KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MENDAWAI PANGKALAN BUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PADA PEMAKAIAN AMOXICILLIN TABLET 500 MG DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA BASAWANG KECAMATAN TELUK SAMPIT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MENDAWAI PANGKALAN BUN Eli Beni Fauziah Mahasiswa Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Antibiotik (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Kepatuhan penggunaan obat pada pasien yang mendapat terapi antibiotik merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi. Kepatuhan yang rendah terhadap antibiotik yang diberikan dokter dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan resistensi antibiotika baik pada pasien maupun pada masyarakat luas. Diagnosa yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam menggunakan obatnya. Upaya untuk menurunkan kejadian resistensi yaitu dengan meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien diperlukan kerja sama semua pihak, baik dari dokter penulis resep, apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepatuhan penggunaan obat pada pasien yang mendapat terapi antibiotik di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun dan untuk mengetahui faktor penyebab seorang pasien menjadi patuh maupun tidak patuh terhadap penggunaan obat antibiotik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan prospektif. Hasil penelitian dari 5 pasien yang bertindak sebagai partisipan diperoleh sebanyak 2 partisipan yang patuh dan 3 pertisipan yang tidak patuh. Ketidakpatuhan maupun kepatuhan pasien dipengaruhi oleh faktor pasien, keluarga pasien, komunikasi dokter-pasien, serta Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dari Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Kata kunci : Kepatuhan, Penggunaan Obat, Antibiotik. PENDAHULUAN Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Ganiswara, 2005). Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar (Tjay & Rahardja, 2007). Pada Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 dan 2013tercatat kebutuhan antibiotik di seluruh Indonesia masuk ke dalam peringkat sepuluh besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah, pada tahun 2012 tercatat bahwa pemakaian antibiotik rata-rata perbulan di Kalimantan Tengah masuk ke dalam 10 besar pemakaian obat terbanyak, dan berdasarkan data distribusi obat kepuskesmas pada UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat antibiotika masuk ke dalam 10 besar distribusi obat terbanyak. Begitu juga pada fasilitas pelayanan kesehatan di 38

Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Yang Mendapat Terapi Antibiotik Di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat antibiotik masuk ke dalam 10 besar pemakaian obat terbanyak. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan antibiotik di Indonesia khususnya daerah Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten Kotawaringin Barat cukup besar. Dalam Buku Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Tahun 2013 dinyatakan bahwa intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya mikroba oleh antimikroba (Ganiswara, 2005). Pada pasien yang mendapat terapi antibiotik kepatuhan pasien merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi. Kepatuhan yang rendah terhadap antibiotik yang diberikan dokter dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan resistensi antibiotika baik pada pasien maupun pada masyarakat luas. Diagnosa yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya (Asti, 2006). Menurut (Wiffen, et al., 2014) Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apakah pasien menggunakan obatnya sesuai petunjuk atau tidak. Pada Modul Penggunaan Obat Rasional (POR), yang dikeluarkan Indonesia tahun 2011, disebutkan ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan berikut: 1. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak. 2. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering. 3. Jenis sediaan obat terlalu beragam. 4. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi. 5. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara minum/menggunakan obat. 6. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikutan (urine menjadi merah karena minum rifampisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih dahulu Menurut (Siregar, 2006) dalam banyak hal, ketidakpatuhan akan mengakibatkan penggunaan suatu obat yang kurang. Dengan demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang diinginkan dan kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap menjadi memburuk. Sebagai contoh seorang pasien menghentikan penggunaan antibiotik untuk pengobatan suatu penyakit infeksi apabila gejala telah mereda, dan karenanya tidak tidak menggunakan semua obat yang diresepkan. Hal ini menyebabkan timbulnya kembali infeksi itu, jika 39

