BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat meningkat di Indonesia, bahkan beberapa bahan alam telah diproduksi dalam skala besar. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia. Selain itu, keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan bakunya mudah diperoleh dan juga harganya relatif murah (Roslizawaty, dkk., 2013). Salah satu tumbuhan berkhasiat yang digunakan sebagai obat adalah tumbuhan sarang semut (Myrmecodia tuberosa), dari suku Rubiaceae. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan epifit yang menempel di pohon-pohon besar dan dapat ditemukan di daerah Sumatera, Kalimantan dan Papua (Florentinus, 2012; Roslizawaty, dkk., 2013). Tumbuhan sarang semut banyak ditemukan di hutan tropis dataran rendah dan daerah pertanian terbuka dengan ketinggian 600 m (Florentinus, 2012). Lingkungan tempat tumbuh, keadaan tanah, dan cuaca yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga mengakibatkan perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Perbedaan jenis tumbuhan juga memberikan perbedaan pada kandungan senyawa aktif, sehingga mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda (Depkes RI, 1985). Kepulauan Nias merupakan salah satu daerah di Sumatera yang banyak ditemukan tumbuhan sarang semut. Masyarakat Nias telah lama mengenal tumbuhan ini dan digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti penyakit 1
kanker, diabetes, dan asam urat. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah umbi dari batang yang menggelembung dengan bagian dalamnya berbentuk rongga bersekat-sekat sebagai tempat tinggal koloni semut (Hermawati dan Arumsari, 2014). Ekstrak rebusan air tumbuhan sarang semut dapat memperlancar air susu ibu (ASI), meningkatkan gairah seksual bagi pria maupun wanita dan berguna untuk memperlancar haid, serta mengatasi keputihan (Subroto dan Saputro, 2006). Tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai anti kanker (Sujuti, dkk., 2013), menurunkan kadar asam urat (Rosany, dkk., 2012) dan antimikroba (Yuli dan Triana, 2013). Penelitian dari Noya, dkk., (2013) menunjukkan bahwa fraksi air dan fraksi kloroform dari ekstrak metanol sarang semut dengan metode penambahan H 2 O 2 sebagai penghasil radikal bebas hidroksil memiliki aktivitas antioksidan. Hasil analisis GC-MS fraksi kloroform ekstrak tersebut mengandung senyawa monoterpen, fenol, dan flovon. Hasil uji fitokimia menunjukkan tumbuhan sarang semut mengandung senyawa kimia golongan flavonoid dan tanin. Tumbuhan ini juga mengandung 313 ppm tokoferol yang meredam 96% radikal bebas pada konsentrasi 12 ppm (Subroto dan Saputro, 2006) dan mineral penting seperti kalsium, natrium, kalium, seng, besi, fosfor dan magnesium (Hermawati dan Arumsari, 2014). Istilah antioksidan sangat dikenal dalam bidang kesehatan, dan sehubungan dengan itu dikenal pula istilah radikal bebas. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sangat labil dan akan mengambil elektron dari zat atau senyawa yang berada di dekatnya. Pengambilan elektron tersebut 2
akan mengakibatkan zat atau senyawa lain tersebut kekurangan elektron, sehingga zat atau senyawa lain tersebut menjadi radikal (Muchtadi, 2013). Kerusakan jaringan oleh radikal bebas merupakan pemicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit kardiovaskular, gangguan penglihatan termasuk katarak, penyakit saluran pernapasan dan lain-lain (Silalahi, 2006). Antioksidan merupakan atom atau molekul pemberi elektron yang dapat meredam dampak negatif radikal bebas. Antioksidan mampu menetralkan radikal bebas atau bahan yang dapat mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan. Apabila ketersediaan antioksidan dalam tubuh tidak memadai, maka daya tahan tubuh akan menurun sehingga terjadi proses penuaan dini, dan timbulnya berbagai penyakit (Noya, dkk., 2013). Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian terhadap sarang semut (Myrmecodia tuberosa Jack. var verstegii) yang berasal dari pulau Nias, meliputi karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol sarang semut. Karakterisasi simplisia dilakukan dengan membandingkan terhadap hasil penelitian tumbuhan sarang semut yang berasal dari Papua oleh Falna Yati (2014) yang berjudul Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Umbi Sarang Semut (Myrmecodia tuberosa Jack.) pada tikus putih jantan. Ekstraksi umbi sarang semut digunakan etanol 96% sebagai cairan penyari. Pemilihan cairan penyari ini berdasarkan kandungan tokoferol yang ada dalam sarang semut karena tokoferol bersifat mudah larut dalam etanol. Pengujian antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas menggunakan DPPH. 3
1.2. Perumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah: a. Apakah karakteristik simplisia umbi sarang semut yang berasal dari pulau Nias berbeda dengan karakteristik simplisia umbi sarang semut yang berasal dari Papua? b. Apakah golongan senyawa kimia yang terkandung di dalam simplisia umbi sarang semut? c. Apakah ekstrak etanol umbi sarang semut memiliki aktivitas sebagai antioksidan? d. Apakah aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol umbi sarang semut lebih kuat dari aktivitas antioksidan vitamin c? 1.3. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik simplisia umbi sarang semut dari pulau Nias berbeda dengan karakteristik simplisia umbi sarang semut yang berasal dari Papua 2. Golongan senyawa kimia yang terkandung di dalam simplisia umbi sarang semut adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, dan glikosida 3. Ekstrak etanol umbi sarang semut memiliki aktivitas sebagai antioksidan 4. Ekstrak etanol umbi sarang semut memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dari aktivitas antioksidan vitamin c 4
1.4. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia dan aktivitas antioksidan dengan mengukur kemampuan antioksidan dari ekstrak etanol umbi sarang semut dalam memerangkap radikal bebas DPPH dibandingkan dengan vitamin c sebagai kontrol positif. 1.5. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia dan aktivitas antioksidan, serta dapat menambah data penelitian dalam usaha pemanfaatan tumbuhan sarang semut sebagai antioksidan. 5
1.6. Kerangka penelitian Skema kerangka penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut: Variabel bebas Variabel terikat Parameter Umbi sarang semut Simplisia sarang semut Ekstrak etanol sarang semut Karakterisasi Skrining fitokimia Uji aktivitas antioksidan metode DPPH 1. Makroskopik 2. Mikroskopik 3. Penetapan Kadar air 4. Penetapan Kadar sari yang larut dalam air 5. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol 6. Penetapan Kadar abu total 7. Penetapan Kadar abu yang tidak larut asam 1. Alkaloid 2. Saponin 3. Tanin 4. Steroid/Triterpenoid 5. Flavonoid 6. Glikosida Nilai IC 50 ekstrak etanol sarang semut Gambar 1.1 Skema kerangka penelitian 6