BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL

BAB II LANDASAN TEORI. lain. (George R. Terry, Ph.D) Jasa adalah pendekatan keseluruhan dari perusahaan dalam mewujudkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

Bisma, Vol 1, No. 10, Februari 2017 PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA TOKO BUKU JUANDA DI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pelanggan PO Maju Lancar. Jumlah kuisioner yang disebarkan dihitung dengan Z E

BAB II LANDASAN TEORI. pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

BAB II URAIAN TEORITIS. Mempengaruhi Pelanggan Melakukan Pembelian di Pajak USU (PAJUS).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Parasuraman et al. By Jacobus Rico Kuntag on August 25, 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Strategi Pemasaran One Stop Shopping. Menurut Kotler (dalam : 81)

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. terlebih dahulu dasar-dasar yang akan digunakan nantinya. Dasar-dasar teori

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BEBERAPA MODEL KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB II LANDASAN PUSTAKA. kepemilikan sesuatu (Kotler, 1999 : 195). Selanjutnya menurut Kotler, Bowen,

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

ANALISIS SERVICE QUALITY UNTUK MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN TIK DI UNIVERSITAS SILIWANGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Bab III Metode Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu

Peningkatan Kualitas Layanan General Affair Menggunakan Metode ServQual dan QFD pada PT. Meratus Line

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PENUMPANG KERETA API BISNIS SENJA KEDIRI PADA PT. KAI (DAOP VII) MADIUN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengertian manajamen pemasaran sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan, jasa serta pemulihan jasa (penanganan komplain).

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DI SAMSAT KOTA MALANG Yosta Yoserizal, Sony Haryanto 8

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur induktif dan deduktif. Kajian induktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari penelitian yang telah dilakukan, baik dari prosiding dan jurnal. Sedangkan, kajian deduktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi sebagai landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian yang dapat diperoleh dari buku-buku karangan seseorang. 2.1 Kajian Deduktif dan Induktif 2.1.1 Konsep dan Definisi Jasa Dalam bahasa Indonesia, service bisa diterjemahkan sebagai jasa, layanan, dan servis; tergantung pada konteksnya. Sedangkan, dalam bahasa Inggris, istilah service pun bisa diinterpretasikan secara berbeda-beda. Dalam (Tjiptono, 2005), misalnya mendaftar beberapa bentuk istilah Service, antara lain sebagai berikut : 1. Sistem yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh publik, diorganisasikan oleh Pemerintah atau perusahaan swasta, contohnya jasa ambulan, bis, dan telepon. 7

8 2. Bisnis yang pekerjaannya berupa melakukan sesuatu bagi pelanggan tetapi tidak menghasilkan barang. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu meliputi jasa finansial, perbankan, dan asuransi. 3. Keterampilan atau bantuan tertentu yang bias ditawarkan seseorang. Dalam (Tjiptono, 2005), mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat Intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Definisi lainnya menurut (Tjiptono, 2005) : jasa adalah proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas Intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa jasa/ pelayanan adalah keterampilan atau bantuan kepada pihak lain untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud (Intangible), namun dapat dinikmati. 2.1.2 Klasifikasi Jasa Sejauh ini banyak pakar yang mengemukakan skema klasifikasi jasa, di mana masing-masing ahli menggunakan dasar pembedaan disesuaikan dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri.

9 Dalam (Tjiptono, 2005) secara garis besar klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria pokok, yaitu: 1. Segmen pasar Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada konsumen akhir (ex: taksi, asuransi jiwa, cathering, jasa tabungan, dan pendidikan) dan jasa bagi konsumen organisasional (ex: biro periklanan, jasa akuntansi dan perpajakan, serta konsultasi manajemen). 2. Tingkat keberwujudan Kriteria ini berhubungan erat dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen, yang dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : a. Rented-good services Dalam tipe ini konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Contohnya: penyewaan kendaraan, VCD, Apartemen dan lain lain. b. Owned-good services Pada tipe ini, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk kinerjanya, atau dipelihara/ dirawat oleh perusahaan jasa. Contohnya : jasa reparasi (AC, arloji, motor, komputer) dan lain lain.