Eli Beni Fauziah rangkaian pengobatan selama terapi lebih singkat, tidak cukup untuk membasmi infeksi itu. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien diperlukan kerja sama semua pihak, baik dari dokter penulis resep, apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan keluarga pasien. Demikian juga dengan peran keluarga pasien akan membantu pasien untuk patuh terhadap penggunaan antibiotik, karena keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien. Keluarga adalah orang pertama yang mengetahui secara langsung apakah pasien tersebut sudah minum obat atau belum, keluargalah yang dapat mengingatkan dan mengontrol secara langsung penggunaan antibiotik secara tepat. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat dengan waktu penelitian selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 27 April sampai 27 Mei 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang umumnya menjelaskan dan memberi pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti dan Rachmawati, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapat antibiotik, yang pemakaiannya selama (3-7) hari dalam resepnya. Sampel yang digunakan sebanyak 5 partisipan dengan kriteria pasien tersebut mendapat resep antibiotik yang pemakaiannya selama 3-7 hari, bersedia untuk dikunjungi ke rumah partisipan, dan bersedia untuk diwawancarai secara mendalam oleh peneliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik nonprobability samplingaccidental. Tehnik accidental dilakukan berdasarkan kebetulan. Siapa saja yang ditemui, asalkan sesuai dengan persyaratan data yang diinginkan (Machfoedz, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 indikator untuk menilai perilaku kepatuhan penggunaan obat pada pasien, yaitu : 1) Tepat Aturan Pakai, Yaitu obat antibiotik diminum sesuai aturan yang diberikan oleh dokter penulis resep dan tertera pada etiket obat, misalnya obat diminum 3 kali sehari sesudah makan, maka pasien dikatakan patuh jika pasien minum obatnya sesuai aturan pakai yang diberikan yakni 3 kali sehari sesudah makan. 2) Tepat Jumlah Obat yang Diminum, Yaitu obat antibiotik diminum sesuai jumlah yang tertera dalam etiket, misalnya diminum 1 tablet. Pasien dikatakan patuh jika jumlah obat yang diminum si pasien sesuai dengan yang tertera di etiket, yakni 1 40

Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Yang Mendapat Terapi Antibiotik Di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun tablet dan tidak dikurangi menjadi setengah tablet atau ditambah menjadi 2 tablet. 3) Tepat Interval Penggunaan Yaitu obat antibiotik diminum dalam jarak yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Misalnya obat diminum tiap 8 jam, maka pasien dikatakan patuh jika si pasien minum obat tiap 8 jam sekali. 4) Tepat Lama Penggunaan. Yaitu obat antibiotik diminum sampai habis selama waktu penggunaan yang telah ditentukan misalnya pasien mendapat antibiotik cefadroxil kapsul sebanyak 10 kapsul dengan aturan pakai 2 kali sehari 1 kapsul, maka obat akan habis dalam waktu 5 hari sejak obat diberikan. Pasien dikatakan patuh jika obat (antibiotik) tersebut benar diminum sampai habis pada hari ke lima. Jika pasien menggunakan antibiotik sampai habis namun tidak tepat lama penggunaannya, misalnya setelah hari ke tujuh obat baru habis maka pasien dikatakan tidak patuh. Instrumen dalam penelitian ini adalah si peneliti itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan (Sugiyono, 2009) bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, pengamatan/kunjungan langsung ke rumah partisipan, wawancara mendalam (depth interview) kepada partisipan, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum dibagi dalam tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi 41

Eli Beni Fauziah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Kepatuhan Pasien Indikator kepatuhan Tepat Tepat Jenis Antibiotik jumlah Interva Tepat Tepat No kela Usia & obat l lama aturan min Dosis yang pengg peng pakai diminu u- gunaan m naan 1 Pere 35 Amoksisilin mpua thn 500 mg X X n (3 x sehari 1) Ketera ngan Obat tidak habis asil Tidak Patuh 2 Pere 32 Cefadroxil X Obat Tidak mpua thn 500 mg habis Patuh n (2 x sehari 1) 3 Pere 15 Cefadroxil Obat Patuh mpua thn 500 mg habis n (2x sehari 1) 4 Lakilaki 5 Pere mpua n Keterangan: 54 thn 59 thn Ciprofloxacin 500 mg (2x sehari 1) Obat habis Patuh Ciprofloxacin X X X Obat Tidak 500 mg habis patuh (2x sehari 1) = Ya, X= Tidak Penelitian ini merupakan jenis dalam penelitian ini sebanyak 5 partisipan. penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti Hal ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan penggunaan untuk memperoleh kedalaman antibiotik pada pasien yang berobat di penghaya tan terhadap subjek penelitian. Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun Karena metode kualitatif digunakan Kabupaten Kotawaringin Barat. Sampel untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. 42

Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Yang Mendapat Terapi Antibiotik Di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Analisis data dalam penelitian kualitatif juga bersifat induktif, yakni berdasarkan faktafakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan pada jumlah/kuantitas sampel karena hasil penelitian akan digeneralisasikan ke dalam suatu populasi, dan data yang diperoleh berupa angka-angka (Sugiono, 2009). Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualiatif adalah karena dengan metode ini peneliti dapat mengamati secara langsung bagaimana kepatuhan pasien dalam penggunaan antibiotik. Peneliti dapat berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian (partisipan/pasien) sehingga peneliti mendapatkan keakuratan data dan keabsahan data dari informasi yang diperoleh. Peneliti dapat mengetahui kondisi nyata di lapangan mengenai kepatuhan penggunaan obat pada pasien yang mendapat terapi antibiotik dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan seorang pasien menjadi patuh ataupun tidak patuh, dengan demikian peneliti akan menghasilkan data yang akan dijabarkan secara deskriptif dan menekankan keterlibatan peneliti selama proses penelitian. Selain itu masalah kepatuhan merupakan masalah yang multidimensi atau kompleks yang tidak semuanya dapat diukur secara objektif (kuantitatif), melainkan memerlukan parameter lainnya untuk dapat memahami masalah kepatuhan secara utuh, untuk itu diperlukan suatu metode penelitian yang mampu menggambarkan dan menginterpretasikan perilaku kepatuhan pasien tersebut berdasarkan pengalaman subjektif dalam bentuk narasi/cerita langsung dari fenomena atau situasi yang dialami partisipan sebagai subjek yang diteliti. Pada tabel hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 5 partisipan terdapat 2 partisipan yang patuh, dan 3 partisipan yang tidak patuh. Meskipun ada beberapa partisipan yang minum antibiotik hingga habis namun jika partisipan/pasien tersebut tidak memenuhi 4 indikator yang peneliti targetkan maka partisipan tetap dinyatakan tidak patuh dalam hal penggunaan antibiotik yang telah diresepkan dokter untuk dirinya. Karena meskipun antibiotik diminum hingga habis namun jika penggunaanya tidak tepat, maka tujuan pengobatan tidak akan berhasil secara optimal bahkan akan muncul efek yang merugikan bagi pasien, meskipun efek tersebut tidak serta-merta muncul namun lambat-laun akan berpengaruh bagi kesehatan pasien. Dari hasil pengamatan melalui kunjungan langsung ke rumah partisipan 43

