BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

PENGARUH DERAJAT DEPRESI DENGAN INTENSITAS NYERI KRONIK : STUDI PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

DAFTAR PUSTAKA. 3. Voght BA Knocking out the dream to study pain. New England Journal of Medicine. Vol.347 (5):

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stres karena infertilitas berbeda dari stres yang lain. Pasangan infertil menderita stres

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

HUBUNGAN TINGKAT STRES SESEORANG DENGAN PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

Clinical Science Session Pain

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena

DAFTAR ISI. i ii iii iv. vii. ix x xi xii. vii

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH HUMOR DAN TERTAWA TERHADAP BERBAGAI KELUHAN DAN PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kematian karena non communicable disease sangat besar yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit jantung, penyakit hipertensi, Diabetes mellitus, obesitas,

Pendahuluan. Bab Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun dan dimanapun tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, dan ras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa selain dipengaruhi oleh kondisi nyata dari fisik itu sendiri dan kondisi jiwa, nyeri juga dipengaruhi secara kuat oleh kondisi emosi, fungsi kognitif, dan faktor-faktor sosial yang menimbulkan serta mempertahankan rasa nyeri. Penelitian juga menunjukkan bahwa respon setiap orang sangat bervariasi dan sangat personal dalam menyikapi rasa nyeri. 1,2,3 Dari segi waktu berjalannya penyakit, nyeri dapat tergolong menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda yang juga membuat terapi untuk kedua macam nyeri tersebut dibedakan. 4 Nyeri kronis dapat berlangsung tiga bulan atau lebih lama tanpa diketahui penyebabnya dan mempengaruhi aktivitas normal pasien sehari-hari. Nyeri kronis dapat terjadi tanpa trauma yang mendahului, dan seringkali tidak dapat ditentukan adanya gangguan sistem yang mendasari bahkan setelah dilakukannya observasi dalam jangka waktu yang lama. Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien. Penilaian

2 intensitas nyeri dapat menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Skala ini mudah digunakan bagi pemeriksa, efisien dan lebih mudah dipahami oleh pasien. Untuk memahami penilaian nyeri perlu dipertimbangkan beberapa hal yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Keterbatasan penilaian yang terjadi pada populasi pasien lanjut usia adalah karena menurunnya kemampuan komunikasi dan kognitif. Penilaian intensitas nyeri juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien dan jenis kelamin wanita yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil skor VAS. 5 Etiologi nyeri berupa nyeri nosiseptik/ inflamasi dan nyeri neuropatik seperti pada DM juga akan mempengaruhi intensitas nyeri kronik. Respon individu dalam adaptasi terhadap stres dapat menyebabkan perubahan dalam sistem simpatis medulla adrenal yang selanjutnya diketahui berhubungan dengan hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA axis). Stressor akan menginduksi penglepasan corticotrophin releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. Peningkatan kadar CRH mengakibatkan aktivasi kelenjar pituitari untuk menghasilkan ACTH, selanjutnya korteks adrenal merespon dengan mengeluarkan glukokortikoid yaitu hormon kortisol dalam darah. 6,7,8 Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan menyebabkan berbagai efek pada metabolisme tubuh dan bila berlangsung lama menyebabkan efek yang tidak menguntungkan bagi pasien, salah satu efek adalah penurunan kadar serotonin sehingga menyebabkan proliferasi inflamasi perifer, yang berakibat pada peningkatan intensitas nyeri kronis karena kegagalan inhibisi descenden sentral. 9,10 Salah satu menifestasi penurunan kadar serotonin adalah depresi.

3 Penelitian klinis menunjukkan bahwa sekitar 45-95% penderita depresi mengeluhkan gejala komorbid diantaranya berupa nyeri kronis. 11,12 Penilaian skala Depresi pada pasien dapat dilakukan menggunakan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS). Skala depresi ini berisi pertanyaan pertanyaan tentang gejala depresi yang harus dijawab oleh pasien. Berbagai faktor dapat mempengaruhi intensitas nyeri kronik namun seberapa besar pengaruh depresi terhadap intensitas nyeri masih menjadi perdebatan apakah nyeri kronis yang menyebabkan depresi, atau keadaan depresi yang menyebabkan nyeri kronis. Penelitian ini berusaha menjawab seberapa besar depresi dapat mempengaruhi nyeri kronis pada pasien rawat jalan poliklinik saraf RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini juga akan memperhitungkan faktorfaktor perancu lain seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan etiologi nyeri. 1.2 Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara depresi dengan nyeri kronik. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengetahui hubungan derajat depresi dengan intensitas nyeri kronik. 2. Tujuan khusus: a. Mendeskripsikan derajat depresi pada pasien rawat jalan poliklinik saraf RSUP. Dr. Kariadi Semarang.

