dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya sistem informasi yang bergerak cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan semakin pesatnya laju pembangunan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana peningkatan tersebut harus diikuti dengan penambahan sarana dan prasarana sebagai penunjang tercapainya kemakmuran bagi penduduk Indonesia, sebagai tuntutan tersedianya lapangan pekerjaan, perumahan, dan tanpa terkecuali tersedianya sarana perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai salah satu faktor pendukung transaksi di bidang perekonomian. Sektor perbankan dalam suatu negara memiliki peranan yang sangat penting, terlebih bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana antara perbankan dan perekonomian terdapat suatu hubungan yang besifat positif. Jika dunia perbankan dalam keadaan sehat maka akan memacu perekonomian yang berkembang dan mendorong pertumbuhan dunia perbankan.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga dan mengelola kualitas assetnya dengan baik, menjalankan usaha berdasarkan prinsip kehati -hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut bank untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik dana dari para investor. Dalam menginvestasikan dananya, investor memerlukan informasi mengenai kinerja perusahaan. Pengguna laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, andal dan dapat dibandingkan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca yang memberikan informasi mengenai posisi keuangnan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan operasional bank, laporan arus kas yang memberikan informasi perputaran uang. Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk

memperoleh informasi suatu perusahaan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka dapat diketahui keadaan serta perkembangan financial perusahan. Selain itu, dengan melakukan analisis keuangan dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta mengetahui potensi kegagalan suatu perusahaan tersebut. Perusahaan perbankan yang telah go public memandang masalah profitabilitas lebih penting dibandingkan dengan masalah laba yang dihasilkan karena laba yang besar tidak menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut dapat bekerja efisien. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan total asset atau yang sering disebut profitabilitas. Menurut Munawir (2007:33) profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, yaitu dengan cara menganalisis dan menghitung rasio -rasio yang berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin tinggi profitabilitas maka kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan akan semakin tinggi juga. Alasan tersebut yang membuat perbankan harus menjaga agar nilai profitabilitas dalam keadaan stabil. Salah satu cara untuk menjaga kestabilan profitabilitas yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitasnya. Profitabillitas menggambarkan kesuksesan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dpaat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva (Return On

Assets) atau jumlah modal perusahaan tersebut (Return On Equity). Menurut Dendawijaya (2009:118) analisis rasio profitabilitas suatu bank dapat diukur menggunakan Return On Assets(ROA),Return On Equity (ROE), BOPO (rasio biaya operasional), dan net profit margin. Sejak tanggal 1 Januari 2014 OJK resmi mengambil alih beberapa tugas perbankan yang selama ini dilakukan Bank Indonesia, terutama mengawasi seluruh kinerja bank yang ada di Indonesia. Sementara Bank Indonesia berfokus pada pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga likuiditas perbankan. Namun tingkat profitabilitas perusahaan perbankan biasanya diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return On Assets (ROA) karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. ROA adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank. ROA adalah manajemen yang efektif dalam menghasilkan keuntungan dari setiap investasi, sehingga profitabilitas memiliki peranan yang penting dalam dunia perbankan. Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2014 menyatakan bahwa tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROA yang baik apabila nilai ROA berkisar antara 0,5% sampai 1,25%. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan perbankan memperoleh laba cukup tinggi. Perolehan laba perusahaan perbankan yang rendah dan cenderung mengalami kerugian makan nilai ROA kurang dari 0,5% atau nilai ROA mengarah

negatif. Sedangkan perbankan yang mengalami kerugian yang kecil maka nilai ROA akan bernilai positif. Nilai profitabilitas yang sesuai standar Bank Indonesia dapat menambah kepercayaan investor untuk menanamkan dananya, sehingga akan menguntungkan bagi perusahaan. Begitu pula sebaliknya, rendahnya nilai profitabilitas maka kepercayaan investor kepada perusahaan akan menurun sehingga akan merugikan perusahaan. Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnnya kecil, yang kedua adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar bertanggung jawab atas modal yang sudah ditanamkan sehingga modal tersebut produktif dan menghasilkan laba bagi perusahaan. Dendawijaya (2009:121) menyatakan bahwa dalam mengukur struktur modal dapat menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Surat Edaran Bank Indonesia NO. 15/12/PBI/2013 tanggal 12 Desember 2013 menyatakan bahwa kewajiban modal minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahan perbankan minimal sebesar 8% dan maksimal 14% dari Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut Yuliani (2007:33) menyatakan bahwa jika CAR mengalami kenaikan maka ROA akan mengalami kenaikan juga atau CAR berpengaruh positif terhadap

ROA. Rasio CAR yang tinggi menunjukkan semakin baik permodalan bank sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Dengan modal yang besar bank dapat menyalurkan kredit lebih besar pula sehingga akan meningkatkan laba, yang berdampak meningkatkan nilai profita bilitas bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan sesuai kebutuhan dan disebut Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Penyaluran kredit merupakan kegiatan mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermed iasi. Selain untuk mensejahterahkan masyarakat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan bunga yang diperoleh dari nasabah debitor dan merupakan sumber utama pendapatan bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank, dengan membandingkan jumlah kredit yang diberikan oleh bank dan dana pihak ketiga. Menurut Dendawijaya (2009:116) bahwa semakin tinggi LDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Rendahnya likuiditas bank menyebabkan dana dari

