HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

METODOLOGI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

III. KEADAAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 KATA PENGANTAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS PENAWARAN SEMANGKA (Citrullus Vulgaris) DI KABUPATEN SRAGEN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Development Goals (MDGs), pencapaian kesepakatan Pendidikan Untuk BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

pemerintah KABUPATEN GROBOGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Lampung, Disperindag Provinsi Lampung, jurnal-jurnal ekonomi serta dari

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 45 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Grobogan memiliki posisi daerah yang terletak di antara 110 15 BT - 111 25 BT dan di antara 7 LS - 7 30 LS. Dilihat dari tata ruang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak di antara dua pegunungan Kendeng yang membujur dari arah Barat ke Timur. Kondisi topografi rata-rata adalah datar, terutama di bagian tengah seluas 43.903,7 ha (22,22%) merupakan lahan landai dan agak curam, sedangkan yang berada di sebelah utara dan selatan berupa pegunungan kapur dan perbukitan yang membujur dari Barat ke Timur (Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan). Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi ke dalam 3 kelompok yaitu : a. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 0 8 meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan dan Wirosari sebelah Selatan dengan luas keseluruhan 22,22% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan. b. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50-100 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 8 15 meliputi kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara, Tawangharjo sebelah utara, Wirosari sebelah utara, Ngaringan, Kedungjati, Tanggungharjo, sebagian kecil wilayah Karangrayung, Penawangan, Toroh, Geyer, Pulokulon, Kradenan dan Gabus, dengan luas 61,72% dari luas wilayah keseluruhan c. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15, meliputi wilayah Kecamatan Kedungjati, commit Tanggungharjo, to user Gubug, Karangrayung, Geyer, 45

digilib.uns.ac.id 46 Toroh, Kradenan, Gabus, Klambu, Brati dan sebagian kecil Kecamatan Grobogan, dengan luas sebesar 16,06%. Berdasarkan letak geografis dan reliefnya, Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih. Kabupaten Grobogan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Demak. Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, Pati dan Blora. Sebelah Timur : Kabupaten Blora. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi, Sragen, Boyolali dan Semarang. 2. Luas Wilayah Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 Km² merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke selatan ± 37 Km dan jarak dari barat ke timur ± 83 Km dengan ibukota kabupaten di Purwodadi. Berikut jarak Ibukota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai berikut: a. Purwodadi ke Semarang : ± 64 km b. Purwodadi ke Demak : ± 39 km c. Purwodadi ke Kudus : ± 45 km d. Purwodadi ke Pati : ± 45 km e. Purwodadi ke Blora : ± 64 km f. Purwodadi ke Sragen : ± 64 km g. Puewodadi ke Surakarta : ± 64 km Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 280 desa/kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan. Berikut persebaran wilayah Kabupaten Grobogan terlihat dalam tabel 5 berikut :

digilib.uns.ac.id 47 Tabel 5. Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah No Kecamatan Jumlah Luas Wilayah Jumlah Dusun Desa/Kel (Km 2 ) 1 Kedungjati 12 76 130,33 2 Karangrayung 19 100 18,85 3 Penawangan 20 71 74,18 4 Toroh 16 118 119,31 5 Geyer 13 102 196,19 6 Pulokulon 13 112 133,65 7 Kradenan 14 79 107,74 8 Gabus 14 87 165,38 9 Ngaringan 12 78 116,72 10 Wirosari 14 85 154,30 11 Tawangharjo 10 58 83,60 12 Grobogan 12 52 104,56 13 Purwodadi 17 104 77,65 14 Brati 9 51 54,90 15 Klambu 9 44 46,56 16 Godong 28 86 86,78 17 Gubug 21 62 71,11 18 Tegowanu 18 54 51,67 19 Tanggungharjo 9 31 60,64 Jumlah 280 1.451 1.975,86 Sumber : Kabupaten Grobogan, 2012 Berdasarkan Tabel 5. kecamatan dengan luasan wilayah terbesar adalah Kecamatan Geyer, dengan luas 196,19 km 2 (9,9% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan), sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Klambu, seluas 46,564 km 2 (2,2% dari luas wilayah Kabupaten Grobogan). Luas wilayah Kabupaten Grobogan sebagaimana pada tabel di atas seluas 1.975,86 km 2 atau 197.586,42 ha dengan tataguna lahan yang terdiri dari :

digilib.uns.ac.id 48 Tabel 6. Tataguna Lahan (land Used) Kabupaten Grobogan Jenis penggunaan tanah Luas (Ha) Prosentase Tanah Sawah 64.790,210 32,791 Irigasi teknis 18.394,780 9,310 Irigasi setengah teknis 1.658,000 0,839 Irigasi sederhana 10.609,260 5,369 Tadah hujan 34.128,170 17,273 Tanah bukan sawah 132.796,210 67,209 Bangunan dan halaman 23.649,278 11,969 Tegalan 28.536,865 14,443 Padang gembala 0 0 Tambak/kolam 22,430 0,011 Rawa 0 0 Hutan Negara 68.633,030 34,736 Hutan rakyat 4.443,107 2,249 Perkebunan Negara - - Lain (sungai, jalan, 7.511,500 3,802 kuburan) Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Berdasarkan Tabel 6. Kabupaten Grobogan secara keseluruhan yang mempunyai luas 197.584.420 Ha, pemanfaatan lahannya meliputi 65.185.220 Ha lahan sawah dan 132.401.200 Ha lahan bukan sawah. atau 32,991 % merupakan lahan sawah dan selebihnya 67,009 % merupakan lahan bukan sawah yang terdiri dari pekarangan/bangunan, tegal/kebun, padang/gembala, kolam/empang, hutan negara/hutan rakyat, perkebunan negara/swasta. Dari 32,991 % lahan sawah yang paling banyak penggunaannnya terdapat pada lahan sawah dengan pengairan tadah hujan yaitu 17,787 % sedangkan dari 67,009 % lahan bukan sawah yang paling banyak penggunannya pada hutan negara dan hutan rakyat yaitu 73.031.320 Ha atau 36,961 %. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan penggunaan lahan sawah mengalami perubahan dalam penggunaannya, misalnya dari lahan sawah atau pekarangan berubah menjadi tegal/kebun atau perubahan penggunaan yang lainnya. Berdasarkan perbandingan antara lahan sawah 32,991 % dan lahan bukan sawah 67,009 % dapat diartikan bahwa masyarakat di Kabupaten Grobogan masih banyak menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sektor pertanian.