Eli Beni Fauziah dan dari hasil wawancara ke partisipan serta didukung dari data hasil wawancara ke keluarga pasien, Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan dokter penulis resep, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masalah ketidakpatuhan yang terjadi disebabkan karena faktor pasien itu sendiri antara lain kurangnya pengetahuan pasien tentang antibiotik dan bahaya resistensi yang ditimbulkan akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau tidak diminum sampai habis. Ketidaktahuan pasien terhadap interval penggunaan obat, misalnya obat diberikan dengan dosis 2 kali sehari seharusnya obat tersebut diminum setiap 12 jam sekali namun pasien meminumnya dengan interval yang kurang dari 12 jam. Kondisi penyakit penyakit juga berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien. Pasien yang merasa penyakitnya sudah sembuh atau berkurang cenderung untuk menghentikan penggunaan antibiotik dibanding dengan pasien yang kondisi penyakitnya lebih serius atau lebih parah. Kelalaian pasien dalam membaca etiket obat baik karena faktor usia ataupun karena jenis sediaan obat yang diberikan terlalu beragam dengan dosis yang berbeda. Misalnya, dalam satu resep ada obat yang diminum 3 kali sehari, 2 kali sehari dan ada yang sehari sekali sehingga pasien menjadi keliru membaca aturan pakai obat tersebut. Kesibukan pasien juga berpengaruh terhadap kepatuhan penggunaan antibiotik sehingga pasien tidak tepat dalam interval penggunaan antibiotik yang diberikan. Faktor lain yang menyebabkan ketidakpatuhan adalah faktor keluarga pasien. Anggota keluarga yang kurang perduli dengan masalah pengobatan pasien misalnya, tidak membantu mengingatkan jadwal minum obat akan cenderung membuat pasien tidak patuh karena sering lupa dalam meminum obatnya. Faktor komunikasi antara dokter dengan pasien berpengaruh terhadap masalah ketidakpatuhan. Dokter yang memeriksa pasien dengan disertai penjelasan atau informasi mengenai obat antibiotik yang diresepkan cenderung akan membantu meningkatkan kepatuhan pasien. Berbeda halnya dengan seorang dokter yang hanya memberikan resep tanpa disertai pemberian informasi mengenai antibiotik yang ditulis dalam resepnya. Faktor Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dari tenaga kefarmasian (apoteker maupun TTK) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap masalah ketidakpatuhan. Karena tenaga kefarmasian adalah orang yang terlibat langsung dalam penyerahan obat ke pasien. Kurangnya informasi yang diberikan saat penyerahan obat membuat pasien cenderung tidak patuh, karena pasien tidak mendapatkan pengetahuan akan bahaya dari ketidakpatuhan terhadap penggunaan antibiotik maupun pengetahuan lain yang berhubungan dengan obat yang diterimanya, misalnya 44

Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Yang Mendapat Terapi Antibiotik Di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun tentang interval penggunaan obat yang benar. Pasien sangat perlu diberikan edukasi untuk merubah perilaku ketidakpatuhan sehingga tujuan terapi dapat tercapai dan bahaya resistensi dapat dicegah serta mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam membaca dosis obat. Ketersediaan sarana yang memadai akan membantu tenaga kefarmasian merasa nyaman dalam memberikan KIE kepada pasien. Karena dari pengamatan peneliti sarana (loket obat) di puskesmas ini kurang memadai karena terhalang dinding kaca. Disamping itu kurangnya tenaga kefarmasian yakni jumlah TTK hanya satu dan belum adanya tenaga apoteker membuat kurang maksimalnya pemberian KIE kepada pasien. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepatuhan penggunaan obat pada pasien yang mendapat terapi antibiotik di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun dari 5 partisipan terdapat 2 partisipan yang patuh dan 3 partisipan yang tidak patuh. 2. Faktor yang menyebabkan pasien menjadi patuh ataupun tidak patuh adalah faktor pasien, keluarga pasien, komunikasi dokter-pasien, dan KIE dari tenaga kefarmasian. DAFTAR PUSTAKA Afiyanti, Y. dan Rachmawati, I.N. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset Keperawatan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Asti, Tri. 2006. Kepatuhan Pasien Faktor Penting Keberhasilan Terapi. Info POM. Vol. 7, hlm. 1,2,3 dan 11 Edisi 5 September 2006. Jakarta Pusat: Badan Pom RI. Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah. 2013. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012. Palangkaraya. Ganiswara, S.G. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru Indonesia. 2011. Pedoman Penggunaan Obat Rasional. Jakarta. Indonesia. 2013. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta. Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta Machfoedz, I. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran.Disertai Contoh KTI, Skripsi, Tesis. Cetakan Ke-7. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya. Puskesmas. 2012. Profil Kesehatan Tahun 2012 Puskesmas Dinas Kesehatan di Mendawai. Pangkalan Bun. Siregar, Charles J.P dan Endang Kumolosasi. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku kedokteran EGC. 45

Eli Beni Fauziah Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tjay, Tan Hon dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam Cetakan Pertama. Jakarta: PT Elek Media Komputindo kelompok Gramedia. Wiffen, P., Mitchell, M., Snelling, M., Stoner. N. 2014. Farmasi Klinis Oxford. Jakarta: EGC. 46