BAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Bandung,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah anak muda usia produktif membuat para peritel pun tidak akan kesusahan

BAB I PENDAHULUAN. nasional menuju ke arah cara hidup dengan wawasan global. Globalisasi secara

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia mengalami krisis moneter yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan adanya perkembangan globalisasi dan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu komponen marketing mix yang umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penonton Bioskop BlitzMegaplex PVJ Bandung Tahun Jumlah Penonton

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri hiburan (entertainment) nasional maupun global

BAB I PENDAHULUAN. karena konsumen terdiri dari beberapa segmen, gaya hidup dan kepribadian yang

BAB I. Pendahuluan. Asia, khususnya di antara negara berkembang. Kondisi perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan oleh para pelaku bisnis adalah bisnis di bidang kuliner.

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia telah memacu perusahaan ritel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian Gambaran Singkat Blitzmegaplex Cabang Miko Mall

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

I. PENDAHULUAN. menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi persaingan di berbagai bidang kehidupan. Dan ketatnya persaingan dunia

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan terjadi karena kualitas dan harga produk dari tiap-tiap. target dan tujuan usaha yang telah direncanakannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam bidang jasa dewasa ini bertumbuh

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bakpia Pathok 25 ingin menjadikan produknya sebagai market leader. bertahan dan memenangkan persaingan pasar yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. usahanya (Peraturan Menteri Kesehatan No.304 Tahun 1989) rumah makan, yang salah satunya adalah rumah makan pondok zam-zam yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber kebutuhan pokok bagi setiap orang. (Dalam Widjoyo dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengambil sikap dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pada sarana angkutan antar wilayah, kini tuntutan tersebut telah lebih berkembang.

BAB II LANDASAN TEORI. melalui jasa atau produk yang dikonsumsi (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berpusat pada produk, namun berkembang kepada penciptaan nilai bagi

BAB I PENDAHULUAN. tahun selalu menjadi sorotan tajam oleh seluruh masyarakat selaku konsumen. Hal

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat perkotaan saat ini adalah hiburan perfilman.

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas persaingan dari pesaing menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan dan perkembangan melanda segala aspek. industri jasa, kualitas pelayanan harus dikelola dengan baik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepraktisan sudah menjadi tuntutan utama masyarakat perkotaan saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia hiburan pada kehidupan sekarang sudah semakin maju, maka

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi saat ini telah membuat dunia bisnis mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. service) yang dimulai dari skala kecil seperti warung warung dan lain

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pusat Belanja dalam Mendukung Kegiatan Rekreasi Berdasarkan Persepsi & Preferensi Pengunjung Fatty Rakhmaniar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan serta memberikan konstribusi positif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu bersaing dan harus memperhatikan kepuasaan konsumen. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihindari dalam industri. Hal ini ditandai dengan perubahan perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perkembangan posisi

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam prakteknya rumah sakit digunakan sebagai tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perhotelan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelaku bisnis tersebut lebih memilih memasarkan barangnya secara online

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan pesat industri seluler meningkatkan persaingan bisnis

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari banyaknya Coffee Shop saat ini yang bermunculan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya era globalisasi serta tersedianya arus informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian maupun perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan bahkan dapat mencapai target omset yang terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan jenis bisnis yang sudah lama ada di dalam pasar. Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat sehingga menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunggulan dibanding dengan mereka yang tidak siap. Pada bidang jasa, salah satu strategi yang efektif untuk

BAB I PENDAHULUAN. musim penghujan. Hal ini dapat ditunjukan dari segi omzet yang masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu, dimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. satunya bisnis dibidang jasa. Peningkatan bisnis dibidang jasa tak terlepas dari kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. cara memberikan pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini orientasi pemasaran untuk setiap bidang usaha mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan pelanggan sendiri adalah perasaan senang atau kecewa

BAB I PENDAHULUAN. laba, untuk itu seorang manajer harus dapat menentukan suatu kebijaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

I. PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dewasa ini berkembang dengan cepat dan pesat, terlebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan yang menggunakan jasa atau produk pada perusahaan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mall merupakan salah satu jenis pusat perdagangan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia (Mario, 2012). Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang cukup tinggi (6,23% pada tahun 2012), pertumbuhan mall di Indonesia juga semakin pesat. Menurut Ridwan (2011) dalam Fitriya (2011), pertumbuhan mall atau pusat perbelanjaan di tanah air cukup bagus dibandingkan negara lain untuk saat ini, sehingga bisa mencapai hingga 15% hampir sama dengan pertumbuhan ritel Indonesia. Jumlah mall yang ada di seluruh Indonesia sekarang ini sekitar 300 mall. Pada awalnya mall berfungsi sebagai pusat perbelanjaan, namun sekarang fungsi mall telah bergeser menjadi sarana dan fasilitas untuk hiburan. Mulai dari bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting room, hingga gereja pun tersedia di dalam mall. Atmawidjaja (2009) mengatakan bagi masyarakat perkotaan Indonesia, mall di satu sisi mencerminkan adanya kebutuhan nyata masyarakat perkotaan atas ruang-ruang publik (public space) untuk kegiatan rekreatif maupun kegiatan sosial, sebagai bagian dari gaya hidup modern. Akibat semakin terbatasnya ruang-ruang publik, maka mall menjadi pilihan yang logis untuk beberapa alasan seperti kenyamanan (menghindari sengatan udara tropis dan guyuran hujan), kepraktisan dan efisiensi (mengurangi pergerakan di dalam kota), keamanan (memenuhi kebutuhan psikologis untuk rasa aman), serta kepastian 1

(menghindari praktek penipuan produk sebagaimana lazim terjadi pada pasar tradisional). Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. Kota Bandung dikenal sebagai kota belanja yang memiliki banyak mall dan factory outlet. Menurut Yahya (2012), mall merupakan jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalanjalan yang teratur, sehingga berada diantara toko-toko kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya mall memiliki tinggi tiga lantai. Di dalam sebuah mall terdapat penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu (banyak) dan pada umumnya mall berlokasi di daerah perumahan. Berdasarkan pengertian mall tersebut, di Bandung terdapat sekitar 20 mall. Seiring dengan pertumbuhan mall di kota Bandung, pertumbuhan industri hiburan bioskop yang sebagian besar berada di mall juga turut berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini turut didukung dari hasil survey Rakhmaniar (2007) kepada masyarakat di kota Bandung yang menunjukkan bahwa tujuan utama masyarakat mengunjungi pusat belanja yaitu: untuk berbelanja (34%), nonton (22%), lainnya (18%), dan makan (17,33%). Dari survey tersebut dapat dilihat bahwa minat masyarakat untuk menonton di bioskop cukup besar, yaitu 22%. Bagi masyarakat perkotaan, menonton film di bioskop telah menjadi life style atau gaya hidup. Bioskop telah menjadi sarana hiburan untuk menghabiskan waktu bersama orangorang tercinta. Di kota Bandung sendiri terdapat dua jaringan bioskop besar yaitu Cineplex 21 dan Blitz Megaplex. Peneliti memilih Cineplex 21 sebagai subjek penelitiannya karena Cineplex 21 merupakan jaringan bioskop terbesar dan memiliki 9 lokasi 2

bioskop di kota Bandung. Cineplex 21 juga berhasil menjadi market leader untuk industri hiburan bioskop di kota Bandung. Hal ini terlihat pada Tabel 1.1 yang menyajikan data bioskop di kota Bandung yang didominasi oleh jaringan Cineplex 21. Tabel 1.1 Data Bioskop di Bandung Bioskop Lokasi Jumlah HTM weekdays HTM weekend Screen Reguler 3D Reguler 3D Blitz Mall Paris 9 30.000-35.000-50.000 55.000 Megaplex Van Java 40.000 45.000 Braga 21 Braga City 3 15.000 - - 25.000 - Walk 20.000 TSM XXI Bandung 5 30.000-35.000-50.000 50.000 Super Mall 40.000 40.000 BTC XXI Bandung 5 25.000 - - 35.000 - Trade Center 30.000 Ciwalk XXI Cihampelas 8 30.000-35.000-50.000 50.000 Walk 40.000 40.000 Premiere Ciwalk 2 50.000 - - 100.000 - Ciwalk Lantai 2 75.000 Empire XXI Bandung 6 30.000 - - 40.000 - Indah Plaza 35.000 Festival Citylink XXI Festival Citylink 6 30.000-40.000 35.000-40.000 50.000 50.000 Galaxy 21 Kings Shoping Centre 6 15.000-20.000 - JATOS Jl. Raya Jatinangor 150 5 20.000-25.000-30.000 - Sumber: www.blitzmegaplex.com dan www.21cineplex.com (8 September 2013) 3

