcash ke Tcash Pass hanya bisa dilakukan setelah di Tap ke mesin EDC Lolypop yang tentu saja pihak BLU Trans Semarang tidak memilikinya dan pengguna jasa harus mengeluarkan uang kembali untuk perpindahan saldo ini ke grapari Telkomsel yang hanya sebesar 25 ribu rupiah. Bahkan dengan saldo sebesar itu pun tidak akan cepat habis kurang dari satu minggu karena biaya BRT Trans Semarang untuk umum adalah 3.500 rupiah. 3). Kendala III : Mesin Pembayaran BLU Trans Semarang sering mengalami eror blocking saat di Tap ke pin Tcash Pass. Sebagai pengguna jasa yang sering menggunakan Tcash saat membayar Trans Semarang, saya merasa sangat kecewa dan agak kesal saat PTA menyampaikan bahwa saldo Tcash Pass saya tidak cukup. Padahal sebagai pemilik dari Saldo Tcash tersebut, saya tahu bahwa saldo Tcash Pass saya masih cukup untuk membayar Trans Semarang dengan Tcash Pass karena saldo Tcash Pass saya selalu di atas 3500 rupiah. Pada akhirnya saya pun harus menjelaskan kepada PTA yang bersangkutan untuk mencoba lagi, lagi, lagi, dan lagi. Bahkan percobaan mengetap Tcash Pass pun tidak cukup hanya dengan tiga kali karena harus lenih dari tiga kali barulah mesin pembayaran BRT Trans Semarang bisa membaca saldo Tcash Pass saya. Namun sejak tanggal 25 September 2017 sampai pada hari ini, Tcash tidak berfugsi sebagaimana mestinya. Tcash tidak terbaca di mesin pembayaran BRT Trans Semarang, bahkan setelah lima kali percobaan tetap nihil. Saya sebagai pengguna jasa pernah menyampaikan saran kepada pihak BLU Trans Semarang agar Tcash terbaca di mesin BRT namun saran saya tidak pernah dipakai bahkan pihak kantor BLU Trans Semarang jusru memblokir aduan WhatsApp saya sebagaimana yang
pernah dan sering mereka lakukan saat mereka malu menerima kesalahan atau sistem eror pada mesin mereka. Saat Tcash eror maka selama itu pula saya sebagai pengguna jasa naik BRT Trans Semarang dengan gratis. Saya sebagai pengguna jasa pernah memberitahu pihak BLU Trans Semarang tentang hal tersebut namun mereka justru menganggap enteng dan tidak mempermasalahkan hal itu. Yang menjadi pertanyaan : mungkin naik BRT gratis tidak akan terlalu menimbulkan efek yang buruk untuk satu orang tapi bila yang naik gratis ada lebih dari 50 orang dalam satu hari, bisa dibayangkan berapa kerugian yang ditimbulkan pihak BLU Trans Semarang, dan anehnya tidak ada satu pun dari pihak BLU Trans Semarang yang memahami efek domino ini. Tentu saja bukanlah orang jahat yang bisa menshare cara naik BRT gratis dengan cara seperti yang sudah saya lakukan. Pada akhirnya, saya sebagai pengguna jasa memiliki kewajiban untuk membayar selain Tcash dan tunai, yaitu dengan menggunakan kartu BRIZZI namun dengan catatan program Tcash yang cacat sistem tersebut harus dihilangkan untuk sementara dari pembayaran BRT. Tapi sayangnya itikad baik saya sebagai pengguna jasa ditolak mentah-mentah oleh pihak BLU Trans Semarang dan mereka bersikeras bahwa Tcash masih bisa dan masih berlaku. Lagi-lagi fakta membuktikan bahwa Tcash tidak bisa dan saya sebagai pengguna jasa sudah berkoordinasi dengan grapari Telkomsel bahwa buktinya sudah sangat jelas yaitu mesin pembayaran BRT Trans Semarang sering mengalami crash dan hal ini diperparah dengan ketiadaan mesin EDC lolypop pada mereka yang tentu saja menghilangkan bukti bahwa Tcash bisa digunakan di pembayaran BLU Trans Semarang. 2 Sopir Trans Semarang yang tidak mentaati SOP yang berlaku Saya sebagai pengguna jasa seringkali mendapati driver BRT Trans Semarang yang mengemudikan armada dengan seenaknya. Beberapa pelanggran sering terjadi antara lain : membuat rutel sendiri mempercepat laju armada dengan cara melewati rute lain yang lebih pendek), menerobos lampu merah, tidak berhenti di halte yang ada penumpangnya meskipun di dalam armada tidak ramai, teradang juga melajukan armada secara ugalugalan, serta beberapa oknum driver berbicara tidak sopan di depan penumpang. 3. Petugas Tiket yang Kasar dan tidak Berpendidikan
Sebagai Badan Layanam Umum, petugas BRT terutama PTA bagian Tiketing baik di dalam armada maupun di halte seharusnya bisa bersikap ramah terhadap penumpang. Saya sebagai pengguna jasa seringkali mendapati PTA tiketing bersikap kasar. Semua keluhan saya sudah saya adukan langsungke manajemen BRT namun sepertinya nihil solusi. Beberapa sikap buruk PTA tersebut antara lain : 1. Menyuruh pengguna jasa untuk turun di halte transit padahal pengguna jasa tidak ada keinginan untuk transit. 2. Memaksa penumpang untuk transit hanya untuk membayar e-money dengan cara tap ke mesin transaksi e-money karena PTA di dalam armada terkendala masalah mesin transaksi 3. Menyuruh pengguna jasa dan tetap bersikeras untuk memaksa menggunakan uang tunai bila e-money tidak bisa, padahal sudah jelas aturannya bahwa Walikota Semarang sudah memberi penyukuhan transaski e-moeny dan mengurangi transaksi uan tunai. 4. Oknum Operator Aduan, Tim IT, dan Manajemen Operasional Kantor BLU Trans Semarang yang sangat tidak profesional. Seringnya saya melakukan aduan ke Manajemen BLU Trans Semarang via media sosial, email, dan WhatsApp sayagnya tidak disertai dengan pembenahan dan solusi yang tepat bagi pengguna jasa. Yang terjadi justru operator media sosial BRT (bagian IT atau mungkin Kepala BLU) langsung memblokir nomor aduan saya sehingga mereka tidak disibukkan oleh banyaknya aduan pelanggaran yang saya adukan dan saya tidak lagi bisa mengadukan perihal pelanggaran yang terjadi dalam lingkup BRT. Saya bisa saja melakukan aduan di media sosial tapi saya mengurungkan niat itu karena jika aduan saya tersebar di media sosial dan dibaca oleh orang-orang yang tidak berkompeten maka apa yang saya lakukan akan menimbulkan fitnah. Itikadi baik saya untuk tidak mempermalukan BLU Trans Semarang di Media sosial tolong dihargai karena saya ingin transportasi publik di kota Semarang ini semakin baik bukannya semakin buruk.
Demikian surat aduan ini saya buat. Saya bersedia mengklarifikasi kebenarannya dan saya bersedia dipanggil terkait pelanggaran BLU Tran Semarang, sesuai dengan apa yang saya laporkan. Terima kasih. Pengguna Jasa, Raditya Gurit Ardho.