10 c. Non-goods services Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat Intangible ditawarkan kepada para pelanggan.contohnya : Sopir, dosen, penata rias, pemandu wisata dll. 3. Keterampilan penyedia jasa Berdasarkan tingkat penyedia jasa terdapat dua tipe pokok jasa. Pertama, Profesional Service (seperti dosen, konsultan manajemen, pengacara, dokter) dan lain lain. Kedua, Non Profesional Service (seperti supir taksi, tukang parkir, pengantar surat, tukang sampah) dan lain lain. 4. Tujuan organisasi penyedia jasa Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi Commercial Service/ Profit Service (ex: jasa penerbangan, bank, penyewaan mobil, hotel, dan lain lain), dan Non-Profit Service (ex: sekolah, panti asuhan, perpustakaan museum, dan lain lain). 5. Regulasi Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi Regulated Service (ex: jasa pialang, angkutan umum, media masa, perbankan, dan lain lain), dan Non Regulated Service (ex: jasa makelar, cathering, kos dan asrama, kantin sekolah, dan lain lain). 6. Tingkat intensitas karyawan Berdasarkan tingkat intensita karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu Equipment-based service (ex: cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon internasional maupun

11 inter lokal, ATM, dan lain lain), dan People-based service (ex: pelatih sepak bola, satpam, akuntan, konsultan hukum, bidan, dokter anak, dan lain lain). 7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dikelompokkan menjadi High-contact services (ex: universitas, bank, dokter, penata rambut, dan lain lain) dan Low-contact services (ex; bioskop, jasa PLN, jasa telekomunikasi, jasa layanan Pos, dan lain lain). 2.1.3 Karakteristik Jasa Berbagai riset dan literatur manajemen dan pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya. Dalam (Tjiptono, 2005), ke empat karakter utama tersebut dinamakan paradigma I H I P : Intangibility, Heterogeneity, Inseparability, dan Perishability. 1. Intangibility Jasa bersifat Intangible artinya jasa itu tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi, melainkan merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman proses, kinerja (performance) atau usaha. Contohnya, adalah Seorang pramugari dalam melayani kebutuhan para penumpangnya.

12 2. Heterogeneity /Variability/ Inconsistency Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi. Contohnya: Dua orang yang datang ke salon yang sama dan meminta model rambut yang sama, tidak mungkin akan mendapatkan hasil yang seratus persen identik (kecuali model rambutnya plontos). 3. Inseparability Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Contohnya: Praktik dokter gigi, dokter gigi tersebut tidak dapat memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu mendatang, dijual kembali atau dikembalikan. Contohnya: kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik dokter umum akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.

13 2.2 Kualitas 2.2.1 Definisi Kualitas Berdasarkan perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara lebih komprehensif atau holistik, di mana bukan hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan dan sumber daya manusia. Perspektif ini dirumuskan secara rinci oleh yang mendefinisikan kualitas sebagai Kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2005). 2.2.2 Definisi Kualitas Jasa Pakar yang pertama kali mendefinisikan kualitas jasa sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi ini, kualitas jasa dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono, 2005). Dengan demikian, ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yakni : Jasa yang diharapkan (Expected Service) dan jasa yang dirasakan/dipersepsikan (Perceived Service) dalam (Tjiptono, 2005). Apabila Perceived Service sesuai dengan Expected Service, maka kualitas jasa tersebut akan dipersepsikan baik atau positif. Jika Perceived Service lebih baik dibandingkan Expected Service, maka kualitas jasa tersebut akan dipersepsikan ideal.

14 Sebaliknya jika Perceived Service lebih jelek dibandingkan Expected Service, maka kualitas jasa tersebut akan dipersepsikan buruk atau negatif. Oleh sebab itu, baik buruknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. 2.2.3 Dimensi Kualitas Jasa Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry berhasil mengidentifikasikan sepuluh dimensi pokok kualitas jasa (Tjiptono, 2005), yakni : 1. Reliabilitas, meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kinerja (performance) dan sifat yang dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar, memenuhi janjinya secara akurat dan handal. 2. Responsivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan atau kesiapan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat. 3. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 4. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability) dan kemudahan kontak. Berkaitan dengan lokasi fasilitas jasa yang mudah terjangkau.