digilib.uns.ac.id 49 Adapun kawasan lindung di wilayah Kabupaten Grobogan terdiri dari: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, meliputi: 1) Kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 40%, berada di Kecamatan Grobogan, Brati, Tawangharjo dan Wirosari dengan luas kawasan 448,50 ha. 2) Kawasan resapan air yang berada di 30 desa yang tersebar di Kecamatan Tanggungharjo, Kedungjati, Karangrayung, Penawangan, Toroh, Geyer, Pulokulon, Kradenan, Gabus, Klambu dan Grobogan. b. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi : kawasan Sempadan Sungai seluas 7.265 ha, Kawasan Sempadan Waduk (Waduk Gambrengan, Sanggeh, Butak, Simo, Nglangon, Kenteng) dengan luas total 149 ha, serta Kawasan Sempadan Mata Air dengan luas total 1.382 ha. c. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya, yang meliputi: kawasan Bledug Kuwu seluas 168,75 ha, kawasan Mrapen seluas 12,56 ha, Kawasan Makam Ki Ageng Tarub seluas 12,56 ha, Kawasan Makam Ki Ageng Selo seluas 12,56 ha, kawasan Gua Lawa dan Gua Macan seluas 12,56 ha, dan Kawasan Gua Urang seluas 12,56 ha. 3. Iklim Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Program Kehutanan tentang iklim di Kabupaten Grobogan yang terletak di antara Daerah Pantai Utara bagian timur dan daerah Bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan suhu minimum 26 0 C. Rata-rata hari hujan tahun 2012 sebanyak 148 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2012 tercatat sebanyak 1782 mm/tahun. Dengan kondisi iklim tersebut daerah Grobogan termasuk daerah beriklim kering dengan curah hujan sedang sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman tembakau.

digilib.uns.ac.id 50 3. Keadaan Penduduk a. Jumlah dan Komposisi Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi. Berikut ini adalah perkembangan jumlah penduduk di kabupaten Grobogan tahun 2008 2012 : Tabel 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2008 2012 No Tahun Jenis Kelamin Pertumbuhan Jumlah Perub. Laki-Laki Perempuan % 1 2008 690.383 704.097 1.394.480 7.431 0,53 2 2009 695.690 709.080 1.404.770 10.290 0,74 3 2010 700.319 713.017 1.413.336 8.566 0,61 4 2011 706.303 716.958 1.423.261 9.925 0,70 5 2012 711.626 721.735 1.433.361 10.100 0,71 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Penduduk Kabupaten Grobogan terus mengalami pertumbuhan, dari tahun 2008 sebanyak 1.394.480 jiwa, dengan pertumbuhan sebesar 0,53% sampai dengan akhir tahun 2012 menjadi sebesar 1.433.361 jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Grobogan selama 5 tahun terjadi penambahan 46.312 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,66%. Tabel 8. Beberapa Indikator Kependudukan Kabupaten Grobogan Tahun 2012 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2012 Kabupaten Grobogan 1.433.361 jiwa 711.626 jiwa 721.735 jiwa Indikator Jumlah Penduduk 1. Laki-laki 2. Perempuan Rasio Jenis Kelamin 98 Penduduk Menurut Kelompok Umur 1. 0 14 tahun 2. 15 64 tahun 3. 65 tahun 323.369 jiwa 980.987 jiwa 129.005jiwa Angka Beban Tanggungan 46,11

digilib.uns.ac.id 51 Tabel 8 menunjukkan dari segi sex rasio, jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan lebih besar jenis kelamin Perempuan. Dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 711.626 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 721.735 jiwa, maka sex rasio penduduk mencapai 98, yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 98 jiwa penduduk laki-laki. Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk adalah kelompok usia produktif (usia 15 65 tahun), karena mencapai 980.987 jiwa atau 68,4 %, kemudian kelompok anak anak (usia 0 15 tahun) mencapai 323.369 jiwa atau 22,6% dan kelompok lanjut usia (usia 65 tahun ke atas) mencapai 129.005 jiwa atau 9,0%. Sedangkan rasio ketergantungan total adalah 46,11, artinya setiap 100 orang berusia produktif di Kabupaten Grobogan menanggung 46 orang yang belum produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2012, penduduk usia kerja Kabupaten Grobogan dibebani tanggung jawab terhadap penduduk usia muda lebih banyak daripada usia tua. a. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dan luas daerah yang di diami, karena itu kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya. Sejalan dengan kenaikan penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2012 tercatat sebesar 725 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Karakteristik daerah tempat tinggal juga mempengaruhi jenis pekerjaan utama yang dilakukan penduduk setempat. Besarnya

digilib.uns.ac.id 52 penyerapan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang hasilnya akan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. b. Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15 thn 65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja. Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan Umur 15 Tahun keatas Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008-2012 No Lapangan Pekerjaan Tenaga Kerja 2008 2009 2010* 2011* 2012** 1 Pertanian Tanaman Pangan 348.613 380.051 385.124 363.789 390.809 2 Perkebunan 4.084 15.319 15.051 14.217 15.273 3 Perikanan 673 753 760 718 772 4 Peternakan 7.448 8.333 8.538 8.065 8.664 5 Pertanian lainnya 3.608 4.037 4.069 3.843 4.129 6 Industri Pengolahan 41.554 39.233 39.635 37.440 40.220 7 Perdagangan 123.106 124.609 127.937 120.849 129.824 8 Jasa 52.615 60.746 63.008 59.518 63.938 9 Angkutan 34.524 34.387 35.973 33.980 36.504 10 Lainnya 45.812 53.233 54.136 51.137 54.935 TOTAL 662.037 720.700 734.231 693.556 745.068 Sumber : BPS Grobogan tahun 2012 * : Angka Revisi **: Angka Sementara Penduduk Kabupaten Grobogan, sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, karena itu sesuai commit potensi to user daerah yang ada pada lingkungan

digilib.uns.ac.id 53 sekitar maka mata pencaharian penduduk Kabupaten Grobogan sebagian besar bekerja dibidang pertanian, baik sebagai buruh tani atau petani penggarap. Sedangkan sebagian lainnya bekerja sebagai pegawai, pedagang, dan lain lain. B. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan ini menggunakan data time series selama 17 tahun, yaitu pada tahun 1996-2012. Penawaran tembakau dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model Nerlove yang telah disesuaikan, sehingga didapatkan penawaran tembakau sebagai variabel tak bebas (dependent) yang diukur dari produksi tembakau pada daerah penelitian. Sebagai variabel bebas (independent) yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun t, rata-rata curah hujan pada tahun t, dan luas panen jagung pada tahun t. Penggunaan model Nerlove ini dikarenakan adanya time lag dalam komoditas tembakau yang bersifat musiman menyebabkan dalam jangka pendek petani belum mampu melakukan pengaturan dan penyesuaian kembali dalam penyaluran faktor-faktor produksi yang dimilikinya seperti lahan untuk mengusahakan tembakau. Penggunaan lahan untuk mengusahakan tembakau tidak dapat dirubah secara cepat untuk merespon kenaikan atau penurunan harga tembakau di pasaran. 1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan a. Harga Tembakau Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996 2012 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun meskipun ada beberapa tahun yang mengalami penurunan harga dari tahun sebelumnya. Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan ditunjukkan oleh tabel berikut :

digilib.uns.ac.id 54 Tabel 10. Harga Tembakau di Kabupaten Grobogan tahun 1996 2012 Tahun Harga Tembakau Perkembangan IHK Berlaku(Rp) Konstan(Rp) Rp % 1996 69,75 2.175,00 3.119,00 0,00 0,00 1997 71,83 2.782,00 4.873,00 1754,02 56,24 1998 77,54 4.150,00 5.352,00 479,49 9,84 1999 123,96 7.233,00 5.835,00 482,71 9,02 2000 84,08 9.257,00 15.009,00 9174,23 157,23 2001 84,55 10.361,00 14.254,00-755,48-5,03 2002 90,55 11.129,00 12.290,00-1963,90-13,78 2003 100,00 13.000,00 13.000,00 710,15 5,78 2004 108,17 21.743,00 20.101,00 7100,92 54,62 2005 108,86 16.333,00 15.004,00-5097,24-25,36 2006 121,30 15.763,00 12.995,00-2008,62-13,39 2007 132,97 16.750,00 12.597,00-398,23-3,06 2008 145,72 30.944,00 21.235,00 8638,42 68,58 2009 164,83 48.210,00 20.248,00-987,11-4,65 2010 168,75 21.245,00 23.589,00 3341,29 16,50 2011 177,49 52.650,00 23.663,00 73,52 0,31 2012 186,00 56.300,00 25.269,00 1605,88 6,79 Jumlah 2.016,36 340.024,00 248.432,00 22.150,03 319,63 Rata-Rata 118,61 20.001,42 14.613,69 1.302,94 18,80 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa harga tembakau cenderung meningkat. Kenaikan harga tembakau yang terjadi cukup besar. Tingkat harga tembakau yang digunakan dalam analisis merupakan harga yang sudah dideflasikan yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di dalam pendeflasian tersebut digunakan indeks harga konsumen dengan tahun 2002. Perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata harga tembakau sebelum terdeflasi yaitu sebesar Rp 20.001,42. Sedangkan rata-rata harga tembakau setelah terdeflasi yaitu sebesar Rp 14.613,69. Harga tembakau setelah terdeflasi tertinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 25.269,00 dan harga tembakau setelah terdeflasi terendah pada tahun 1996 sebesar Rp 3.119,00. Perkembangan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahaun 2000 sebesar Rp 9174,23.

digilib.uns.ac.id 55 60,000 50,000 40,000 Perkembangan Harga Tembakau tahun 1996-2012 Harga 30,000 20,000 10,000 Harga Tembakau Berlaku Harga Tembakau Konstan - Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996-2012 Gambar 10 menunjukkan perkembangan harga tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996 2012 cenderung meningkat. Harga tembakau di Kabupaten Grobogan sebelum terdeflasi berkisar antara Rp. 2.175,00 Rp 56.300,00 per kilogram. Sedangkan harga tembakau setelah terdeflasi berkisar antara Rp 3.119,00 - Rp 25.269,00 perkilogram. Kenaikan harga tertinggi baik pada harga sebelum terdeflasi maupun setelah terdeflasi, terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp 9.174,23 serta mengalami penurunan harga tertinggi pada tahun 2005 sebesar Rp 5.097,24. b. Jumlah Produksi Tembakau Tahun Jumlah produksi merupakan faktor yang penting dalam penawaran. Hal ini dikarenakan jumlah produk merupakan jumlah yang akan ditawarkan kepada konsumen. Produksi tembakau di Kabupaten Grobogan pada tahun 1996-2012 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

digilib.uns.ac.id 56 Tabel 11. Produksi tembakau Kabupaten Grobogan tahun 1996-2012. Tahun Jumlah Produksi Perkembangan Tembakau (kg) Kg % 1996 63.743.000 0 0 1997 34.009.000-29.734.000-47 1998 34.529.600 520.600 2 1999 34.358.900-170.700 0 2000 34.590.750 231.850 1 2001 32.861.220-1.729.530-5 2002 34.026.510 1.165.290 4 2003 39.050.900 5.024.390 15 2004 19.173.400-19.877.500-51 2005 17.101.000-2.072.400-11 2006 8.327.100-8.773.900-51 2007 8.165.620-161.480-2 2008 2.421.000-5.744.620-70 2009 1.279.160-1.141.840-47 2010 4.277.350 2.998.190 234 2011 2.746.600-1.530.750-36 2012 775.490-1.971.110-72 Jumlah 3.71436.600-62.967.510-137 Rata-Rata 21.849.212-3.703.971-8 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Grobogan, 1996-2012 Rata-rata produksi tembakau di Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 21.849,212 ton. Produksi tembakau terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 775,49 ton. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut jumlah areal yang dipanen tembakau yang sedikit dan banyak panenan tembakau yang kurang berproduksi maksimal. Produksi tembakau tertinggi yaitu pada tahun 1996 yaitu sebesar 63.743,00 ton. Dimana pada tahun tersebut banyak petani yang menanam tembakau dari pada tahun sekarang

digilib.uns.ac.id 57 70,000,000 60,000,000 50,000,000 Jumlah Produksi Tembakau (kg) Produksi 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 - Jumlah Produksi Tembakau (kg) Tahun Gambar 11. Grafik Perkembangan Produksi Tembakau di Kabupaten Grobogan tahun 1996-2012 Gambar 11 menunjukkan bahwa produksi tembakau di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996-2012 cenderung menurun. Menurunnya ini dapat disebabkan karena produsen banyak yang beralih ke komuditas lain seperti jagung dan sulitnya memperkirakan musim tanam tembakau yang sesuai sehingga banyak tanaman tembakau yang tidak dapat mengalami panen maksimal. Oleh sebab itu produksi tembakau di Kabupaten Grobogan tiap tahun mengalami menurun. c. Luas Areal Panen Tembakau Luas areal panen tembakau merupakan faktor yang menentukan jumlah produksi tembakau yang dihasilkan oleh petani. Perkembangan luas areal panen tembakau dari tahun 1996-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

digilib.uns.ac.id 58 Tabel 12. Perkembangan Luas Panen Tembakau 1996-2012 Tahun Luas Lahan (ha) Perkembangan Ha % 1996 9.600,00 0,00 0 1997 6.329,00-3.271,00-34,07 1998 4.266,00-2.063,00-32,60 1999 2.386,00-1.880,00-44,07 2000 3.942,00 1.556,00 65,21 2001 3.697,48-244,52-6,20 2002 4.020,50 323,02 8,74 2003 5.324,00 1.303,50 32,42 2004 2.591,00-2.733,00-51,33 2005 1.915,28-675,72-26,08 2006 1.070,00-845,28-44,13 2007 2.906,50 1.836,50 171,64 2008 5.339,00 2.432,50 83,69 2009 1.709,46-3.629,54-67,98 2010 986,00-723,46-42,32 2011 1.012,00 26,00 2,64 2012 948,00-64,00-6,32 Jumlah 58.042,22-8.652,00 9,22 Rata-rata 3.414,25-508,94 0,54 Sumber : Dinas Perkebuan Kabupaten Grobogan, 1996-2012 Tabel 12 menunjukkan bahwa luas areal panen tembakau di Kabupaten Grobogan mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya, dimana luas areal panen terbesar yaitu pada tahun 1996 sebesar 9600 ha, sedangkan luas panen tembakau terkecil yaitu pada tahun 2012 yaitu sebesar 948 ha. Apabila data tersebut digambarkan secara grafik, akan diperoleh gambar sebagai berikut.

digilib.uns.ac.id 59 Perkembangan Luas Tanam Tembakau (ha) 12,000 10,000 Luas tanam 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Luas Lahan (ha) Tahun Gambar 12. Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Tembakau tahun 1996-2012 Gambar 12 menunjukkan bahwa luas areal panen tembakau di Kabupaten Grobogan memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena lahan yang digunakan untuk menanam tembakau juga dialih fungsikan ketanaman lain, yaitu jagung. Akibatnya luas areal panen untuk tembakau mengalami penurunan. Hal ini berdampak pada penawaran tembakau, dimana ketika luas areal panen tembakau menurun, maka penawaran tembakau juga menurun. d. Rata-rata Curah Hujan Curah hujan berpengaruh terhadap produksi tembakau. Tembakau merupakan tanaman yang tidak banyak memerlukan air untuk pertumbuhannya. Walaupun demikian, tanaman tembakau sangat peka terhadap perubahan curah hujan yang terjadi selama masa pertumbuhannya. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996-2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

digilib.uns.ac.id 60 Tabel 13. Curah Hujan Kabupaten Grobogan Tahun 1996-2012 Tahun Curah Hujan 1996 1.081 1997 1.216 1998 2.011 1999 1.924 2000 2.064 2001 1.730 2002 1.484 2003 1.495 2004 1.838 2005 1.716 2006 1.726 2007 1.958 2008 1.805 2009 1.700 2010 2.901 2011 2.112 2012 1.782 Rata-rata 1.797 Sumber : BPS Kabupaten Grobogan 1996-2012 Curah hujan terendah di Kabupaten Grobogan terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 1081 mm pertahun. Rendahnya curah hujan pada tahun tersebut tersebut terjadi karena adanya musim kemarau berkepanjangan. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.901 mm pertahun. 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 Curah Hujan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Curah Hujan Gambar 13. Grafik Perkembangan Curah Hujan di Kabupaten Grobogan dari tahun 1996-2012

digilib.uns.ac.id 61 Grafik rata-rata curah hujan yang terlihat pada gambar menunjukkan bahwa curah hujan di Kabupaten Grobogan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Akan tetapi dapat dilihat pada tahun 2010-2011 curah hujan cenderung menurun paling rendah dan tahun tahun 2009-2010 curah hujan meningkat dan paling tinggi ketimbang tahuntahun yang lainnnya. Hal ini diakibatkan adanya dua musim di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan yang tidak terlalu tinggi sangat mendukung pertumbuhan tanaman tembakau. Selama pertumbuhannya, tanaman tembakau tidak banyak membutuhkan air. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun e. Luas Areal Panen Jagung Penentuan tanaman jagung sebagai komoditas subtitusi dari tanaman tembakau didasarkan pada kondisi lokasi daerah penelitian dimana tanaman jagung juga banyak dibudidayakan dan tanaman tembakau membutuhkan syarat tumbuh yang hampir sama dengan tanaman jagung. Pada lokasi penelitian masyarakat sekitar ditemukan jika masyarakat tidak menanam tanaman tembakau pada lahan miliknya, maka masyarakat tersebut memilih komoditas lain untuk ditanam pada lahan miliknya. Komuditas lain tersebut adalah tanaman jagung. Perkembangan luas panen jagung di Kabupaten Grobogan selama tahun 1996-2012 dapat dilihat sebagai berikut :

digilib.uns.ac.id 62 Tabel 14. Perkembangan Luas Panen Jagung di Kabupaten Grobogan tahun 1996-2012 Tahun Luas Panen Jagung (Ha) Perkembangan Ha % 1996 102.775,00 0 0 1997 66.641,00-36.134,00-35,16 1998 109.806,00 43.165,00 64,77 1999 81.841,00-27.965,00-25,47 2000 108.001,00 26.160,00 31,96 2001 102.010,00-5.991,00-5,55 2002 66.154,00-35.856,00-35,15 2003 111.596,00 45.442,00 68,69 2004 94.243,00-17.353,00-15,55 2005 120.151,00 25.908,00 27,49 2006 86.305,00-33.846,00-28,17 2007 105.297,00 18.992,00 22,01 2008 133.137,00 27.840,00 26,44 2009 132.302,00-835,00-0,63 2010 131.103,00-1.199,00-0,91 2011 90.348,00-40.755,00-31,09 2012 100.332,00 9.984,00 11,05 Jumlah 1.742.042,00-2.443,00 74,75 Rata-Rata 102.473,06-144,00 4,40 Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 1996-2012 Tabel 14 menujukkan luas panen jagung di Kabupaten Grobogan. Perkembangan dari tahun ke tahun sangatlah fluktuatif. Luas panen jagung tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni 133.137 ha dan luas panen jagung terendah pada tahun 1997 yakni 66.641 ha. Peningkatan luas tanam tembakau teradi pada tahun 2003 yakni 45.442 ha dan penurunan areal tanam tanam terendah terjadi pada tahun 2011 yakni 40.755 ha.

digilib.uns.ac.id 63 140,000.00 120,000.00 Perkembangan Luas Tanam Jagung (Ha) Luas tanam 100,000.00 80,000.00 60,000.00 40,000.00 Luas Tanam Jagung (Ha) 20,000.00 - Tahun Gambar 14. Grafik Perkembangan Luas Panen Jagung di Kabupaten Grobogan tahun 1996-2012 Selama kurun waktu mulai tahun 1996-2012, luas panen jagung mengalami perubahan yang fluktuatif. Peningkatan luas panen jagung tertinggi terjadi pada tahun 1998 dan mengalami penurunan luas panen terendah terjadi pada tahun 2011. 2. Respon Penawaran Tembakau Penelitian tentang analisis respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan ini dilakukan dengan menggunakan model penyesuaian dinamis dari Nerlove. Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun waktu 17 tahun. Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun t, rata-rata curah hujan pada tahun t serta luas areal panen jagung pada tahun t.

digilib.uns.ac.id 64 Tabel 15. Rekapitulasi Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian Tahun Hasil Penelitian Qt Pt -1 A t Q t-1 W t Act 1996 63.743.000,00 3.119,00 9.600,00 66.070.000,00 1.081 102.775,00 1997 34.009.000,00 4.873,00 6.329,00 63.743.000,00 1.216 66.641,00 1998 34.529.600,00 5.352,00 4.266,00 34.009.000,00 2.011 109.806,00 1999 34.358.900,00 5.835,00 2.386,00 34.529.600,00 1.924 81.841,00 2000 34.590.750,00 15.009,00 3.942,00 34.358.900,00 2.064 108.001,00 2001 32.861.220,00 14.254,00 3.697,48 34.590.750,00 1.730 102.010,00 2002 34.026.510,00 12.290,00 4.020,50 32.861.220,00 1.484 66.154,00 2003 39.050.900,00 13.000,00 5.324,00 34.026.510,00 1.495 111.596,00 2004 19.173.400,00 20.101,00 2.591,00 39.050.900,00 1.838 94.243,00 2005 17.101.000,00 15.004,00 1.915,28 19.173.400,00 1.716 120.151,00 2006 8.327.100,00 12.995,00 1.070,00 17.101.000,00 1.726 86.305,00 2007 8.165.620,00 12.597,00 2.906,50 8.327.100,00 1.958 105.297,00 2008 2.421.000,00 21.235,00 5.339,00 8.165.620,00 1.805 133.137,00 2009 1.279.160,00 20.248,00 1.709,46 2.421.000,00 1.700 132.302,00 2010 4.277.350,00 23.589,00 986,00 1.279.160,00 2.901 131.103,00 2011 2.746.600,00 23.663,00 1.012,00 4.277.350,00 2.112 90.348,00 2012 775.490,00 25.269,00 948,00 2.746.600,00 1.082 100.332,00 Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut: LnQt = -4.439 0,576 lnp t-1 0,002 lna t + 0,900 lnq t-1 + 1,349 lnw t 0,107 lnact Keterangan : Q t P t-1 Q t-1 A t W t Act : respon penawaran tembakau pada tahun t (kg) : harga tembakau pada tahun sebelumnya (Rp/kg) : jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya (kg) : luas areal panen tembakau pada tahun t (Ha) : rata-rata curah hujan pada tahun t (mm/tahun) : luas areal panen jagung pada tahun t (Ha) a. Pengujian Model 1) Koefisien determinasi (R 2 ) Besarnya nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa besar proporsi sumbangan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebasnya. Berdasarkan analisis

digilib.uns.ac.id 65 data diperoleh nilai Adjusted R 2 sebesar 0,880. Hal ini berarti 88,0 persen respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya, dan luas panen jagung pada tahun t, sedangkan sisanya sebesar 12,0 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan antara lain harga input, tingkat teknologi yang digunakan oleh petani dan jumlah petani yang membudidayakan tembakau. 2) Uji F Uji F (F-test) digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis uji F dapat di lihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Bepengaruh terhadap Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 27.192 5 5.438 24.463 0.000 *** Residual 2.446 11.222 Total 29.638 16 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan: * : signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% *** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 99% sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa commit variabel-variabel to user yang diamati yaitu harga

digilib.uns.ac.id 66 tembakau pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya, dan luas panen jagung pada tahun t secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. 3) Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel penduga terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 17. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Model Koefisien Regresi Sig Harga Tembakau pada tahun sebelumnya (P t-1 ) -0,576 0,044** Jumlah Produksi Tembakau pada tahun sebelumnya (Q t-1 ) 0,9 0,001** Luas panen Tembakau tahun t (A t ) -0,002 0,994 ns Curah hujan pada tahun t (Wt) 1,349 0,034** Luas panen Jagung pada tahun t (Act) 0,107 0,894 ns Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan: ** : signifikan pada tingkat kepercayaan 95% ns : tidak signifikan Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui hasil uji t menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan diperoleh 3 dari 5 variabel bebas yang digunakan dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan bahwa harga tembakau pada tahun sebelumnya, curah hujan pada tahun t, jumlah produksi tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap respon penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada tingkat kepercayaan 95%, dan untuk luas panen tembakau pada tahun

digilib.uns.ac.id 67 t serta luas panen jagung pada tahun t tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. b. Pengujian Asumsi Klasik Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik maka dilakukan pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas. 1) Multikolinearitas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas, sehingga untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model digunakan nilai perason correlation dalam matrix correlation. Nilai pearson correlation yang ditunjukkan pada hasil analisis data yang terdapat di Lampiran 10 diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. 2) Autokorelasi Uji terhadap autokorelasi digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi digunakan angka D-W (Durbin-Watson). Berdasarkan analisis data yang terdapat di Lampiran diketahui bahwa nilai D-W sebesar 1.961. Kriteria pengujian yang digunakan (Gujarati, 1995) adalah : d < 0,779 = menolak Ho, terjadi autokorelasi positif d > 3,221 = menolak Ho, terjadi autokorelasi negatif 1,900 < d < 2,100 = Terima Ho, tidak terjadi autokorelasi 0,779 d 1,900 = tidak dapat disimpulkan 2,100 < d < 3,221 = tidak dapat disimpulkan

digilib.uns.ac.id 68 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dalam model, sehingga tidak mengalami autokorelasi karena nilai tersebut diantara 1.900 1.961 2.039. 3) Heteroskedastisitas Scatterplot digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil analsis data yang terdapat di lampiran 12, diketahui bahwa pada grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 dan sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam memprediksi penawaran tembakau berdasarkan masukan variabel independennya. Kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi homoskedastisitas. 3. Variabel yang Paling Berpengaruh Koefisien regresi parsial menunjukan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Semakin besar nilai koefisien regresi parsial, maka semakin besar pula pengaruh variabel bebas tersebut terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Hasil analisis ditampilkan pada tabel 18. Tabel 18. Nilai Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel yang Mempengaruhi Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Variabel Koefisien Regresi Parsial Peringkat Q t-1 0,803 1 P t-1-0,779 2 Wt -0,115 3 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Keterangan : Q t-1 = Produksi tembakau pada tahun sebelumnya (kg) P t-1 = Harga tembakau pada Tahun sebelumnya (Rp/kg) W t = Curah hujan pada tahun t (mm/thn)

digilib.uns.ac.id 69 Tabel 18 menunjukkan bahwa korelasi variabel produksi tembakau tahun sebelumnya dengan penawaran tembakau memiliki nilai 0,803 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang kuat dengan hubungan positif. Dimana setiap penambahan 1 satuan produksi tembakau tahun sebelumnya akan menaikan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,803 satuan. Selanjutnya terdapat variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya menunjukkan bahwa korelasi dengan penawaran tembakau memiliki nilai tertinggi nomer 2 yaitu sebesar -0,779. Hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya ketika variabel bebas lainnya konstan memiliki hubungan yang kuat. Hubungan negatif menunjukkan bahwa pengaruh yang dimana setiap penambahan 1 satuan harga tembakau pada tahun sebelumnya tembakau di Kabupaten Grobogan akan menurunkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,779 satuan. Hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel curah hujan pada tahun t ketika variabel bebas lainnya konstan adalah hubungan sangat lemah. Hal ini berarti bahwa variabel curah hujan pada tahun t memberikan pengaruh paling kecil dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Produksi tembakau tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi parsial nomer 3 yaitu sebesar 0,053. Hasil ini menunjukkan hubungan antara penawaran tembakau dengan variabel produksi tembakau sebelumnya memiliki hubungan yang sangat lemah. Nilai koefisien regresi parsial sebesar 0,053 satuan menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan positif. 4. Elastisitas Penawaran Elatisitas yang dikaji dalam penelitian ini yaitu elatisitas jangka pendek dan elatististas jangka panjang. Penawaran dikatakan elastis jika para penjual dapat segera menambah jumlah barang yang ditawarkan pada saat harga naik. Sedangkan penawaran yang inelastis adalah ketika

digilib.uns.ac.id 70 kenaikan harga tidak dapat segera diikuti dengan bertambahnya jumlah barang yang akan dijual (Gilarso, 2003). Elastisitas penawaran adalah presentase perubahan penawaran akibat adanya perubahan faktor-faktor yang berpengaruh. Nilai elastisitas variabel yang berpengaruh signifikan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Elastisitas Penawaran Tembakau dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Grobogan Variabel Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang Q t-1 0,900 9,000 P t-1 0,576 5,760 Wt 1,349 13,490 Sumber : Analisis Data Sekunder, 2013 Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa elastisitas penawaran tembakau terhadap perubahan produksi tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis (E<1) dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang bersifat elastis (E>1) Artinya perubahan variabel tersebut kurang berpengaruh pada perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek dan akan sangat berpengaruh terhadap penawaran tembakau jangka panjang. Berdasarkan tabel 19 elastisitas penawaran tembakau terhadap perubahan harga tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis baik jangka pendek yang ditunjukkan nilai elastisitas kurang dari 1 (E<1) sedangkan bersifat elastis pada jangka panjang dengan nilai elastisitas lebih dari 1 (E>1). Artinya perubahan variabel tersebut kurang berpengaruh pada perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada jangka pendek dan berpengaruh terhadap perubahan pada penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan pada jangka panjang. Sedangkan nilai elastisitas curah hujan pada saat panen tembakau bersifat elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang yang ditunjukkan dengan nilai elastisitas lebih dari 1 (E>1). Artinya perubahan variabelvariabel tersebut sangat berpengaruh pada perubahan penawaran

digilib.uns.ac.id 71 tembakau di Kabupaten Grobogan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. C. Pembahasan a. Respon Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Respon penawaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku petani dalam menyikapi perubahan berbagai faktor yang mempengaruhi penawaran. Secara lebih spesifik, respon penawaran tembakau menunjukkan perilaku produsen tembakau dalam menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi pada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian Respon Penawan Tembakau di Kabupaten Grobogan yang menggunakan data time series dari tahun 1996-2012 (17 tahun), menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati yaitu harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas areal panen tembakau tahun pada tahun yang bersangkutan, curah hujan pada tahun yang bersangkutan serta luas areal panen jagung pada tahun bersangkutan berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dengan tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti perubahan pada keseluruhan variabel tersebut, penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan akan mengalami perubahan. Selain itu diperkuat dan dibuktikan berdasarkan uji R 2 sebesar 88,0 penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan oleh variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun yang bersangkutan, curah hujan pada tahun bersangkutan serta luas areal panen jagung pada tahun bersangkutan. Hasil uji-t secara individual terkait pengaruh variabel-variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan didapat tiga dari lima variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan yaitu jumlah produksi tembakau tahun sebelumnya, harga tembakau pada tahun sebelumnya serta curah hujan pada tahun t. Adapun hasil uji signifikansi variabel bebas terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan commit dapat to user dijabarkan sebagai berikut :

digilib.uns.ac.id 72 1. Produksi Tembakau Tahun Sebelumnya Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau akibat perubahan variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya bernilai positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,9. Artinya produksi tembakau tahun sebelumnya memberikan pengaruh secara positif terhadap perubahan penawaran tembakau. Setiap kenaikan produksi tembakau tahun sebelumnya sebesar 1 satuan maka penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan akan meningkat sebesar 0,9 satuan kg tembakau. Produksi tembakau pada tahun sebelumnya akan mempengaruhi penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan dikarenakan akan memotivasi petani untuk menanam tembakau kembali berdasarkan keberhasilan hasil panen pada tahun sebelumnya. 2. Harga Tembakau pada tahun sebelumnya Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,044 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,044 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau akibat perubahan harga tembakau pada tahun sebelumnya bernilai negatif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,576. Artinya harga tembakau tahun sebelumnya memberikan pengaruh secara negatif terhadap perubahan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Setiap kenaikan harga tembakau sebesar 1 satuan akan

digilib.uns.ac.id 73 menurunkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 0,576 satuan rupiah Naiknya harga tembakau akan mempengaruhi seberapa besar jumlah tembakau yang ditawarkan di Kabupaten Grobogan, disini dilihat terjadi terjadi penyimpangan terhadap teori ekonomi. Hubungan yang negatif tersebut diduga karena adanya perubahan perilaku menyimpang pada pasar, Peraturan Pemerintah tentang pengendalian tembakau, Rancangan Undang-Undang tembakau, serta adanya larangan tentang bahaya akan produk dari tembakau bagi kesehatan yang gencar dilakukan pemerintah menimbulkan penurunan penawaran akan tembakau. Perubahan harga tembakau bisa juga dikarenakan lemahnya perencanaan yang dilakukan oleh petani, dimana perencanaan dalam usahatani merupakan kegiatan awal yang dilakukan petani sebelum melakukan usahatani tembakau. Dalam perencanaan, petani secara tradisional akan mengikuti apa yang menjadi trend di pasar dari komoditi pertanian yang memberikan hasil yang tinggi dan memiliki harga tinggi, sehingga harga menjadi patokan utama untuk merencanakan usahatani yang akan dilaksanakan (Endang, 2013). 3. Curah Hujan Pada Tahun t Berdasarkan hasil analisis uji t, variabel curah hujan pada tahun t menunjukan tingkat signifikansi sebesar 0,034 dengan demikian maka nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,34 < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya variabel curah hujan pada tahun t berpengaruh nyata secara individu terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan. Respon penawaran tembakau sebagai akibat dari perubahan curah hujan pada tahun t bernilai positif dengan nilai koefisien sebesar 1,349. Artinya curah hujan memberikan pengaruh secara positif terhadap perubahan penawaran tembakau. Setiap kenaikan curah hujan 1 satuan mm pertahun akan meningkatkan penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan sebesar 1,349 satuan mm pertahun.

digilib.uns.ac.id 74 Hal ini dikarenakan curah hujan curah hujan rata-rata pertahun di Kabupaten Grobogan setiap tahunnya kurang dari 2000 mm pertahun. Sehingga kenaikan curah hujan akan berpengaruh positif terhadap penawaran tembakau. Menurut Dinas Perkebunan (2013) untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. b. Variabel yang Paling Berpengaruh Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan adalah variabel curah hujan pada tahun t. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi parsial curah hujan pada tahun t paling besar diantara variabelvariabel yang lain, yaitu dengan nilai sebesar 0,660 dengan hubungan positif. Hal ini berarti bahwa variabel produksi tembakau pada tahun sebelumnya memberikan pengaruh paling besar dibandingkan dengan variabel lain yang digunakan dalam model. Hubungan positif antara penawaran tembakau dengan variabel curah hujan menjelaskan bahwa bila terjadi kenaikan curah hujan pada tahun t, maka penawaran tembakau akan turut meningkat. Hal ini dikarenakan produksi tembakau pada tahun sebelumnya memberikan gambaran akan perkiraan musim hujan yang pas untuk bercocok tanam tembakau untuk tahun depan.. c. Elastisitas Penawaran Tembakau di Kabupaten Grobogan Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap produksi tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis pada jangka pendek bernilai 0,900 yang artinya setiap perubahan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 0,900%. Pada jangka panjang nilai elastisitas tembakau terhadap luas areal panen tembakau pada tahun sebelumnya bersifat elastis yakni 9,000, yang artinya bahwa setiap perubahan variabel harga tembakau pada sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah commit penawaran to user tembakau sebesar 9 %.

digilib.uns.ac.id 75 Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap harga tembakau pada tahun sebelumnya bersifat inelastis pada jangka pendek bernilai 0,576 yang artinya setiap perubahan variabel harga tembakau pada tahun sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 0,576%. Pada jangka panjang nilai elastisitas tembakau terhadap harga tahun sebelumnya bersifat elastis yakni 5,760, yang artinya bahwa setiap perubahan variabel harga tembakau pada sebelumnya sebesar 1%, mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 5,760%. Elastisitas penawaran tembakau di Kabupaten Grobogan terhadap curah hujan pada tahun t memiliki nilai elastisitas lebih dari satu pada jangka pendek yaitu 1,349 maupun jangka panjang yaitu 13,490 yang berarti bersifat elastis. Nilai elastisitas tersebut dapat diartikan bahwa setiap perubahan variabel curah hujan sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan jumlah penawaran tembakau sebesar 1,349% pada jangka pendek dan 13,490% pada jangka panjang. Banyaknya curah hujan sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan menanam tembakau dimana panenan tembakau itu sendiri tidak membutuhkan banyak air selama proses budidayanya. Menurut Kartasapoetra (1988), penyebab inelastisnya penawaran produk pertanian adalah : 1. Produk pertanian dihasilkan secara musiman 2. Kapasitas usaha produksinya cenderung mencapai tingkatan yang tinggi, tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan 3. Panenan terhadap panenan yang dibudidayakan memerlukan cukup waktu yaitu sampai musim panen tiba. Adanya time lag dalam komoditas tembakau yang bersifat musiman menyebabkan dalam jangka pendek petani belum mampu melakukan pengaturan dan penyesuaian kembali dalam penyaluran faktorfaktor produksi yang dimilikinya seperti penggunaan lahan untuk mengusahakan tembakau. commit Penggunaan to user lahan untuk mengusahakan

digilib.uns.ac.id 76 tembakau tidak dapat dirubah secara cepat untuk merespon kenaikan atau penurunan harga tembakau di pasaran. Petani tidak mungkin akan meningkatkan luas areal panen tembakau secara cepat ketika mereka mengetahui bahwa harga tembakau pada tahun ini tinggi. Mereka baru dapat melakukan penyesuaian terhadap penggunaan lahannya ketika tembakau yang sedang dipanen saat ini telah panen. Kenaikan luas areal panen ini lebih kecil daripada peningkatan luas areal panen pada tahun sebelumnya karena petani tembakau di Kabupaten Grobogan tidak dapat menambah input lahan untuk meningkatkan areal panen tembakau. Petani tembakau harus menunggu sampai tembakau yang dipanen saat ini panen. Nilai elastisitas jangka panjang lebih elastis daripada elastisitas jangka pendek. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang, petani mempunyai cukup waktu untuk menambah atau mengurangi penggunaan faktor-faktor produksi yang akan menambah atau mengurangi kapasitas produksi sesuai dengan kenaikan dan penurunan permintaan yang terjadi di pasar. Di Kabupaten Grobogan, penyesuaian terhadap faktor-faktor produksi dalam jangka panjang berupa peningkatan areal panen tembakau sebagai respon dari peningkatan areal panen tembakau pada tahun sebelumnya. Dalam jangka panjang, petani tembakau di Kabupaten Grobogan memiliki cukup waktu untuk menunggu sampai tembakau yang dipanen saat ini panen, sehingga lebih banyak lahan yang dapat digunakan untuk mengusahakan tembakau.