BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sapi-sapi perah tersebut mampu beraklimatisasi dengan iklim Indonesia, namun

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

disusun oleh: Willyan Djaja

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA. berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

ANALISIS USAHA SAPI PERAH LAKTASI DI CV. CAPITA FARM DESA SUMOGAWE KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : IRVAN ABY ABDUL AZIZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari dataran Eropa tepatnya dari Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik ternak, lingkungan serta hubungan antara genetik dan lingkungan (Karnaen dan Arifin, 2009). Sapi perah selain dapat menghasilkan susu sebagai produk utama, sapi perah juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pedet dan daging dari sapi perah afkir (Taslim, 2011). Sapi perah memiliki karakteristik yang paling baik dalam hal efisiensi mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori dibanding sapi lainnya (Suryowardojo, 2012). Sapi perah sangat cocok dibudidaya pada daerah yang bersuhu dingin untuk mencegah terjadinya stress akibat cekaman panas sehingga produksi ternak sapi perah dapat optimal (Putro dkk., 2013). Umumnya usaha peternakan sapi perah di Indonesia dilakukan dalam dua bentuk usaha yaitu peternakan rakyat dan perusahaan peternakan (Syawal dkk., 2013). 2.2. Susu Sapi Susu merupakan salah satu bahan pangan yang bergizi tinggi yang dibutuhkan bagi manusia (Kuntarso, 2007). Susu sapi perah dihasilkan melalui proses pemerahan yang memicu sekresi pada kalenjar di dalam ambing ternak (Rofi i, 2009). Produksi susu sapi perah dari peternakan lokal sampai saat ini

4 hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari kebutuhan dalam negeri sehingga harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan susu nasional (Utomo dan Miranti, 2010). Susu sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Susu dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai zat pembangun terutama bagi anak pada masa pertumbuhan (Syarif dan Harianto, 2011). Susu tersusun dari air (87,90%) dan bahan kering (12,10%). Bahan kering dalam susu mengandung lemak (3,45%) dan bahan kering tanpa lemak (8,65%). Kandungan bahan kering tanpa lemak susu terdiri dari protein (3,20%), laktosa (4,60%), dan vitamin, enzim dan gas (0,85%). Protein dalam susu terdiri atas casein (2,70%) dan albumin (0,50%) (Laryska dan Nurhajati, 2013). 2.3. Tatalaksana Pemeliharaan Tatalaksana pemeliharaan sapi perah sangat menentukan keberhasilan peternakan. Ada hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mewujudkan tatalaksana pemeliharaan yang baik yaitu sistem perkandangan, pakan rumput, ketersediaan air dan ketersediaan bibit sapi perah (Sudono dkk., 2003). Pemeliharaan sapi perah menggunakan sistem perkandangan sering dilakukan secara intensif/individual dan semi intensif/koloni. Sistem kandang individual pemeliharaan ternak dengan ruang gerak terbatas dan dibatasi oleh sekat dengan sapi ditambatkan menggunakan tali. Kandang koloni merupakan jenis kandang yang mempunyai areal yang cukup luas dengan terdapat atap diatasnya dan dapat ditempati populasi sapi tanpa adanya sekat. Pemenuhan nilai gizi dalam pakan juga mejadi hal yang perlu diperhatikan untuk pemenuhan kebutuhan pakan

5 ternak (Yulianto dan Saparinto, 2010). Fungsi pakan dalam usaha peternakan sapi sangat vital untuk menunjang pertumbuhan, produksi, reproduksi dan kesehatan ternak. Bibit sapi perah yang digunakan menentukan produktivitas ternak. Pemerahan sapi dapat menggunakan 2 cara yaitu secara manual dan menggunakan mesin perah. Pemerahan menggunakan mesin perah dapat meningkatkan volume susu yang dihasilkan dan susu lebih bersih dibanding pemerahan secara manual (Syarif dan Harianto, 2011). 2.3.1. Bibit Bibit merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peternakan sapi perah (Sutarto dan Sutarto, 1998). Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah bangsa Friesian Holstein (FH) dan keturununnya yang dikenal dengan peranakan Friesian Holstein (PFH) (Mardiningsih, 2007). Sapi Friesian Holstein memiliki ciri-ciri badan berwarna belang-belang hitam putih, umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga di dahi dan tidak memiliki punuk (Abidin, 2008). Guna menjaga produktivitas pada anakan maka dibutuhkan perkawinan dengan bibit yang baik pula. Perkawinan secara inseminasi buatan merupakan alat ampuh untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik secara kuantitatif dan kualitatif (Hastuti, 2008). Selain metode perkawinan, pemilihan bibit sapi yang akan dikawinkan juga perlu diperhatikan. Sebaiknya pilih bibit sapi yang memiliki ciri fisik, produktivitas yang tinggi, sehat dan bebas dari penyakit menular (Syarif dan Harianto, 2011).