15 5. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan para karyawan kontak (seperti resepsionis, operator telepon, bell person,teller bank, dan lain lain). 6. Komunikasi, artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya yang dimiliki oleh pemberijasa. Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan pelanggan. 8. Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Termasuk di dalamnya adalah keamanan secara fisik, keamanan finansial, privasi dan kerahasiaan. 9. Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian individual, danm engenal pelanggan regular. 10. Bukti fisik, meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan bahan bahan komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis, kop surat, dan lain lain). Dalam perkembangan selanjutnya terdapat overlapping atau saling melengkapi di antara dimensi di atas (Tjiptono, 2005), maka disederhanakan sepuluh dimensi di atas menjadi lima dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan, disatukan menjadi jaminan

16 (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati (empathy). Adapun susunan lima dimensi tersebut sesuai dengan tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut : 1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. 4. Empati (empathy), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material, yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

17 2.2.4 Kontribusi Kualitas Terhadap Keuntungan Usaha Ada dua elemen yang membentuk fungsi keuntungan yaitu penerimaan dan biaya. Manfaat-manfaat yang lebih spesifik antara lain : 1. Pelayanan yang istimewa (nilai jasa yang benar-benar dialami melebihi harapan) atau sangat memuaskan merupakan basis untuk menetapkan harga premi. 2. Pelayanan yang istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga. 3. Pelayanan yang memuaskan menciptakan loyalitas pelanggan. 4. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif dari perusahaan dan produk-produknya bagi pihak luar. 5. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelejen pemasaran dan pengembangan pelayanan produk perusahaan pada umumnya. 6. Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya, seperti biaya untuk memperoleh pelanggan baru, untuk memperbaiki kesalahan dan sebagainya. 7. Kualitas pelayanan yang didesain dan diimplementasikan secara memadai bukan hanya memuaskan pelanggan tetapi juga dapat memberikan kepuasan kerja bagi karyawan.

18 2.3 Kepuasan Konsumen 2.3.1 Konsep dan Definisi Dalam (Tjiptono, 2005) kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin satis (artinya cukup baik, memadai) dan facio (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu yang memadai. Dalam (Kottler, 2002) definisi kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan oleh konsumen setelah membandingkan antara persepsi/ kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Dalam (Tjiptono, 2005) definisi kepuasan adalah fenomena rangkuman atribut bersama-sama dengan emosi konsumsi lainnya. Begitu juga definisi kepuasan dikonseptualisasikan sebagai perasaan yang timbul setelah mengevaluasi pengalaman pemakaian produk. 2.3.2 Pengukuran Kepuasan Konsumen Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing. (Kottler, 2002) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggannya. Metode tersebut adalah : 1. Sistem keluhan dan saran Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan dengan menyediakan kotak saran di lokasi yang strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, websites, dan lain lain.

19 2. Ghost shoping Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan pesaing. 3. Survei kepuasan pelanggan Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. 4. Analisis pelanggan yang hilang Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggannya yang berhenti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan selanjutnya. 2.4 Penentuan Jumlah Sampel Agar penelitian yang dilakukan penulis tidak terjadi kesimpang siuran serta kekeliruan dalam menganalisa data maka perlu diterapkan populasi dan sampel. Populasi merupakan jumlah keseluruhan objek, kelompok yang sudah ditentukan karakteristiknya dengan jelas, baik itu kelompok orang, objek, atau kejadian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 61). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah

20 konsumen yang melakukan transaksi pembelian pada PT. Kota Minyak Internusa. Dan menurut Sugiyono (2007), dalam bukunya statistik nonparametris untuk penelitian bahwa ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah antara 30 responden sampai dengan 500 responden. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebesar 35 orang dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana, dan tenaga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convienience sampling, yaitu menyebar sampel kepada konsumen yang melakukan transaksi pembelian pada PT. Kota Minyak Internusa yang mudah ditemui. 2.5 Cara Mengukur Kualitas Pelayanan Desain penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan fakta - fakta atau kejadian - kejadian dan data - data yang ada, kemudian data tersebut diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori - teori yang dipelajari dan dijadikan sebagai bahan pembahasan untuk mencari hubungan, pengaruh, serta keterkaitan antara objek - objek yang diteliti (variabel penelitian) dan membandingkan hasil analisis tiap objek satu sama lain sehingga pada akhirnya menghasilkan kesimpulan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan saran terbaik. Dalam hal

