BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

Pertemuan Evaluasi Program GWL. Untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi pengembangan program

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

DAFTAR ISI Deskripsi dan uraian umum Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

SITUASI EPIDEMIOLOGI & STRATEGI PENANGGULANGAN HIV & AIDS Kabupaten Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan karena selain berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Pokok Bahasan Latar Belakang Tujuan Peta Distribusi WPS dan Lokasi SCP Metodologi Temuan: Simpulan Rekomendasi

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB III OBJEK LAPORAN KKL. Kota Bandung terletak pada 107 bujur timur, 6-55 lintang

ESTIMASI POPULASI DEWASA RAWAN TERINFEKSI HIV 2009

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

komisi penanggulangan aids nasional

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV & AIDS DI KABUPATEN GROBOGAN. OLEH : PENGENDALIAN PENYAKIT (PROGRAM HIV &AIDS) DINAS KESEHATAN Kab.

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kejadian HIV dan AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak 15.589 kasus untuk HIV dan AIDS 1805 kasus. Kumulatif kasus AIDS (1987-2011) tertinggi terjadi pada laki-laki (62%) dan paling banyak terjadi pada golongan umur produktif yaitu 20-29 tahun (45,9%). (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2011). Provinsi Bali berada di posisi ke empat dalam jumlah kumulatif kasus AIDS yaitu 2443. Kasus AIDS berdasarkan jenis kelamin dan golongan umur untuk Provinsi Bali sama dengan angka nasional yaitu kasus banyak pada laki-laki dan golongan umur 20-29 tahun. (Dinkes Provinsi Bali 2011). Pada awalnya (1987-2002) faktor resiko atau penularan HIV paling banyak ditemukan pada penasun (Pemakai narkoba suntik) yaitu 68,95%. Namun dari tahun 2003-2004 selain ditemukan pada penasun, resiko tertularnya HIV juga ditemukan dari gaya hidup dan pekerjaanya seperti Wanita Pekerja Seks (WPS), laki-laki maupun waria (KPA Nasional, 2011). Pada tahun 2011 menurut Ditjen PP & PL Depkes RI faktor resiko atau cara penularan tertinggi pada di Indonesia dan juga khususnya di provinsi Bali adalah melalui heteroseksual (73,38%). WPS terdapat dua jenis yaituwps langsung dan WPS tidak langsung mendapatkan klien dari jalan atau ketika bekerja di tempat-tempat hiburan seperti kelab malam, panti pijat, diskotik, café, tempat karaoke atau bar. WPS tidak 1

2 langsung diketahui memiliki tingkat penggunaan kondom yang rendah (Wong et al., 1999) Laporan KPA sampai Juni 2011 menunjukkan bahwa telah terjangkau sebanyak 82.384 perempuan pekerja seks langsung (78% dari estimasi), 58.244 pekerja seks tidak langsung (54%), 23.269 pekerja seks waria (73%), dan 54.836 LSL (8%). Berdasarkan angka nasional, antara 6%-16% WPS langsung dan 2%-9% WPS tidak langsung telah terinfeksi HIV. Sebagian besar WPS terinfeksi pada saat enam bulan pertama menjajakan seks. Terlalu sedikit WPS yang mengetahui bahwa kondom dapat melindunginya dari penularan HIV (Survelans Terpadu Biologis Perilaku, 2007). Penelitian kulitatif yang dilakukan Swandewi, dkk di Bali tahun 2011. Menyebutkan perilaku remaja yang semakin bebas, berkembangnya kafe remangremang dan convenience store 24 jam yang memungkinkan atau mendukung terjadinya perilaku seksual yang berisiko termasuk adanya lokasi-lokasi wanita pekerja seksual. Data keberadaan kafe di Bali khususnya di Kota Madya Denpasar, Kabupaten Badung dan Gianyar menurut data dari LSM Yayasan Kerti Praja Denpasar jumlah kafe yang terdata pada bulan Februari-Maret 2010 untuk tiga wilayah diatas adalah 127 Kafe dengan jumlah karyawan (waitres) 2071 orang. Jumlah Kafe paling banyak terdapat di Denpasar yaitu 74 kafe. Untuk langkah awal penting dilakukan pemetaan untuk mengetahui gambaran situasi kasus HIV dengan keberadaan kafe. Adanya keberdaan kafe hendaknya dibarengi juga adanya ketersediaan layanan VCT yang berfungsi sebagai deteksi terjangkitnya HIV dan AIDS pada WPS dan pelanggannya

3 Di satu sisi, perkembangan pemetaan dan teknologi informasi telah menciptakan hal-hal baru bagi para pelaku dibidang kesehatan masyarakat untuk meningkatkan perencanaan, analisis, pemantauan dan manajemen sistem kesehatan. Salah satu perkembangan tersebut adalah pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) (Arozaq, 2010). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur, mentranformasi, memanipulasi dan menganalisis data-data geografis (Aini, 2007). Di Semarang sejak awal tahun 2000 Komisi Penanggulangan AIDS bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Pariwisata telah memetakan keberadaan WPS tidak langsung di panti pijat dan tempat hiburan malam. Setelah dilakukan pemetaan dan negosiasi dengan pihak manajemen, maka pada tahun 2004 LSM Kalandara dibawah Family Health International memulai sebuah program pendampingan bagi kelompok WPS tidak langsung. Kemudian pada tahun 2006 program tersebut dilanjutkan oleh LSM Griya Asa dibawah Family Health International. Namun WPS tidak langsung yang bekerja di tempat yang lain misalnya di karaoke, café, dan diskotik belum dapat didampingi secara maksimal karena berbagai macam kendala, seperti manajemen yang kurang kooperatif, WPS yang bekerja secara soliter, serta sifat eksklusif dan tertutup di kalangan WPS tersebut ( United Nations Programme, 2006). Dalam penelitian ini pemetaan dilakukan dengan SIG karena memeliki kelebihan SIG yaitu proses untuk membuat (menggambar) peta dengan SIG jauh lebih fleksibel, dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis. SIG merupakan sarana yang baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk,

4 warna, ukuran, dan simbol, memperlihatkan kecenderungan, dependensi serta antar hubungan yang akan lebih sulit untuk menemukannya dalam format tabel (Rizal, 2005) Berkaitan dengan pengolahan dan penyajian data kasus HIV dan AIDS dengan semakin luasnya keberadaan kafe sebagai tempat kerja WPS tidak langsung maka penulis tertarik mengaplikasikan SIG untuk menyajikan informasi distribusi keberadaan kafe dengan perkembangan kasus HIV dan AIDS. Peta yang disajikan tersebut dapat bermanfaat sebagai sarana pendekatan awal untuk itervensi WPS tidak langsung dan intervensi program lain yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu : bagaimana sistem informasi geografis dapat menggambarkan distribusi kasus HIV dan AIDS dengan keberadaan Kafe di Kabupaten Badung, Gianyar dan Denpasar pada tahun 2011? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengaplikasi sistem informasi geografis dalam mendukung kegiatan pemetaan distribusi kasus HIV dan AIDS dengan keberadaan Kafe dan layanan VCT di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar pada tahun 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

5 1. Mengaplikasikan sistem informasi geografis dalam memetakan distribusi kasus HIV dan AIDS per kecamatan di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar pada tahun 2011 2. Mengaplikasikan sistem informasi geografis dalam memetakan distribusi kasus HIV dan AIDS dengan persebaran kafe per kecamatan di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar pada tahun 2011. 3. Mengaplikasikan sistem informasi geografis dalam memetakan distribusi kasus HIV dan AIDS dengan persebaran kafe per kecamatan dan lokasi layanan VCT di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar pada tahun 2011. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan metode sistem informasi geografis dalam mendistribusikan penyebaran kasus HIV dan AIDS dengan keberadaan Kafe dan Layanan VCT di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar pada tahun 2011. 2. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah berkaitan dengan kasus HIV dan AIDS di masa mendatang dengan menggunakan sistem informasi geografis. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai masukan bagi penentu kebijakan untuk mulai mengaplikasikan sistem informasi geografis sebagai salah satu upaya pemetaan yang dapat digunakan, dianalisis dan diolah lebih lanjut dalam upaya pencegahan, penanggulangan

6 serta monitoring terhadap HIV dan AIDS khusus di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar 2. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai penyakit HIV dan AIDS serta kondisi keberadaan Kafe di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dibidang Epidemiologi yang menggunakan sistem informasi geografis untuk mendiskripsikan kejadian HIV dan AIDS dengan persebaran kafe di Kabupaten Badung, Gianyar dan Denpasar.