BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan peneliti secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendorong guru untuk menemukan teori baru yang dibuat sendiri sesuai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu. pada metode yang digunakan oleh penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilakukan berdasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang. dikembangkan oleh Kemmis & Taggart 1988, menurutnya Perencanaan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersama. Mulyasa (2009 : 10) mengartikan penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Arikunto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terfokus pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Subyek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang layak untuk melakukan PTK adalah guru di kelasnya sendiri. Lebih rinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran TIK di MTs Al-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK), karena penelitian ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat. Lebih lanjut, Suharsimi Arikunto, dkk (2012: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Didik Komaidi dan Wahyu Wijayati (2011: 50), PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaborasi. Suharsimi Arikunto, dkk (2012:17) menyatakan bahwa dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Suwarsih Madya (2009: 59) mengemukakan bahwa anggota kelompok menyusun rencana tindakan bersama-sama, bertindak dan mengamati secara individual dan bersama-sama dan melakukan refleksi bersama-sama pula. Kemudian mereka secara sadar merumuskan kembali rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru Bahasa Indonesia yang mengajar kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung terlibat dalam penelitian. 28

29 3.2 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Mata pelajaran yang akan diujikan adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian dalam peneltian tindakan kelas ini adalah siswa SD kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan, antara Maret dan April 2016. Pada tahap pelaksanaan terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Siswa Kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia karena pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah dan jarang berinteraksi langsung dengan obyek yang sebenarnya dapat dihadirkan atau diamati secara langsung. Hal inilah yang menyebabkan siswa sulit memahami mengenai apa yang dipelajari karena siswa tidak dapat melihat secara langsung obyek yang dipelajari, sehingga keterampilan membaca nyaring dalam pelajaran bahasa indonesia menjadi rendah, bahkan ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawah dari KKM. 3.2.1 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Selama bulan Maret sampai dengan selesai. Pada tanggal 04 Maret 2016 melakukan kegiatan observasi, tanggal 14-15 Maret 2016 uji validitas soal, tanggal 21 sampai 22 Maret 2016 melaksanakan tindakan Siklus I yang terdiri atas dua kali pertemuan dan tanggal 28 sampai 29 maret 2016 melaksanakan tindakan Siklus II yang terdiri atas dua kali pertemuan. 3.2.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester 2 tahun ajaran 2015/2016, yang jumlah siswanya sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda namun rata-rata siswa memiliki kepribadian yang cukup baik. Setiap siswa juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda sebagian orang tua siswa bekerja sebagai petani dan

30 setiap siswa juga memiliki gaya belajar yang berbeda ada yang dengan cara mengingat, melihat, belajar dengan cara bergerak dan menyentuh. 3.2.3 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran tipe cooperative script Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keterampilan membaca nyaring siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 3.2.4 Definisi Operasional Variabel 1. Kemampuan membaca nyaring merupakan kemampuan membaca dengan menyuarakan lambang-lambang tertulis (huruf, suku kata, kata/frase, kalimat) dengan memperhatikan aspek-aspek kemampuan membaca nyaring (lafal, intonasi, jeda, tanda baca) agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi serta memahami makna yang terkandung dalam suatu bacaan tersebut. 2. Model pembelajaran cooperative script merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran cooperative script disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative script siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

31 3.3 Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu kepada Penelitian Tindakan Kelas selanjutnya di singkat PTK (clasroom action research) yang memiliki peranan sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran, apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Suharsimi memandang bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan hasil belajar pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. Suharsimi Arikunto, dkk (2012: 17). Mendasarkan pada uraikan, rancangan penelitian ini disesuaikan dengan karakteristik PTK yaitu menggunakan proses daur yang disebut siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu : (1) membuat rencana tindakan, (2) tahap pelaksanaan, (3) mengamati atau observasi, dan (4) memberikan refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian hasil yang diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan tindakan siklus berikutnya. Kemmis dan Mc. Taggart (Wiriatmadja) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi pekerjaan-pekerjaan ini dilakukan. Dalam definisinya Kemmis & Taggart. Melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengadaptasi dari model penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart (Wiriatmadja 2008:66), yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan diakhiri dengan refleksi.