6 2.3.2. Pakan Pakan sapi perah terdiri dari pakan kasar hijauan dan pakan penguat konsentrat (Sarwono, 1998). Pakan diperlukan oleh sapi perah laktasi untuk kehidupan pokok dan produksi susu. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya disesuaikan dengan produksi susu yakni sebesar 50% dari jumlah susu yang dihasilkan dan pemberian hijauan mengacu dari 10% bobot badan sapi. Pakan konsentrat diberikan kepada ternak sebelum proses pemerahan dilakukan supaya selama proses pemerahan sapi dalam kondisi tenang. Pemberian hijauan dilakukan setelah proses pemerahan (Sudono dkk., 2003). Pemberian pakan harus tetap memperhatikan kandungan nutrisi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat kasar yang dibutuhkan (Ditjennak, 2014). Pemberian air minum pada sapi perah umumnya tidak dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan air untuk produksi susu dan kehidupan pokok dapat terpenuhi (Pasaribu dkk., 2015). 2.3.3. Pencegahan penyakit Program pencegahan penyakit dalam peternakan sapi perah harus dilakukan secara teratur (Sudono dkk., 2003). Organisme pengganggu harus diberantas sehingga keberadaanya dapat dihilangkan atau populasinya dapat ditekan. Keberadaan penyakit menjadi masalah serius dalam usaha peternakan. Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit dapat berupa infeksi virus, bakteri, jamur dan parasit atau bukan infeksi seperti cacat genetik, cedera fisik dan

7 ketidakseimbangan nutrisi. Oleh karena itu pencegahan penyakit seharusnya dimulai sejak awal. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal bagi ternak agar penyakit tidak dapat menyerang yakni sterilisasi ternak, kandang dan peralatan (Yulianto dan Saparinto, 2010). Penyakit yang sering dijumpai pada peternakan sapi perah adalah mastitis. Mastitis merupakan peradangan kalenjar ambing disertai dengan perubahan sifat fisik, kimia dan mikrobiologi pada susu. Pengobatan penyakit mastitis dengan memberikan antibiotik (Syarif dan Harianto, 2011). Pencegahan penyakit lainnya dapat dilakukan dengan pemberian vaksin dan pengujian atau tes laboratorium terhadap penyakit hewan menular tertentu (Ditjennak, 2014). 2.3.4. Perkandangan Kandang merupakan tempat berlindung dan tempat beristirahat bagi ternak. Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang mempunyai sirkulasi udara yang cukup, lantai kandang yang kering dan tempat pakan yang lebar agar memudahkan ternak mengkonsumsi pakan (Sudono dkk., 2003). Kontruksi kandang sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Kerangka kandang dapat menggunakan bambu, kayu, beton dan pipa besi. Model atap gable merupakan model atap yang sering dijumpai pada peternakan sapi perah. Model atap gable berbentuk seperti huruf V terbalik. Lantai kandang sebaiknya juga dibuat dengan permukaan yang rata dan tidak licin (Yulianto dan Saparinto 2010). Kandang sapi perah tidak hanya berbentuk bangunan sebagai tempat berlindung ternak, namun juga tempat aktivitas makan, minum dan pemerahan. Guna

8 menunjang proses pemerahan maka diperlukan peralatan penunjang seperti mesin perah, ember susu, millk can, saringan susu dan alat pengukur volume susu (Syarif dan Harianto, 2011). Pembangunan kandang juga harus memperhatikan akses peternak dalam memelihara dan mengelola ternak ( Pasaribu dkk., 2015). 2.3.5. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan individu, organisasi dan masyarakat (Flippo, 1991). Pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi, menuntut setiap organisasi mendapatkan pegawai yang berkualitas dan produktif untuk menjalankan organisasi (Kalangi, 2015). Acuan untuk mengetahui kualitas tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja adalah dari umur dan pendidikan tenaga kerja. Umur tenaga kerja mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja dan cara berfikir dimana umur seseorang berkaitan erat dengan kematangan psikologis dan kemampuan fisiologisnya. Sedangkan tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi mempunyai wawasan yang lebih luas terutama tentang kesadaran arti pentingya produktivitas. Umur pensiun ditetapkan mulai pada usia 56 tahun dan maksimal 60 tahun (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, 2015).

9 2.4. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam proses produksi baik secara tunai maupun tidak tunai dimana sebagai biaya kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor produksi (Daniel, 2002). Biaya yang dikeluarkan digunakan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan (Ikhsan dan Prianthara, 2009). Biaya dalam produksi ada dua macam yaitu biaya tetap merupakan besarnya nilai pengorbanan untuk mendapatkan faktor produksi tetap seperti tanah dan yang kedua adalah biaya variabel yaitu biaya yang berubah-ubah mengikuti kesibukan perusahaan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang berfungsi untuk mengolah lahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Mulyadi, 2012). 2.4.1. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang mempunyai sifat nilainya tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Sebagai akibatnya pada tingkat produksi meningkat maupun menurun nilai biaya tetap akan konstan (Ikhsan dan Prianthara, 2009). Biaya tetap terdiri dari pajak dan biaya penyusutan alat-alat produksi (Luntungan, 2012). Biaya tetap yang dibebankan pada masingmasing unit disebut biaya tetap rata-rata (Amin, 2013).

10 2.4.2. Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang mempunyai sifat berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual dan jam kerja (Ikhsan dan Prianthara, 2009). Sehingga apabila jumlah unit yang dihasilkan meningkat maka nilai biaya variabel juga akan meningkat pula (Amin, 2013). Contoh yang paling baik untuk menggambarkan biaya variabel dalam usaha sapi perah adalah pakan. Biaya pakan yang meliputi konsentrat dan hijauan dalam usaha sapi perah dapat mencapai 79% dari total biaya variabel dan 64,40% dari total biaya produksi (Wantasen dkk., 2016). 2.5. Penerimaan Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga jual yang berlaku (Soekarwati, 1995). Penerimaan juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh potensi jasa yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Ikhsan dan Prianthara, 2009). Penerimaan utama dari agribisnis sapi perah adalah dari penjualan susu harian (Rusdiana dan Sejati, 2009). Penerimaan dari penjualan susu diperoleh dari perkalian antara jumlah susu yang dihasilkan dengan harga jual susu. Selain dari penjualan susu, penerimaan agribisnis sapi perah juga dapat diperoleh dari penjualan pedet, penjualan sapisapi yang tidak produktif dan penjualan pupuk kandang (Santosa dkk., 2013).

11 2.6. Pendapatan Pendapatan merupakan selisih nilai antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan dalam usaha peternakan sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang diimiliki peternak (Soekartawi, 1995). Pendapatan timbul sebagai manfaat ekonomi bagi perusahaan dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode (Ikhsan dan Prianthara, 2009). Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatan yang diterima memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha dengan menemukan komponen utama penerimaan yang dapat ditingkatkan dan komponen biaya yang masih dapat dikurangi (Amin, 2013). Bahwasannya peternak bisa saja hanya mendapatkan pendapatan yang kecil bahkan mengalami kerugian sebagai akibat pengeluaran biaya yang tinggi dan tidak diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula (Santosa dkk., 2013). 2.7. Break Even Point Break Even Point merupakan keadaan dimana suatu usaha tidak mendapatkan laba dan tidak mengalami rugi, jumlah yang didapat sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (Wasis, 1992). Analisis BEP adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat volume penjualan dan volume produksi yang diperlukan suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidakpula memperoleh laba. Dengan arti keadaan dimana perusahaan memperoleh penerimaan sama dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan atau total marjin

12 produk sama besarnya dengan total biaya tetap yang ditanggung. Analisis ini melibatkann hubungan antara unsur harga jual produk, biaya tetap, biaya variabel, volume penjualan dan bauran produk (Bustami dan Nurlela, 2006). Manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan analisis BEP yaitu perusahaan dapat menentukan besaran volume penjualan dan harga jual produk untuk mencapai target laba yang ingin dicapai dan meminimalkan kerugian yang dapat terjadi (Munawir, 2007). Selain itu analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui efek yang terjadi akibat dari perubahan besar biaya, harga jual produk dan volume penjualan(ikhsan dan Prianthara, 2009).