BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP TUGAS DAN FUNGSI NOTARIS 1 Oleh : Marisco A. Umbas 2. Kata kunci: Pengawasan, Notaris

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka. kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, Jakarta, 1978, Hlm Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN JABATAN NOTARIS (PJN/UUJN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB IV PENUTUP. terhadap protokol Notaris, pemeriksaan terhadap akta-akta yang

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia kenotariatan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup diminati oleh masyarakat. Lembaga Kenotariatan adalah salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia, lembaga ini timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia yang menghendaki adanya suatu alat bukti mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan atau terjadi diantara mereka. 1 Terkait dengan pembuatan akta sebagai alat bukti yang autentik tersebut maka semakin banyak kebutuhan akan jasa Notaris yang diperlukan. Notaris menurut Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, (selanjutnya akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 selanjutnya akan disebut dengan UUJN), Pasal 1 ayat (1) yaitu : Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut KUHPerdata) menyebutkan bahwa: 2 1 G.H.S. Lumban Tobing, 1998, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, Hlm 2. 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetboek), 2006, diterjemahkan oleh R.Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cet 37, Pradnya Paramita, Jakarta, Pasal 1868 1

2 Akta autentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Arti akta Notaris berdasarkan Pasal 1 angka 7 UUJNP, menyebutkan bahwa : Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Undang-undang dalam hal diatas yang dimaksud adalah UUJN dan UUJNP. Dalam pembuatan suatu akta autentik, seorang Notaris harus mengikuti aturan-aturan yang telah diatur dalam UUJN dan UUJNP yang merupakan dasar hukum Jabatan Notaris, dengan memperhatikan setiap langkah demi langkah pembuatan. Langkah-langkah tersebut antara lain mendengarkan pihak-pihak mengutarakan kehendaknya, membuatkan akta sesuai kehendak para pihak, kemudian membacakan isi akta kepada para penghadap dan para saksi, dan penandatanganan akta. Langkah-langkah ini memang khusus diadakan pembuat undang-undang untuk menjamin bahwa apa yang tertulis dalam akta itu memang mengandung apa yang dikehendaki para pihak. 3 Seorang Notaris harus benar-benar menjalankan kewenangan dan jabatannya dengan amanah, jujur, seksama, mandiri, dan tidak memihak, tidak boleh mempertimbangkan keuntungan pribadi. Selain itu, Notaris wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang masalah klien karena kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. 3 Tan Thong Khie (b), 2000, Buku II Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, Cet.1, Ichtar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm.261.

3 Mengingat pentingnya peran dan jasa Notaris di bidang perdata dan dalam lalu lintas hukum dalam kehidupan bermasyarakat, maka perilaku dan tindakan Notaris dalam menjalankan fungsi, kewenangan, rentan terhadap penyalahgunaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, sehingga lembaga pembinaan dan pengawasan bagi Notaris perlu diefektifkan. Ketentuan yang mengatur tentang pengawasan bagi Notaris diatur dalam Bab IX Pasal 67 UUJNP dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris sebagai peraturan pelaksanaannya. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan terhadap Notaris berada pada Lembaga Pengawas yaitu Majelis Pengawas. Majelis Pengawas memiliki kewenangan atas mandat yang diberikan dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Menurut Pasal 68 UUJN disebutkan bahwa Majelis Pengawas terdiri dari : 1. Majelis Pengawas Daerah (MPD) 2. Majelis Pengawas Wilayah (MPW) ; dan 3. Majelis Pengawas Pusat (MPP) Pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan, serta perlindungan hukum Notaris yang paling dasar atau tingkat pertama yaitu dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah, yang dibentuk di setiap kabupaten / kota. Pengawasan dan pembinaan ini sangat berkaitan satu sama lain karena apabila saat pengawasan terbukti bahwa seorang Notaris melakukan pelanggaran terhadap aturan perundang-undangan maupun Kode Etik maka Notaris tersebut mendapatkan

4 sanksi dan juga mendapatkan pembinaan agar yang bersangkutan dapat menjalankan profesinya dengan lebih baik lagi dan tidak mengulangi tindakannya kembali. Dalam Kamus umum Bahasa Indonesia, kata membina diberi arti membangun atau mendirikan, 4 misalnya dalam ungkapan berusaha keras untuk membina masyarakat. Menurut Ketentuan Umum Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia Nomor M-01.HT.03.01 Tahun 2003 tentang Kenotariatan Pasal 1 Angka (7) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan terhadap notaris secara efektif dan efisien untuk mencapai kualitas Notaris yang lebih baik. 5 Selain itu, pembinaan adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya maupun saat melakukan pelanggaran terhadap UUJN dan UUJNP serta Kode Etik Notaris Tahun 2015. Pembinaan terhadap Notaris telah diatur di dalam Pasal 66A ayat (1) UUJNP yang menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pembinaan dilakukan oleh Majelis Kehormatan Notaris. 6 Seperti halnya di Magelang, baik setiap tingkah laku Notaris maupun pelanggaran yang dilakukan diawasi dan dibina oleh Majelis Pengawas 4 W.J.S. Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 141 5 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M- 01.HT.03.01 Tahun 2003 Pasal 1 angka (7) 6 Pasal 66A ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 jo. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJNP)

5 Daerah. Jumlah Notaris di kota Magelang sampai bulan September 2016 berjumlah 13 orang. 7 Dalam periode tahun 2013-2016, MPD Kota Magelang menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh notaris. Temuan tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan berkala notaris yang dilakukan pada tahun 2014. Untuk mengetahui mengenai peran MPD Kota Magelang dalam pembinaan terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang, beserta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam pembinaan, maka berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pembinaan Terhadap Notaris Di Kota Magelang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang? 2. Kendala apa yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam pelaksanaan pembinaan dan bagaimana upaya Majelis Pengawas Daerah 7 Hasil wawancara dengan Agus Lahmi Lubis,SH selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah Kota Magelang, tanggal 23 April 2016

6 untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun penelitian mengenai pengawasan dan pembinaan Notaris sudah pernah dilakukan beberapa peneliti sbelumnya diantaranya : 1. Rona Ayu Edithya Margareth, 8 tahun 2014 dengan judul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas dan Jabatan Notaris Di Kabupaten Sleman. Rumusan masalah yang diajukan : a. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Sleman? b. Apa saja faktor yang melatarbelakangi Notaris melakukan pelanggaran terhadap jabatannya? Kesimpulan yang diambil tesis tersebut yaitu pengawasan MPD Kabupaten Sleman sudah cukup baik, yaitu dilakukan minimal 1(satu) tahun sekali dan pembinaan dilakukan MPD dengan 2 (dua) cara yaitu dengan pembinaan secara personal dan pembinaan secara berkala yaitu setiap 1 (satu) tahun sekali.beberapa faktor yang melatarbelakangi Notaris melakukan pelanggaran antara lain tidak maksimalnya mengikuti 8 Rona Ayu Edithya Margareth, 2014, Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas dan Jabatan Notaris Di Kabupaten Sleman, Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

7 peraturan jabatan Notaris, gaya hidup, dan ketatnya persaingan antar Notaris. 2. Hastari Endah Rahayu, 9 Tahun 2014 dengan judul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap. Rumusan masalah yang diajukan : a. Bagaimana pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap? b. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Cilacap? Kesimpulan yang diambil dari tesis tersebut yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap Notaris di Kabupaten Cilacap meliputi 2 (dua) tindakan yaitu tindakan preventif dan represif, kegiatan preventif berupa pemeriksaan berkala setahun 1 (satu) kali atau setiap waktu dianggap perlu, tindakan represif dilakukan ketika Notaris melakukan pelanggaran dengan memberikan sanksi disertai dengan kegiatan pembinaan. Kendala yang dihadapi MPD dalam mengawasi Notaris di Kabupaten Cilacap adalah Kendala Sumber Daya Manusia, Kendala hambatan dana MPD Notaris Kabupaten Cilacap, Kendala keterbatasan waktu, dan Kendala kurangnya sosialisasi. 9 Hastari Endah Rahayu, 2014, Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap, Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

8 Berdasarkan kedua penelitian tersebut di atas yang pernah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Perbedaannnya yaitu penelitian yang dilakukan Rona Ayu Edithya Margareth tersebut menitikberatkan pada kepada peran Majelis Pengawas Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris di Kabupaten Sleman. sedangkan yang dilakukan oleh penulis adalah peran Majelis Pengawas Daerah dalam pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang. Penelitian yang dilakukan Hastari Endah Rahayu menitikberatkan kepada peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap. Hal ini jelas terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Hastari Endah Rahayu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu lokasi penelitian penulis berada di Kota Magelang. Berdasarkan uraian dan perbedaan-perbedaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari ditemukan penelitian yang sama, maka diharapkan karya tulis ini dapat melengkapi karya tulis-karya tulis lain sebelumnya dan bermanfaat bagi semuanya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui, memahami dan mengkaji peran Majelis Pengawas Daerah dalam Pembinaan terhadap Notaris di Kota Magelang.

9 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi MPD Kota Magelang dalam pelaksanaan pembinaan dan untuk mengetahui upaya MPD Kota Magelang mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pembinaan terhadap Notaris di kota Magelang. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam ilmu pengetahuan maupun secara umum untuk masyarakat, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan hukum pada khususnya terutama bagi perkembangan ilmu hukum Kenotariatan, terutama yang berkaitan dengan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris yang menjalankan tugas dan kewenangannya. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan faedah dan informasi kepada peneliti dan masyarakat mengenai adanya suatu badan yang memberikan pembinaan terhadap notaris yang berwenang untuk memeriksa laporan dari masyarakat, dan bagi Majelis Pengawas Daerah dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pembinaan terhadap Notaris, serta dapat memberikan faedah pula bagi Notaris untuk lebih berhati-hati dan profesional dalam menjalankan tugas dan jabatannya.