4 b. Mendeskripsikan intensitas nyeri kronik pada pasien rawat jalan poliklinik saraf RSUP. Dr. Kariadi Semarang. c. Menganalisis hubungan antara derajat depresi dengan intensitas nyeri kronik pada pasien rawat jalan poliklinik saraf RSUP. Dr. Kariadi Semarang. d. Menganalisis hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan etiologi nyeri dengan intensitas nyeri kronik pada pasien rawat jalan poliklinik saraf RSUP. Dr. Kariadi Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: Memperluas dan memperdalam bidang kajian neurologi khususnya tentang hal-hal yang mempengaruhi nyeri kronik terutama depresi. 2. Manfaat praktis: a. Apabila depresi memang dapat mempengaruhi intesnsitas nyeri kronik maka penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bahwa depresi pada pasien-pasien nyeri kronik harus segera diobati supaya tidak memperberat nyeri yang diderita. b. Implikasi hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam penyusunan Standart Operasional Procedure (SOP) terhadap penatalaksaanaan pasien dengan keluhan nyeri kronik

1.5 Orisinalitas Penelitian Tabel 1. Matriks penelitian tentang nyeri kronis, kadar kortisol dan depresi Peneliti dan Nama Jurnal Christoph Muhtz, Rodriguez- Raecke Rea, (American Academy of Pain Medicine 2013) (4) Judul Artikel Populasi Metode Kesimpulan Cortisol Response 20 pasien LBP Crosssectional Kadar kortisol to experimental tanpa depresi, meningkat diakibatkan pain in Patients 22 pasien oleh stimulasi nyeri with Chronic Low Depresi tanpa pada pasien LBP BackPain and nyeri.33 kronis dengan mayor Patients with pasien sehat depresi. Major Depression sebagai kontrol diberikan stimulus nyeri. Wingenfeld Salivary Cortisol 21 pasien Cross- Perubahan aktivitas Katja Release and wanita dengan sectional HPA axis Nutzinger Detley Hypothalamic Firomialgia berhubungan dengan (American Pain pituitary Adrenal dan 26 wanita perubahan afektif Society 2010 ) (5) Axis Feedback sebagai seperti depresi pada sensitivity in kontrol pasien fibromyalgia. Fibromyalgia is Associated With Depression But Not with pain Dennis C.Ang, Predictors of pain 250 peserta Randomized Depresi merupakan Matthew J.Bair outcomes in Controlled komorbid dari nyeri ( American Patients with Trial musculoskeletal.

Peneliti dan Nama Jurnal Academy of Pain Medicine 2010) (6) Judul Artikel Populasi Metode Kesimpulan Chronic Perubahan kortisol Musculoskeletal merupakan penanda Pain Co-Morbid biologis yang berguna with depression bagi pasien yang memperoleh terapi nyeri. Kimberly David An Exploratory 18 peserta Prospective Depresi tidak Evan, Bill Study of Changes controlled memperantarai Douglas in Salivary Cohort hubungan antara (American Cortisol, Study cortisol dan intensitas Academy of Depression, and nyeri. Pain Medicine Pain Intensity After 2008) (10) Treatment for Chronic Pain Belanoff Joseph Cortisol Activity 10 peserta Cross Peserta dengan K, kalehzan and Cognitive psychotic sectional psychotic major Michelle (Am J Changes in major depression Psychiatry 2001; Psychotic Major depression, 17 mempunyai kadar 158: 1612- Depression pasien non kortisol lebih tinggi 1616) (11) psychotic dibandingkan dengan major pasien nonpsychotic depression, 10 major depression. pasien sehat

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya peningkatan aktivitas HPA aksis pada nyeri yang juga merupakan komorbid depresi namun tidak menghubungkan depresi dengan manifestasi nyeri yang dialami. Orisinalitas penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan depresi dengan intensitas nyeri kronik yang belum dilakukan pada penelitian terdahulu.