21 ini, aktivitas yang dilakukan oleh penulis adalah mempelajari dan menganalisis kriteria kepuasan konsumen pada PT. Kota Minyak Internusa. Sedangkan, kegiatan analisis dilakukan dengan menerapkan rumus - rumus yang telah ditentukan pada data yang ada, dan untuk keperluan pengujian tersebut diperlukan serangkaian langkah-langkah yang akan dimulai dari operasionalisasi variabel hingga teknik pengumpulan data. 2.6 Kuesioner Dengan cara penyebaran daftar pertanyaan yang berisi hal-hal yang ingin diketahui, dalam hal ini berkaitan dengan harapan dan kepentingan konsumen terhadap layanan yang diberikan. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 = Sangat tidak penting 1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak penting 2 = Tidak puas 3 = Cukup Penting 3 = Cukup Puas 4 = Penting 4 = Puas 5 = Sangat Penting 5 = Sangat puas

22 2.7 Pengolahan Data 2.7.1 Uji Validitas Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Uji validitas ini diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. r n xy ( x)( y) 2 2 2 2 n x ( x) n y ( y) Di mana: r = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat n = Banyaknya sampel x = Skor tiap item y = Skor total variabel

23 2.7.2 Uji reliabilitas Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Untuk uji reliabilitas digunakan Teknik Alpha Cronbach, di mana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih. r 11 Rumusnya : k 1 k 1 Di mana: x 2 N Keterangan: N x 2 στ σb 2 2 r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyan 2 b = jumlah varians butir 2 t = jumlah varians total

24 2.7.3 Importance Performance Analysis Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menjawab perumusan masalah kualitas pelayanan pada PT. Kota Minyak Internusa, maka dianalisis dengan menggunakan Importance Performance yang merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kinerja/pelaksanaan dan tingkat kepentingan. Importance Performance Analysis dibuat atas hasil tabulasi kuesioner. Analisis tingkat kinerja dan tingkat kepentingan ini diukur dengan menggunakan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Tabel 2.1 Nilai menurut Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Skor / Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja 1 Tidak Penting Tidak Puas 2 Kurang Penting Kurang Puas 3 Cukup Penting Cukup Puas 4 Penting Puas 5 Sangat Penting Sangat Puas

25 2.7.4 Customer Satisfaction Indeks Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat harapan dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Metode pengukuran CSI ini menurut Stratford dalam Sofian (2006), meliputi tahap tahap sebagai berikut : 1. Menghitung weighting factors (WF), yaitu mengubah nilai ratarata tingkat harapan menjadi angka persentase dari total nilai ratarata tingkat harapan untuk seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors (WF) 100%. 2. Menghitung weighted score (WS), yaitu nilai perkalian antar nilai rata-rata tingkat kinerja (kepuasan) masing-masing atribut dengan weighted factors (WF) masing-masing atribut. 3. Menghitung weighted total (WT), yaitu menjumlahkan weighted score (WS) dari semua atribut kualitas jasa. 4. Menghitung statisfaction index, yaitu weighted total (WT) dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5), kemudian dikali 100%.

26 Tabel 2.2 Kriteria Kepuasan Konsumen No. Nilai IKP (%) Indeks Kepuasan Pelanggan 1 81 100 Sangat Baik/Sangat Puas 2 66 80 Baik/Puas 3 51 65 Cukup Puas 4 35 50 Kurang Baik/Kurang Puas 5 0 34 Tidak Baik/Tidak Puas 2.7.5 Penelitian Sebelumya Sebagai bahan pertimbangan peneliti menggunakan referensi dari penelitian yang sebelumnya, dengan metode yang sama dengan yang dipakai dalam penelitian ini. Berikut adalah referensi dari penelitian sebelumnya. NO Jurnal Penelitian 1 Peneliti Judul penelitian Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya Keterangan H Maddern, Dr R S Maull, Dr P A Smart, P Baker CUSTOMER SATISFACTION AND SERVICE QUALITY IN UK FINANCIAL SERVICES Metode penelitian Menggunakan metode wawancara

