BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Perbedaan Kadar Thyroid Stimulating Hormone dan Free Thyroxine pada Pasien Talasemia Β-Mayor dengan Kelasi Besi Deferasirox dan Deferiprone

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (radioimmunoassay) dan IRMA (immunoradiometric assay), atau metode

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

Proporsi Infeksi HBV, HCV, dan HIV pada Pasien Talasemia-β Mayor di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari Juli 2013

1 Universitas Kristen Maranatha

Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU / RSHAM

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KONTROL DENGAN TINGGI BADAN PADA PASIEN TALASEMIA MAYOR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN PERKEMBANGAN ANAK SINDROM DOWN

PENGARUH DEFERASIROX TERHADAP KADAR T4 DAN TSH PADA PENDERITA -THALASSEMIA MAYOR DENGAN FERRITIN YANG TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun.

Hubungan antara Kadar Feritin dengan Kadar BUN-Kreatinin pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSD dr. Soebandi Jember

Gambaran Status Gizi Anak Talasemia β Mayor di RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

ABSTRAK DAMPAK PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH DALAM JANGKA PANJANG PADA PENDERITA THALASSEMIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. adalah laju dengan frekuensi terlalu cepat > 100x / menit atau frekuensi terlalu

Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan

NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs) NONTHYROIDAL ILLNESS (NTIs)

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN MORTALITAS PADA ANAK SAKIT KRITIS

HUBUNGAN DERAJAT KLINIS DENGAN KADAR FERITIN PENYANDANG THALASSEMIA β DI RSUD ARIFIN ACHMAD

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA MAYOR DI RSUD KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KADAR HEPSIDIN PADA CARRIER TALASEMIA β ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama: Sistem hormonal/sistem endokrin Sistem saraf

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

RINGKASAN. commit to user

Hubungan antara Kadar Feritin dengan Kadar Glutation (GSH) pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember


BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BIOSINTESIS HORMON TIROID DAN PARATIROID

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan pada gen globin α atau β sebagai pengatur produksi rantai α atau β yang merupakan penyusun dari Hemoglobin (Hb). 1 3 Perubahan atau kelainan pada gen globin α atau β ini menyebabkan produksi hemoglobin terganggu dan umur sel eritrosit menjadi lebih pendek dari sel eritrosit normal yang berkisar 120 hari. 4,5 Sel eritrosit yang mudah rusak atau memiliki siklus yang lebih pendek dari normal ini mengakibatkan tubuh mudah mengalami anemia (kekurangan sel eritrosit), cepat merasa lelah, insomnia, mudah mengalami infeksi berulang, sakit kepala, dan mengalami keseimbangan tubuh yang menurun. 4,6 Penderita talasemia membutuhkan transfusi darah yang mengandung sel eritrosit yang sehat secara berkala yang sesuai dengan jenis talasemia yang diderita untuk bertahan hidup. 7 Penderita yang terlambat ditangani atau terlambat mendapat pasokan darah akan berakibat fatal hingga dapat mengancam jiwanya. Transfusi yang sering dilakukan ini menyebabkan terjadinya severe iron overload atau toksisitas besi yang menyebabkan penderita berpotensi mengalami disfungsi hati, jantung, dan organ endokrin. 7 10 Penderita talasemia memiliki resiko mengalami hipotirodisme dan seharusnya melakukan screening secara regular. 11 1

2 Jumlah prevalensi hipotiroid akibat toksisitas besi pada pasien ß thalassemia disebutkan sebesar 0-35%. 8 Penelitian oleh Sabato, A.R. dkk. (1983) menunjukkan bahwa dari 114 pasien talasemia yang diperiksa, ditemukan 9 orang memiliki kadar T3 yang rendah (sick euthyroid syndrome). 12 Penelitian oleh Dewi Ratih dkk (2011) menunjukkan sebanyak 20% dari 20 pasien yang diperiksa mengalami hipotiroidisme. 8 Hipotiroidisme ditandai dengan menurunnya hormon T3 dan T4 yang merupakan hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. 13 Sekitar 90% produk yang disekresi kelenjar tiroid adalah T4, namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lipat lebih kuat dibandingkan T4. Sebagian besar T4 yang diekskresikan kelenjar tiroid diubah menjadi T3 di perifer dengan pelepasan satu ion iodium, dimana 80% T3 yang ada di sirkulasi darah berasal dari T4. 14 Hormon T3 hampir secara sempurna (>99,5%) beredar dalam sirkulasi darah berikatan dengan protein karier yang sebagian besar adalah thyroxine binding globulin (TBG), tetapi kadar protein karier ini sangat dipengaruhi oleh keadaan klinis lain misalnya kehamilan sehingga kadar free T3 (T3 yang tidak diikat protein) dianggap lebih relevan untuk menunjukkan status klinis pasien dibanding kadar total T3. 13,15 Transfusi darah berulang merupakan paparan stress yang kronik. Paparan stress yang kronik dapat menyebabkan inflamasi yang berakibat pada penurunan hormon free T3. 16,17 Penelitian mengenai kadar hormon free T3 pada penderita talasemia belum pernah dilakukan di Indonesia. Peneliti disini bermaksud untuk meneliti apakah

3 sesuai pernyataan bahwa hormon tiroid, dalam hal ini free T3 juga menurun pada paparan kronik seperti transfusi darah berulang pada talasemia. 1.2 Permasalahan penelitian 1.2.1 Permasalahan umum penelitian Apakah ada hubungan antara lama dan frekuensi transfusi darah? 1.2.2 Permasalahan khusus penelitian 1. Berapa rerata lama transfusi darah pada penderita talasemia? 2. Berapa rerata frekuensi transfusi darah pada penderita talasemia? 3. Berapa rerata kadar free T3 pada penderita talasemia? 4. Apakah ada hubungan antara lama transfusi darah terhadap kadar free T3 pada penderita talasemia? 5. Apakah ada hubungan antara frekuensi transfusi darah? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Menganalisis hubungan antara lama dan frekuensi transfusi darah 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui lama transfusi darah pada penderita talasemia 2. Mengetahui frekuensi transfusi darah pada penderita talasemia

4 3. Mengukur kadar free T3 pada penderita talasemia 4. Menganalisis hubungan antara lama transfusi darah 5. Menganalisis hubungan antara frekuensi transfusi darah 1.4 Manfaat penelitian 1. Memberikan informasi mengenai hubungan antara lama dan frekuensi transfusi darah sehingga dapat dicegah efek lebih lanjut dari keadaan hipotiroid yang dialami atau akan dialami oleh penderita talasemia 2. Menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut 1.5 Keaslian penelitian Penelitian mengenai kadar hormon tiroid pada penderita talasemia telah cukup mendapatkan perhatian, akan tetapi pengukuran free T3 sendiri belum pernah dilakukan, pada penelitian lain biasanya yang diteliti adalah kadar TSH, T4, dan T3. Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian 1. Sabato, A. R., et al. Primary hypothyroidism and the low T3 syndrome in thalassaemia major. 1983 12 2. Hashemi A., MD, et al. Hypothyroidism and Cross sectional Cross sectional Pada 114 pasien talasemia yang diperiksa, ditemukan bahwa 9 orang memiliki kadar T3 yang rendah (sick euthyroid syndrome) 14 pasien dari 65 pasien yang diperiksa mengalami

5 Serum Ferritin Level in Patients with Major β Thalassemia. 2011 3 3. Solanki, U. S., et al Assessment of Thyroid Function in Multi- Transfused Children of β Thalassemia Major with Iron Overload. 2014 10 4. Asif, M., et al. Effect of multiple blood transfusions on hormonal profile in thalassemia children. 2014 6 5. Shahramian, I., et al. Correlation between Serum Leptin Level and Thyroid Hormones in Children with Major Beta-Thalassemia. 2013 5 6. Ratih P D, Susanto R, Sudarmanto B. Pengaruh Deferasirox Terhadap Kadar T4 dan TSH pada Ferritin Tinggi. 2011 8 hipotiroidisme (dilihat dari kadar T4 rendah dan TSH tinggi) Cross Dalam 50 kasus, sectional didapatkan 32 pasien euthyroid, 17 pasien subclinical hypothyroid, dan 1 pasien clinical hypothyroid Experimental Kadar T3, T4, testosteron, dan estradiol ditemukan menurun, sedangkan kadar progesteron ditemukan meningkat secara signifikan pada 80 pasien anak-anak di Alled Hospital, Pakistan Cross Rerata kadar thyroxin sectional (T4), triiodothyronine (T3), dan thyroidstimulating hormone (TSH) serum pada 90 pasien anak usia 6 16 tahun adalah 0,94 ±3,56; 1,28 ± 0,46; dan 2,85 ±3, 44 Pre and post Hipotiroidisme ditemukan test design sekitar 20%.