Cineplex 21 memulai kiprahnya di industri hiburan sejak tahun 1987. Hingga saat ini, Cineplex 21 memiliki total 667 layar yang tersebar di 135 lokasi di seluruh Indonesia. Selain menyajikan film-film hasil karya anak bangsa, Cineplex 21 juga menayangkan film-film berkelas internasional. Cineplex 21 terus mengikuti perkembangan teknologi dengan melengkapi fasilitas-fasilitasnya seperti 2D dan 3D. Kualitas gambar dan suara terus ditingkatkan sehingga penonton lebih puas menikmati tayangan film. Pembenahan dan pembaruan secara terus menerus yang dilakukan Cineplex 21 menjadikan bisnis ini unggul dan terus bertahan hingga sekarang. Bisnis hiburan bioskop seperti Cineplex 21 dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan jika dikelola dengan baik serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Namun terdapat beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menggeluti bisnis ini. Pertama, konsumen sangat sulit dijaga kesetiaannya mengingat banyak sekali konsumen yang lebih teliti, lebih menuntut, lebih pintar untuk memilih produk atau pun jasa dengan kualitas terbaik dan harga termurah, serta sangat sulit untuk dipuaskan keinginannya oleh perusahaan (Sussanto, 2008). Kedua, beranekaragamnya karakteristik dan perilaku konsumen turut mempersulit perusahaan dalam memuaskan semua keinginan konsumen. Ketiga, meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh pesaing (Atmawati, 2004). Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menjaga konsistensi mutu dan kualitas 4

pelayanan. Kualitas dan ciri-ciri produk mudah ditiru pesaing, namun kualitas pelayanan merupakan hal yang sulit ditiru dan diukur oleh pesaing. Kualitas layanan merupakan pemenuhan dari harapan konsumen atau kebutuhan konsumen yang membandingkan antara hasil dengan harapan dan menentukan apakah konsumen sudah menerima layanan yang berkualitas (Scheuning, 2004 dalam Mulyono, dkk). Dengan menjaga kualitas pelayanan maka akan tercipta kepuasan pelanggan. Jika konsumen puas akan pelayanan yang diberikan perusahaan, maka akan terbentuk loyalitas pelanggan. Pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti Cineplex 21, kualitas pelayanan yang tinggi merupakan faktor kunci untuk unggul dibanding industri jasa sejenisnya. Pelayanan yang berkualitas ukurannya ada lima dimensi yaitu dimensi bukti fisik (wujud / tangibles), dimensi keandalan (reliabilitas), dimensi ketanggapan (responsive), dimensi keterjaminan (kepastian), dan dimensi empati (Lupiyoadi, 2006:236 dalam Iskandar). Dengan memiliki kualitas pelayanan yang tinggi, perusahaan dapat menumbuhkan rasa loyal pada pelanggannya. Mempertahankan loyalitas pelanggan merupakan bagian terpenting bagi perusahaan untuk meningkatkan profit. Semakin banyak pelanggan setia yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, maka akan dipastikan perusahaan tersebut akan sukses dan bertahan lama (Aliansyah, 2012). Dalam jangka panjang memperbaiki loyalitas umumnya akan lebih profitable, yakni pelanggan bersedia membayar lebih tinggi, penyediaan layanan yang lebih murah dan bersedia merekomendasikan ke pelanggan yang baru ( Managing Customer, 1995 dalam Aryani, 2010). Loyalitas pelanggan tidak kalah relevan untuk dianalisis sebab sikap loyal pelanggan akan timbul setelah pelanggan 5

merasakan puas atau tidak puas terhadap layanan yang diterimanya (Tjiptono, 2004:386 dalam Hidayat, 2009). Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Pada Loyalitas Pelanggan Cineplex 21 di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah faktor tangible mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 2. Apakah faktor emphaty mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 3. Apakah faktor reliability mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 4. Apakah faktor responsiveness mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 5. Apakah faktor assurance mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 6. Apakah kualitas pelayanan secara simultan mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas 7. Apa faktor yang paling berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dari kelima dimensi kualitas pelayanan Cineplex 21 di Bandung? 6

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor tangible terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor emphaty terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor reliability terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor responsiveness terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor assurance terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan secara simultan terhadap loyalitas pelanggan Cineplex 21 di Bandung. 7. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dari kelima dimensi kualitas pelayanan Cineplex 21 di Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Akademisi Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang hiburan, khususnya bioskop. 7

Penelitian ini juga dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi yang berguna serta dapat memberikan gambaran bagi penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang manajemen pemasaran. Praktisi Bisnis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara mendalam bagi perusahaan Cineplex 21 mengenai faktor-faktor yang diidentifikasi memengaruhi loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan, decision maker, dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kepuasan serta mempertahankan loyalitas pelanggan. Sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya-biaya dalam mengembangkan usaha bisnis mereka. 8