27 Hasil dan kesimpulan Temuan memperlihatkan bahwa banyak literature sebelumnya yang menyatakan bahwa kepuasan staf dan kualias pelayanan adalah 2 hal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada kenyataan nya pelanggan memandang perusahaan yang baik mempunyai proses yang baik pula, sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai. 2 Peneliti Judul penelitian Michael Stodnick and Pamela Rogers Using SERVQUAL to Measure the Quality of the Classroom Experience Metode penelitian - Sample and data collection - Survey instrument - Reliability and validity (Brightman scale) - Reliability and validity (Servqual scale) Hasil dan kesimpulan Temuan menunjukkan bahwa skala SERVQUAL lebih reliable dan dapat. Bahkan, dalam hal pengembangan skala, SERVQUAL bekerja lebih baik dari skala evaluasi siswa tradisional, skala Brightman. Sebagai tambahan, skala SERVQUAL telah terbukti untuk menampilkan validitas prediktif, karena signifikan hubungan positif antara dimensi individu SERVQUAL dan dua ukuran kepuasan mahasiswa serta belajar siswa. Memang, dengan pertanyaan jauh

28 lebih sedikit (44% kurang), skala SERVQUAL menjelaskan kira-kira sama jumlah perbedaan di ukuran hasil mahasiswa ini seperti halnya skala Brightman. Hal ini dapat membantu mencegah responden kelelahan dan dalam jangka panjang mampu menyebabkan instrumen penilaian yang lebih handal. 3 Peneliti Judul penelitian Mukondeleli G. Kanakana Assessing Service Quality in Higher Education using the SERVQUAL Tool Metode penelitian Hasil dan kesimpulan Metode kuantitatif (questionnaire) Studi ini menunjukkan bahwa harapan siswa dari kualitas pelayanan tidak terpenuhi. Hal yang siswa sorot sebagai hal yang membutuhkan perhatian adalah tangibles, responsiveness, kehandalan, dan jaminan. Meskipun studi ini menegaskan perlunya infrastruktur yang lebih baik dalam fakultas, yang manajemen sudah menangani dengan terlibat dalam proyek perluasan infrastruktur, itu juga menyoroti hal penting lain yang belum pernah diprioritaskan.

29 4 Peneliti Prattana Punnakitikashem, Nattapan Buavaraporn, Patchaya Maluesri, Kanokporn Leelartapin Judul penelitian Health Care Service Quality: Case Example of a Hospital with Lean Implementation Metode penelitian Survey instrument and data collection Reliability and validity of the survey instrument Statistical analysis Hasil dan kesimpulan Temuan menunjukkan bahwa tingkat kualitas pelayanan rumah sakit ini dengan lean konsep manajemen adalah cukup baik. Secara keseluruhan, persepsi pasien sedikit lebih tinggi dari harapan pasien; Namun, kesenjangan antara persepsi dan harapan tidak berbeda secara signifikan. Layanan tertinggi dari sudut pandang harapan pasien adalah kehandalan. Temuan utama juga menunjukkan bahwa reliability dan tangibility adalah dua hal yang paling penting dari dimensi kualitas pelayanan rumah sakit yang dirasakan oleh pasien; sedangkan dimensi jaminan ditemukan memiliki gap negatif terbesar

30 5 Peneliti Judul penelitian T. M. Al Muhareb, J. Graham-Jones Using Lean Six-Sigma in the Improvement of Service Quality at Aviation Industry: Case Study at the Departure Area in KKIA Metode penelitian Menggunakan metode wawancara kualitatif dan kuantitatif DMAIC Hasil dan kesimpulan Temuan menunjukkan bahwa waktu tunggu penumpang masih relatif lama, Ketersediaan ruang tunggu untuk penumpang juga masih kurang pada waktu-waktu sibuk. Pelayanan pada LOS di area keberangkatan masih terlalu rendah. Oleh karena itu diperlukan perbaikan kualitas pelayanan yang berkelanjutan hingga kepuasan penumpang dapat tercapai.

31 2.7.6 Kerangka Pemikiran Berikut kerangka pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut : Pernyataan Konsumen 1 Uji Validitas & Realibilitas Metode Deskriptif : 1. Customer Satisfaction Index 2. Importance Performance Analysis Kinerja GAP Kepuasan Konsumen PT. Kota Minyak Internusa Harapan Konsumen PT. Kota Minyak Internusa Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran