BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KETENTUAN U M U M

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

IMAM MUCHTAROM C

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang bekerja. Namun dalam hal ini nampaknya pemerintah dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENAGA KERJA PEREMPUAN, CITY HOTEL, DAN PERJANJIAN KERJA. Adanya jaminan yang dituangkan di dalam Undang-undang Dasar

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Menimbang

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CURRICULLUM VITAE. : Lucky Savitri Kusumaningtyas. : Komp. Kemang Pratama I, Jl. Utama II, Blok Bi-11, Bekasi

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN, PENEMPATAN, DAN PERLINDUNGAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja memiliki peranan penting sebagai tulang punggung. perusahaan, karena tanpa adanya tenaga kerja, perusahaan tidak dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PREDISEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana perlindungan tersebut menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Karena pada

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 ) DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sabang sampai Merauke, di mana di dalamnya terdapat populasi

UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN WALIKOTA SERANG,

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

2. Para Bupati/Walikota di- Seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang semakin komplek tidak terlepas dari adanya resiko kecelakaan jika

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sebaik mungkin dengan cara menyediakan lapangan atau kesempatan kerja

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

2015, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembar

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemerdekaan ketenagakerjaan di Indonesia diatur dengan ketentuan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. 1 Pada masa sekarang ini, perempuan juga ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja merupakan hal yang sudah biasa. Eksistensi kaum perempuan di abad ke 21 ini tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, karena perempuan juga memiliki potensi yang tidak kalah dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan. Di zaman era globalisasi ini dengan adanya emansipasi perempuan tentu sangat berpengaruh positif bagi kaum perempuan, dimana kaum perempuan disetarakan dengan kaum pria dalam bidang sosialnya. Tanpa harus merubah kodratnya, sehingga seorang perempuan tidak hanya berada di dalam rumahnya dan menjadi penghuni dapur saja, namun seorang perempuan dapat mengikuti pendidikan yang tinggi dan mendapatkan hak-hak nya sebagai seorang perempuan, meraih cita-cita yang tinggi yang mungkin bisa bersetara dengan jabatan tertinggi seorang pria bahkan bisa melebihi jabatan tertinggi seorang pria sekalipun. Di samping partisipasi tenaga kerja perempuan dalam pembangunan cukup besar, untuk menghadapi pembangunan di masa yang akan datang, masih terdapat banyak problema berkenaan dengan eksistensi tenaga kerja perempuan di pasar kerja. Oleh karena 1 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 6. 1

2 itu, diperlukan perlindungan hukum untuk tenaga kerja perempuan, dengan menjamin hak-hak tenaga kerja perempuan tersebut. Untuk menjamin hak-hak tenaga kerja perempuan tersebut, maka perlu dilakukan upaya pelaksanaan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan tanpa terkecuali. Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dituangkan dalam Pasal 28 huruf D ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi: Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. 2 Dalam hal ini perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja perempuan harus memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja perempuan sesuai dengan pekerjaannya. Meskipun dia seorang perempuan, akan tetapi juga harus tetap diperhatikan. Mengingat peranan tenaga kerja sangat penting demi kelancaran perusahaan. Tenaga kerja harus memperoleh hak-hak mereka secara penuh, begitu juga dengan tenaga kerja perempuan juga harus mendapat perlindungan. Sebaliknya tenaga kerja juga harus memenuhi kewajibannya dengan baik pula. Sehingga, akan tercipta hubungan kerja yang dinamis antara perusahaan dengan pihak tenaga kerja. Jadi perlindungan hukum tidak hanya semata-mata memberikan perlindungan. Di Indonesia terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam undang-undang ini diatur mengenai hak-hak pekerja, tenaga kerja, tenaga kerja anak di bawah umur, tenaga kerja perempuan. Karena pada masa ini sudah terdapat perempuan-perempuan yang bekerja dalam lapangan pekerjaan. Berdasarkan pemaparan hal-hal tersebut diatas, maka penulis menganggap perlu untuk meneliti tentang perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan dan berkesempatan untuk meneliti 2 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28 huruf D ayat 2.

3 tenaga kerja perempuan yang bekerja pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Jakarta. Dalam hal ini penulis ingin meneliti bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan bagaimana perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan yang tidak diatur pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Jakarta. Sehubungan dengan maksud dilakukannya pengkajian terhadap masalah tersebut, maka dikemukakan judul penelitian berikut ini: Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Perempuan Pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Jakarta. B. Pokok Permasalahan Dalam penelitian ini akan dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum tenaga kerja perempuan pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Jakarta berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan? 2. Bagaimana perlindungan tenaga kerja perempuan pada PT. PELNI yang tidak diatur secara tertulis dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. PELNI Jakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian tersebut di muka, di bawah ini di kemukan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan gambaran mengenai bentuk perlindungan hukum tenaga kerja perempuan berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

4 2. Untuk memberikan gambaran mengenai perlindungan tenaga kerja perempuan pada PT. PELNI yang tidak diatur secara tertulis dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. PELNI Jakarta. D. Metode Penelitian Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini penulis melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan metode atau cara sebagai berikut: 1. Tipe Penelitian Penelitian yang digunakan penulis disini adalah suatu penelitian normatif. Pada penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. 3 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. 4 Deskriptif juga menggambarkan kondisi atau keadaan yang sedang terjadi, sehingga mampu memberikan informasi-informasi yang bersifat ideal. Kemudian menganalisanya berdasarkan teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), h. 52. 4 Ibid., h. 10.

5 3. Data dan Sumber Data a. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu perilaku masyarakat, melalui penelitian. 5 Dalam hal ini penulis mendapatkan data berupa informasi berupa wawancara dengan pihak yang terkait, yaitu Ibu Yuanita selaku tenaga kerja perempuan yang bekerja pada PT. PELNI. b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang terkait. Oleh karena penelitian hukum (normatif) mempunyai metode tersendiri dibandingkan dengan metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang lain, hal itu berakibat pada jenis datanya (bahan hukum). Data sekunder dapat terbagi menjadi: 1) Bahan hukum primer, yaitu dengan menggunakan bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 2) Bahan Hukum Sekunder, Dalam hal ini bahan hukum yang dimaksudkan di dalam penelitian ini terdiri dari berbagai literatur ilmiah dibidang hukum. Berbagai literatur ilmiah yang dirasakan masih terkait dan relevan dengan dengan topik penelitian yang dibuat. 4. Cara dan alat pengumpulan Data Pengumpulan data di dalam penelitian ini dilakukan melaui dua macam metode, hal ini disebabkan di dalam penelitian ini juga menggunakan dua jenis data yaitu data sekunder dan data primer. 5 Ibid., h. 12.

6 Adapun dua macam metode yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah: a. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan. Dalam hal untuk penelitian ini, penulis melakukan dibeberapa tempat seperti Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, penulis memperoleh acuan dari buku-buku, mengakses internet. b. Pengumpulan data primer dilakukan melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian langsung ke perusahaan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan kajian pada PT. PELNI Jakarta. 5. Analisis Data Dalam membahas permasalahan, data dan informasi hasil penelitian ini dianalisis secara sistematis dan disajikan dengan diolah dan dianalisa secara kualitatif sehingga menghasilkan data yang efektif yang dapat dipertanggungjawabkan demi tercapainya tujuan dari penelitian ini. 6. Cara Penarikan Kesimpulan Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, artinya adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum. Adapun kajian terhadap konsep yang bersifat umum tersebut akan dianalisis secara khusus berdasarkan aspek dari Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. E. Kerangka Konseptual Penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep dan pengertian mengenai istilah dalam hukum perlindungan tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Konsep yang berkaitan

7 dengan Perlindungan Hukum terhadap tenaga kerja perempuan. Soepomo mengatakan, Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja adalah penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Salah satu bentuk perlindungan hukum ini adalah norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu kerja, sistem pengupahan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan Pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan dan sebagian memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin adaya guna kerja yang tinggi serta perlakuan yang sesuai dengan martabat dan moril. 6 Menurut Soepomo dalam Abdul Hakim, perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya; 2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi; 3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja. 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada hakekatnya adalah suatu undang-undang yang memberikan perlindungan pada tenaga kerja. Dasar filosofi tersebut dijelaskan lebih lanjut mengenai pembangunan ketenagakerjaan dalam penjelasan umum Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perlindungan Hukum diberikan mengingat peranan dan kedudukan tenga kerja sangat penting sebagai pelaku dan pembangunan. Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan tersebut diatur mengenai 6 R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 263-264. 7 Abdul, Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: Citra Adutya Bakri, 2003), h. 61.

8 perlindungan hukum untuk tenaga kerja, tenaga kerja perempuan, dan juga tenaga kerja anak. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas adalah perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan. Pasal- Pasal dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai perlindungan hukum terhadap tenaga kerja perempuan, yaitu: 1. Perlindungan Jam Kerja Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 77 sampai dengan Pasal 85. Pasal 77 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem, yaitu: a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau b. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004).

9 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi. Ketentuan kerja lembur (Pasal 6 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004): a. Untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis dari pengusaha dan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan. b. Perintah tertulis dan persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk daftar pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh pekerja/buruh yang bersangkutandan pengusaha. Dalam hal Perlindungan jam kerja bagi pekerja perempuan, yaitu jam kerja malam (pukul 23.00 sampai pukul 07.00). Hal ini diatur pada Pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tetapi dalam hal ini ada pengecualiannya yaitu pengusaha yang mempekerjakan perempuan pada jam tersebut wajib: a. Memberikan makanan dan minuman bergizi b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja c. Menyediakan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 05.00. 8 Tetapi pengecualian ini tidak berlaku bagi pekerja perempuan yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun ataupun perempuan hamil yang berdasarkan keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya apabila bekerja antara pukul 23.00 07.00. 2. Perlindungan Dalam Masa Haid Pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur masalah perlindungan dalam masa haid. Perlindungan terhadap pekerja perempuan yang dalam masa haid 8 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Op.Cit., Pasal 76 ayat (4).

10 tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh. 3. Perlindungan selama cuti hamil Sedangkan pada Pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah cuti hamil. Perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan dengan upah penuh. 4. Pemberian lokasi menyusui Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah ibu yang sedang menyusui. Pemberian kesempatan pada pekerja perempuan yang anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan. Guna menghindari perbedaan interpretasi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, maka diperlukan definisi operasional mengenai istilah-istilah berikut: 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 9 2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. 10 3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 11 4. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 12 9 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Op.Cit., Pasal 1 Angka 1. 10 Ibid., Pasal 1 Angka 2. 11 Ibid., Pasal 1 Angka 3. 12 Ibid., Pasal 1 Angka 14.

11 5. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. 13 6. Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 14 7. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. 15 8. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. 16 9. Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. 17 10. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. 18 13 Ibid., Pasal 1 Angka 15. 14 Ibid., Pasal 1 Angka 16. 15 Ibid., Pasal 1 Angka 17. 16 Ibid., Pasal 1 Angka 20. 17 Ibid., Pasal 1 Angka 21. 18 Ibid., Pasal 1 Angka 26.

12 11. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. 19 12.1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam. 20 13. Seminggu adalah waktu selama 7 (tujuh) hari. 21 14. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 22 15. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. 23 F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan, kerangka konsepsional serta sistematika pembahasan. 19 Ibid., Pasal 1 Angka 27. 20 Ibid., Pasal 1 Angka 28. 21 Ibid., Pasal 1 Angka 29. 22 Ibid., Pasal 1 Angka 30. 23 Ibid., Pasal 1 Angka 31.

13 BAB II : TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Pada bab ini akan diuraikan hasil kajian kepustakaan berupa penelusuran literatur dan peraturan mengenai perlindungan tenaga kerja, perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan secara umum di Indonesia. BAB III : PENGATURAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PADA PT. PELNI Pada bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai hasil kajian sebagai obyek dalam penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini obyeknya adalah tenaga kerja perempuan pada PT. PELNI. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi tenaga kerja yang bekerja pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). BAB IV : TINJAUAN YURIDIS BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA PT. PELNI Bab ini akan diuraikan mengenai bentuk perlindungan hukum tenaga kerja perempuan pada PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Jakarta berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengenai perlindungan tenaga kerja perempuan pada PT. PELNI yang tidak diatur secara tertulis dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. PELNI Jakarta.

14 BAB V : PENUTUP Bab ini bagian akhir dari seluruh kegiatan penulisan yang berisi kesimpulan dan saran.