DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang. ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur utama

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI PANGAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA WILAYAH KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-F PERUBAHAN PENGGUNAAN LWHAN SAWAH Dl KABUPATEN JWM ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTAQIIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

JURNAL KETAHANAN NASIONAL NOMOR XIX (1) April 2013 Halaman 12-19 DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG) Dyah May Karini Lemhannas RI Jakarta Email: dyah.may@gmail.com ABSTRACT This paper explained paddy fi elds conversion at Tangerang Regency which enhancing every year. The quantitative data showed the paddy fi elds conversion was affected with economic structure change and the infrastructure facilities enhancement and also the high population growth. Real paddy fi elds area affected the total paddy production enhancement, however the width of paddy fi elds conversion to non-paddy fi elds had not yet proven affected the total paddy production decrease at Tangerang Regency if it was supported with agricultural technology and intensifi cation. The Tangerang Regency community s need on rice was yet lacking, Tangerang Regional Government has to bring rice from other region to fulfi ll this need. Keywords: Field Conversion, Paddy Field, Rice Production, and Food Resilience. ABSTRAK Tulisan ini menjelaskan tentang Alih fungsi lahan persawahan di Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun terus semakin meningkat. Dengan menggunakan data kuantitatif, ditemukan bahwa alih fungsi lahan dipengaruhi oleh perubahan struktur ekonomi serta peningkatan fasilitas infrastruktur dan tingginya pertumbuhan penduduk. Luas lahan sawah secara nyata berpengaruh pada peningkatan produksi padi secara total, sedangkan luas lahan sawah yang beralih fungsi ke non sawah belum dapat membuktikan berpengaruh menurunkan produksi padi total di Kabupaten Tangerang jika ditunjang dengan teknologi pertanian serta intensifikasi pertanian. Untuk pemenuhan kebutuhan penduduk Kabupaten Tangerang akan beras yang masih kurang, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang harus mendatangkan beras dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan, Sawah, Produksi Beras, dan Ketahanan Pangan. PENGANTAR Sawah adalah lahan yang digunakan para petani untuk menanam padi, makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, tetapi sawah di Indonesia terus mengalami penurunan luas lahan yang berdampak pada penurunan produksi padi. Perubahan pengunaan lahan pertanian yang terjadi karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah, kebijaksanaan arah pembangunan, dan mekanisme pasar menyebabkan terancamnya peran penting sektor pertanian. ( Lestari, 2009). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi Banten, dan 12

Dyah May Karini -- Dampak Alih Fungsi Lahan Persawahan Terhadap Produksi Beras Dalam Rangka Ketahanan Pangan (Studi Kasus Di Kabupaten Tangerang) mempunyai letak strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga berpotensi sebagai daerah penyangga serta pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dan (Bapeda Kab. Tangerang 2010). Kedekatan ini menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena interdependensi (saling tergantung) yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan suatu wilayah. Perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor perindustrian dan jasa menyebabkan arus migrasi ke Kabupaten Tangerang meningkat sehingga memerlukan lahan untuk pembangunan infrastruktur yang kompleks. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang antara tahun 2009-2010 terjadi penyempitan lahan sebesar 1.913 Ha dan kenaikan jumlah penduduk sebesar 273.342 jiwa. Penyempitan lahan yang terus menurus dikuatirkan penurunan produksi beras sehingga terjadi ketahanan pangan menjadi rawan, dalam hal ini ketahanan pangan mengacu pada kemandirian pemenuhan kebutuhan beras. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi di atas (BPS Kab Tanggerang, 2009-2010), maka penulis mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai dampak dari alih fungsi lahan persawahan yang terjadi di Kabupaten Tangerang, serta faktor-faktor apakah yang memicu tingginya alih fungsi lahan dan bagaimana peranan pemerintah daerah menghadapi fenomena ini. PEMBAHASAN Alih Fungsi Lahan Persawahan Di sektor pertanian, Kabupaten Tangerang pada era sebelum tahun 70-an dikenal sebagai lumbung padi. Akan tetapi, setelah lahan-lahan persawahan terkonversi menjadi lahan industri dan permukiman, luas lahan, dan produksi padi terus menurun sehingga perlu peranan pemerintah daerah untuk mengembangkan teknologi budidaya dan industri pengolahan hasil panen yang tepat dan berhasil guna. Selama periode 2009-2011 Kabupaten Tangerang telah mengalami alih fungsi lahan persawahan sebesar 2.043 Ha atau 1.021,5 Ha pertahun. Antara periode 2009-2010 terjadi alih fungsi lahan persawahan yang cukup tinggi yaitu sebesar 1913 Ha, dibandingkan dengan periode tahun 2010-2011 yang hanya mengalami alih fungsi lahan sebesar 130 Ha, penurunan yang sangat signifikan ini disebabkan adanya pemekaran daerah menjadi Kota Tangerang Selatan berdasarkan UU No. 51 Tahun 2008, sehingga ada beberapa daerah yang dulunya menjadi wilayah Kabupaten Tangerang sekarang menjadi wilayah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan pola alih fungsi lahan persawahan menurut tipe sawah (periode 2009-2011) secara berturut-turut lahan yang mengalami alih fungsi persawahan dari yang terluas adalah sawah irigasi teknis yaitu sebesar 1.259 Ha atau 629,5 Ha per tahun, Sawah tadah hujan sebesar 313 Ha atau 156,5 Ha pertahun, Sawah irigasi setengah teknis sebesar 247 Ha atau 123,5 Ha per tahun, dan sawah irigasi sederhana sebesar 158 Ha atau 79 Ha pertahun. Lahan yang paling besar mengalami alih fungsi lahan persawahan yaitu lahan sawah irigasi, keadaan tersebut akan memberikan dampak pada kerugian biaya yang cukup besar karena biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun sawah irigasi terhitung cukup mahal dan sawah irigasi merupakan penghasil padi tertinggi dengan produktivitas dan intesitas tanaman padi yang lebih tinggi dibandingkan lahan sawah tadah hujan (BPS Kabupaten Tanggerang,2011dan 2012). 13

Dari hasil proyeksi sampai dengan tahun 2015 terjadi penyempitan lahan persawahan sebesar 5.827 Ha atau 14.3%. dan rata-rata 971,2 Ha atau 2,4% per tahun hal ini dirasa cukup tinggi, apabila persoalan alih fungsi lahan persawahan ini tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah maka akan mengurangi produksi lahan tersebut, jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan lahan juga meningkat dan kebutuhan akan pangan khususnya beras juga akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk (Anonim, 2009). Peningkatan jumlah penduduk juga diiringi dengan peningkatan permintaan akan tempat tinggal (perumahan), sehingga diperlukan juga peningkatan pembangunan infrastruktur misalnya jalan, pasar, pertokoan, pusat perdagangan serta sarana dan prasaran lainnya, serta peningkatan akan lapangan pekerjaan, sehingga banyak investor yang berbondong-bondong mendirikan kawasan industri, minimarket, perdagangan, dan jasa dan lain sebagainya. Penyebab Alih Fungsi Lahan Persawahan Pertumbuhan penduduk suatu wilayah selain di pengaruhi oleh fertilitas dan mortalitas juga dipengaruhi dengan faktor migrasi. Dari data (Bambang, 2005). BPS Kabupaten Tangerang selama tahun 2008-2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat tinggi dengan rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk 164.827 jiwa atau 6,57% pertahun. Angka ini merupakan gabungan dari fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Tangerang yang luasnya sebesar 959.61 Km 2, maka kepadatan penduduk mencapai 2.958 jiwa/km (Bappeda Kab.Tanggerang, 2010). Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kabupaten Tangerang karena tingginya migrasi disebabkan oleh pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Tangerang yaitu dengan dibangunnya pusat-pusat industri, pertokoan, pusat perdagangan dan jasa, serta peran Kabupaten Tangerang sebagai kota satelit DKI Jakarta merupakan daya tarik bagi imigran. Dibuktikan dengan kepadatan penduduk tertinggi terjadi di wilayah yang dekat dengan daerah perindustrian atau pusat perekonomian serta wilayah perbatasan DKI Jakarta, Tangerang Selatan serta Kota Tangerang yang merupakan daerah kawasan industri. Bila dilihat dari perkembangan luas sawah dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang sampai dengan tahun 2015, maka rata-rata penyusutan lahan sawah sebesar 971.2 Ha atau 2,4% pertahun, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 193.787.28 jiwa atau 7,73% pertahun. Dapat dilihat bila pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun sangat tinggi, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka permintaan akan lahan (sawah) tidak bisa dihindarkan lagi, dengan penyusutan luas sawah rata-rata 2,4% per tahun dirasa penulis cukup tinggi. Permintaan akan lahan untuk berbagai keperluan baik itu perumahan, industri, perdagangan, infrastruktur, pasar dan lain-lain akan terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga pihak pemerintah daerah harus membuat suatu aturan yang tegas untuk membatasi penyusutan lahan (sawah) tersebut. Pertumbuhan perekonomian yang pesat dan banyaknya industri yang berkembang di Kabupaten Tangerang dari dinas tenaga kerja Kabupaten Tangerang tercatat pada tahun 14

Dyah May Karini -- Dampak Alih Fungsi Lahan Persawahan Terhadap Produksi Beras Dalam Rangka Ketahanan Pangan (Studi Kasus Di Kabupaten Tangerang) 2010 jumlah industri sebanyak 2.589 yang mengalami peningkatan sebanyak 152 dari tahun 2009 yang sebanyak 2.437 perusahaan. Hal ini merupakan salah satu faktor penarik bagi imigran untuk melakukan perpindahan penduduk dari daerah asal ke Kabupaten Selain itu peranan Kabupaten Tangerang sebagai kota satelit menyebabkan Kabupaten Tangerang sebagai tempat tinggal para pekerja yang bekerja di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya hal tersebut juga diperkuat dengan letak Kabupaten Tangerang yang cukup strategis. Pesat pertumbuhan Kabupaten Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan bandara internasional Soekarno-Hatta, yang sebagian arealnya masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Tangerang, selain itu adanya rencana pembangunan dryport di Kecamatan Mauk, yang keduanya merupakan gerbang perhubungan udara dan laut yang telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara meluas di Kabupaten Kedudukan Kabupaten Tangerang yang merupakan salah satu kota satelit yaitu suatu kota kecil di tepi sebuah kota besar yang meskipun merupakan komunitas mandiri, sebagian besar penduduknya tergantung dengan kehidupan kota besar. Biasanya penghuni kota satelit ini adalah komuter dari kota besar tersebut. Sedangkan kota satelit ini merupakan daerah penunjang bagi kotakota besar di sekitarnya dan merupakan jembatan masuk akses untuk menuju ke kota besar. Karena kota satelit juga berfungsi sebagai penunjang kota besar, maka implikasi dari pada kota satelit sebagai penunjang akan tampak pada hidup keseharian warganya. Kota satelit bisa juga sebagai pemasok barangbarang kebutuhan warga kota besar karena semakin besar dan berkembangnya suatu kota maka sikap warganya untuk memproduksi barang-barang untuk kebutuhan mereka juga akan semakin menurun. Hal inilah, maka fungsi kota satelit sebagai penunjang kebutuhan hidup masyarakat kota juga akan semakin tampak. Banyak penduduk Kabupaten Tangerang yang bekerja di Jakarta, tetapi tinggal di Kabupaten Hal tersebut menyebabkan menjamurnya pemukimanpemukiman baru di Kabupaten Tangerang, di tunjang lagi dengan pesatnya pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan (jalan TOL) yang menghubungkan antara DKI Jakarta dengan Kabupaten Serta Kabupaten Tangerang dengan kota-kota lain di sekitarnya, sehingga menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Tangerang, salah satunya di bidang property (bangunan), baik itu berupa perumahan, pergudangan, pertokoan, maupun pembangunan kawasan industri. Dengan meningkatnya kawasan pemukiman, pergudangan, pertokoan maupun kawasan industri menjadikan permintaan akan lahan juga semakin meningkat, sehingga praktek alih fungsi lahan persawahan juga semakin meningkat dan tidak bisa dihindarkan lagi. Terjadinya transformasi struktur perekonomian yang mengarah pada meningkatnya peranan sektor industri dan jasa, mengubah besaran dan laju penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, dan lahan antar sektor. Letak geografis yang strategis memungkinkan Kabupaten Tangerang sebagai kota satelit, serta pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi terhadap perubahan alokasi sumberdaya 15

khususnya sumberdaya lahan. Akibatnya akan terjadi realokasi sumberdaya lahan antarsektor, di mana realokasinya lebih diprioritaskan kepada penggunaan yang memiliki rate of return (tingkat pengembalian) yang tertinggi yaitu seperti penggunaan untuk kegiatan industri sebagai kegiatan utama yang dapat menarik perkembangan kegiatan lainnya seperti pemukiman, perdagangan dan prasarana lainnya, sehingga konversi lahan tidak dapat dielakkan. (Pemda Kab.Tangerang, 2010). Dampak Alih Fungsi Lahan Persawahan Terhadap Produksi Beras Dan Ketahanan Pangan Peran Kabupaten Tangerang sebagai daerah penyangga bagi DKI Jakarta selain itu juga merupakan daerah satelit telah mengubah struktur perekonomian Kabupaten Tangerang ke sektor industri dan jasa dan merupakan daerah tujuan migrasi masuk untuk mencari pekerjaan maupun tujuan tempat tinggal bagi yang bekerja di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya, sehingga dapat dipastikan jumlah penduduk di Kabupaten Tangerang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam rangka ketahanan pangan kebutuhan akan beras juga akan terus meningkat. Jumlah produksi padi sawah dari tahun 2009-2010 mengalami peningkatan sebesar 57.257 Ton GKG atau 14,54% hal ini disebabkan adanya pemanfaatan teknologi pertanian yang baik serta ditunjang dengan sosialisasi cara bertanam yang baik oleh dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Tangerang, sehingga resiko gagal panen (puso) dapat dihindari, namun antara tahun 2010-2011 jumlah produksi padi sawah mengalami penurunan sebesar 12.890 Ton GKG atau 2,85%. Setelah terjadi konversi dari gabah kering giling ke beras maka pada tahun 2009-2010 terdapat kenaikan sebesar 35.923 ton atau 14,54%. namun pada tahun 2010-2011 terjadi penurunan produksi beras sebesar 8.087.62 ton atau 2,86% sehingga bila dilihat tahun data 2009-2011 terjadi kenaikan produksi beras sebesar 27.835,38 atau 11,27%. Bila dibandingkan antara kebutuhan beras dengan produksi beras yang dihasilkan oleh Kabupaten Tangerang, maka kebutuhan akan beras jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan produksi beras itu sendiri. Rata-rata kekurangan beras yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah sebesar 321.366 ton atau 18,16% sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah daerah harus membeli beras dari daerah penghasil beras lainnya, misalnya Cianjur, Subang, Karawang, dan lain sebagainya. Bila kebutuhan akan beras tersebut dapat dipenuhi secara mandiri, anggaran yang sekiranya untuk membeli beras dari daerah lain dapat dialokasikan untuk kesejahteraan warga yang lainnya. Untuk menuju kemandirian pangan yang berpijak pada produksi padi secara mandiri diperlukan peran serta dari berbagai pihak baik dari pemerintah daerah yaitu melalui dinas pertanian dan peternakan yang harus menerapkan suatu kebijakan atau suatu metode bercocok tanam yang bagus sehingga hasil panen bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan akan beras di Kabupaten Dinas tata ruang juga harus dengan tegas menetapkan kawasan mana yang bisa dialihfungsikan dan kawasan mana yang tidak dapat dialihfungsikan sehingga para investor tidak bisa dengan sesuka hatinya membeli tanah (sawah) warga dengan tujuan untuk dialihfungsikan (Puwiyanto, 2011). 16

Dyah May Karini -- Dampak Alih Fungsi Lahan Persawahan Terhadap Produksi Beras Dalam Rangka Ketahanan Pangan (Studi Kasus Di Kabupaten Tangerang) Selain diperlukan suatu perundangan yang ketat dan tegas serta para aparat juga harus dengan displin dan konsekuen melaksanakan peraturan dan perundangan yang berlaku. Pemetaan lahan abadi seperti usulan dari dinas pertanian dan peternakan, maka dinas tata ruang juga perlu melakukan koordinasi dengan dinas pengairan sehingga diketahui lahan di wilayah yang mempunyai tingkat kesuburan dengan kualitas serta irigasi yang baik serta seberapa luas lahannya. Dari hasil koordinasi dengan beberapa dinas tersebut, maka dinas tata ruang akan membuatkan suatu draf peraturan tentang lahan abadi serta pemetaan wilayahnya. SIMPULAN Pada tahun 2009-2011 di Kabupaten Tangerang telah terjadi alih fungsi sebesar 2.043 Ha dengan rata-rata penyusutan sebesar 1.021,5 Ha pertahun. Secara berturut-turut luas lahan sawah yang mengalami alih fungsi dari yang terluas adalah sawah irigasi teknis, tadah hujan, irigasi setengah teknis, dan irigasi sederhana. Sedangkan perkiraan sampai dengan tahun 2015 besar alih fungsi lahan persawahan sebesar 5.827 Ha atau sebesar 971,2 Ha pertahun, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat merupakan faktor penyebab alih fungsi lahan persawahan di Kabupaten Diperkirakan pertumbuhan penduduk sampai tahun 2015 sebesar 1.356.511 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 193,7 87,28 jiwa pertahun atau 7,73% pertahun, di mana pertumbuhan penduduk yang tinggi juga diikuti dengan permintaan akan lahan (sawah) yang semakin meningkat. Selain itu pembangunan infrastruktur pasar pusat perbelanjaan, perumahan, pusat perekonomian, pergudangan, dan daerah perindustrian yang merupakan faktor penarik migrasi penduduk juga memberikan andil dalam alih fungsi lahan persawahan di Kabupaten Bahwa Luas lahan sawah secara nyata berpengaruh pada peningkatan produksi padi secara total, sedangkan luas lahan sawah yang beralih fungsi ke non-sawah belum dapat membuktikan berpengaruh menurunkan produksi padi total di Kabupaten Dibuktikan dengan hasil uji Statistik yang menunjukkan Peningkatan produksi padi sampai tahun 2015. Akan tetapi, bila dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan penduduk Kabupaten Tangerang akan beras masih kurang yaitu sekitar 16,28%pertahun sehingga pemerintah daerah Kabupaten Tangerang harus melakukkan impor beras dari daerah lain (misalnya Cianjur, Subang, Karawang, dan lain sebaginya) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Lestari, T. 2009.Dampak Konversi Lahan Pertanian bagi Taraf Hidup Petani. Makalah koloqium dept.sains komunikasi dan pengembangan masyarakat (21 April 2009 Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor. Bambang, S. 2005. Aspek Pertahanan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian, http://balitanah.litbang. kemtan.go.id/dokumentasi/prosiding/ mfl p2001/bambang widjanarko.pdf (19 April 2012). Puwiyanto, H. 2011. Tantangan Ketahanan Pangan Nasional. SEAFAST Center LPPM. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor. www. sea-fast.ipb.ac.id. Anonim. 2009. Teori Malthus./http:// ba2sbreeder.blogspot.com/2009/06/ teorimalthus.html. (19 April 2012). 17

BPS Kabupaten 2009. Kabupaten Tangerang dalam Angka. Tangerang: BPS Kabupaten Tangerang. 2010. Kabupaten Tangerang dalam Angka. Tangerang: BPS Kabupaten. 2011. Kabupaten Tangerang dalam Angka. Tangerang: BPS Kabupaten. 2012. Kabupaten Tangerang dalam Angka. Tangerang: BPS Kabupaten Bappeda Kabupaten 2010. Profi l Wilayah Kabupaten Tangerang: Bappeda Kabupaten Pemda Kabupaten 2010. Potensi Geografi Kabupaten Tangerang: Pemda Kabupaten 18