masyarakat yang berupa pinjaman semakin besar, semakin besar pinjaman maka laba akan meningkat juga. Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015 menyatakan bahwa nilai LDR yang sesuai dengan standar Bank Indonesia apabila nilai LDR memiliki batas bawah sebesar 78% dan batas atas 92%. Mulai tanggal 1 Agustus 2015 batas atas LDR bank menjadi 94%. Jika LDR mengalami penurunan maka ROA akanmengalami penurunan juga atau LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Tingginya LDR menunjukkan rendahnya tingkat likuiditas suatu bankdan menyebabkan profitabilitas meningkat. Besarnya LDR mengindikasikan jumlah kredit yang disalu rkan tinggi, sehingga laba yang akan diperoleh perusahaan semakin besar dan mengakibatkan profitabilitas meningkat. Jika besarnya LDR lebih dari 94% maka perusahaan beresiko mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini berarti bahwa total kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. LDR dapat dijadikan pedoman untuk menentukan strategi investasi bagi para investor. Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbulnya masalah likuditas

(ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak bisa ditagih), solvabilitas (modal berkurang). Sedangkan laba yang merosot adalah salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di samping harus menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas kredit, selektifitas dan kehati-hatian yang dilakukan manajemen dalam memberikan kredit dapat mengurangi resiko kredit macet, oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik agar memiliki kinerja NPL yang baik. Bank harus melakukan analisa terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya dan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya sehingga tidak menimbulkan kredit bermasalah. Jika pengelolaan kredit dilakukan secara baik dan menggunakan prinsip kehatihatian maka akan menghasilkan laba bagi perusahaan sehingga akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. NPL yang dianggap baik nilainya maksimal 5% menurut Surat Edaran Bank Indonesia NO. 17/11/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015. Non Performing Loan merupakan salah satu pengukuran dari rasio resiko usaha bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Nilai Non Performing Loan dapat dihitung dengan membandingkan jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kurang lancar, diragukan dan macet terhadap seluruh kredit yang diberikan. Dalam rasio NPL kredit yang dihitung adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga.

Tingkat likuiditas dan rentabilitas bank tidak selalu berjalan searah. Ini berarti hubungan likuiditas tidak selalu positif tetapi bisa negatif artinya pada saat likuiditas tinggi, tingkat rentabilitas belum tentu tinggi pula. Seb aliknya, pada tingkat likuiditas rendah kita akan mampu mencapai tingkat rentabilitas tinggi, karena likuiditas yang berlebihan dapat menekan rentabilitas perusahaan, sementara likuiditas yang terlalu kecil dapat meningkatkan resiko likuiditas bank. NPL dapat menurukan profitabilitas bank, semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kondisi perekonomian dan peraturan Bank Indonesia yang selalu berubah-ubah membuat kinerja perusahaan perbankan mengalami perubahan juga. Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan perbankan masih perlu dilakukan. Topik mengena i profitabilitas perbankan ini diambil didasarkan atas manajemen suatu bank, yang mencakup manajemen permodalan, manajemen likuiditas, manajemen kualitas aktiva dan manajemen profitabilitas yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja bank dalam memperoleh laba (profitabilitas). Fenomena saat ini semenjak di sahkan Undang-undang No. 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, program pengampunan pajak (tax amnesty) telah membawa pengaruh positif terhadap industri perbankan nasional. Kinerja pertumbuhan industri perbankan tercatat semakin meningkat, termasuk perbaikan dari sisi kredit macet (non performing loan). Di sisi dana pihak

ketiga adanya dana hasil repatriasi akan menambah likuiditas perbankan terutama untuk bank persepsi, yakni bank umum yang telah ditu njuk untuk menerima setoran penerimaan uang tebusan dan dana yang dialihkan dari luar negeri ke dalam negeri dalam rangka pelaksaan tax amnesty yang dapat disimpan dalam bentuk deposito dan tabungan. Penetapan 18 bank presepsi atau bank penampung dana prog ram tax amnesty dari jumlah awal sebanyak 9 bank, disebut sebagai alasan bank -bank yang ditunjuk mulai berebut dana. Beberapa bankir menyebutkan momentum pengampuan pajak menjadi ajang bagi bank terutama bank yang masuk kategori bank umum kegiatan usaha untuk memupuk likuiditas. Pasalnya rasio pinjaman terhadap simpanan bank per Juli 2016 telah mencapai 91,19%. Pertumbuhan kredit secara industri memang tengah melambat, tetapi di sisi lain pertumbuhan Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit. Pada Juli 2016 pertumbuhan kredit tercatat sebesar 7,7% secara tahunan sedangkan DPK tumbuh 6,8%. Bank Indonesia memperkirakan pengampunan pajak memiliki pengaruh terhadap peningkatan himpunan dana masyarakat ini. Oleh karena itu, bank-bank persepsi saling bersaing dalam membujuk para Wajib Pajak untuk mau menaruh dananya kepada mereka. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul LIKUIDITAS DAN NON PERFORMING LOAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015.

B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Apakah struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Menganalisa pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2015. b. Menganalisa pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2015. c. Menganalisa pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2015.

2. Kontribusi Penelitian a. Kontribusi secara praktis: Memberikan informasi bagi pengambil kebijakan (manajemen) yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka meningkatkan jumlah total asset. b. Kontribusi secara akademik: Memberikan informasi perbandingan dan masukan bagi kalangan akademisi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai profitabilitas perusahaan perbankan.