32 Gambar : 2 Bagan Siklus Pembelajaran (Wiriatmadja 2008:66) 1. Tahap perencanaan peneliti mempersiapkan peralatan yang mendukung proses pembelajaran. 2. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. 3. Tahap pengamatan/observasi dilaksanakan pada waktu tindakan sedang berlangsung, jadi pelaksanaan dan pengamatan berlangsung pada waktu yang sama. 4. Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, peneliti dan pengamat berhadapan untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Kata lain peneliti melihat dirinya kembali melalui dialog untuk menemukan hal-hal yang dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

33 Hasil refleksi tersebut, peneliti memutuskan apakah menghentikan tindakan atau melanjutkan tindakan dengan catatan memperbaiki kekurangan pada tindakan berikutnya. 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian dalam bentuk siklus dan dilakukan secara berulang dan berkesinambungan. Dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan peralatan yang mendukung proses pembelajaran. Dalam persiapan ini, peneliti menentukan penggunaan model pembelajaran tipe cooperative script pada mata pelajaran bahasa indonesia. Sebagai bahan penelitian selanjutnya, guru memilih materi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa, menentukan indikator dan tujuan pembelajaran, merancang media dan alat peraga, pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa dan merumuskan alat evaluasi kemudian dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Tahap Pelaksanaan Siklus I. 1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru : a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran bahasa indonesia dengan KD: : 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. b. Menyiapkan media/alat peraga pembelajaran yang dibutuhkan. c. Membuat lembar observasi. d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru : a. Kegiatan awal b. Kegiatan Inti c. Kegiatan Akhir

34 d. Evaluasi 3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru : a. Memonitor kegiatan siswa secara individu maupun kelompok b. Membantu siswa jika menemui kesulitan c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa. 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru : a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi bacaan dengan menggunakan model pembelajaran tipe cooperative script maka perlu dilanjutkan dengan siklus II. Adapun tahapan pada Siklus II adalah sebagai berikut: Siklus II 1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning) Pada tahap ini guru : a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan KD: 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat. b. Menyiapkan media/alat peraga pembelajaran yang dibutuhkan c. Membuat lembar observasi d. Menyiapkan soal tes dan lembar penilaian 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap ini guru : a. Kegiatan awal b. Kegiatan Inti c. Kegiatan Akhir d. Evaluasi 3. Tahap Observasi (Observing) Pada tahap ini guru : a. Memonitor dan membantu siswa jika menemui kesulitan b. Membantu siswa jika menemui kesulitan c. Memberikan penilaian proses terhadap kegiatan siswa.

35 4. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini guru : a. Membahas dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. sebagai dasar perlu atau tidak melaksanakan siklus kedua. Jika pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi Bacaan dengan menggunakan model pembelajaran tipe cooperative script. 3. Tahap Observasi Observasi dilakukan oleh observer secara kolaboratif pada saat pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Semua temuan dicatat oleh observer sebagai bahan penelitian. Adapun hal-hal yang diamati dalam kegiatan tersebut adalah mengenai RPP, LKS, lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa, pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model tipe cooperative script yang dilaksanakan oleh peneliti. Selain itu, diamati juga pemahaman siswa tentang materi pembelajaran tersebut, apakah lebih baik ataukah sebaliknya. Dengan demikian, pelaksanaan observasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenali, merekam, mencatat, dan mendokumentasikan setiap tindakan dari proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti tersebut. 4. Tahap Refleksi Observer secara kolaboratif melakukan refleksi melalui data-data yang diperoleh dari lembar pengamatan, bukti dokumen dan hasil belajar siswa yang diamati dan dianalisis oleh observer. Berdasarkan data-data tersebut apakah pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sudah mampu mencapai semua indikator yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, ataukah belum mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Jika dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus satu ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan seperti siswa kurang aktif, motivasi belajar siswa kurang, dan ketrampilan membaca nyaring siswa tidak meningkat pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran tipe cooperative script tersebut, maka perlu adanya komunikasi antara peneliti dan observer untuk memecahkan permasalahan jika nilai rata-rata nilai yang diperoleh masih di bawah nilai yang

36 diharapkan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakan perbaikan proses pembelajaran pada siklus dua dan seterusnya, dimana pada akhir pembelajaran dilakukan uji kopetensi (Tes) yang telah disiapkan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan model tipe cooperative script yang diharapkan dapat mencapai nilai target yang ditentukan. 3.5 Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data Data terkumpul melalui beberapa cara yang akan disebutkan di bawah ini. 1) Observasi, observasi dilakukan oleh pengamat / peneliti mulai dari kegiatan awal hingga model pembelajaran tipe cooperative script selesai diterapkan. 2) Dokumentasi, dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data nilai ulangan peserta didik kelas 4 SD Negeri Polobogo 02, semester 2 mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2015/2016. 3) Wawancara, wawancara dilakukan dengan beberapa peserta didik kelas 4 tentang proses belajar mengajar selama ini. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan beberapa dewan guru mengenai karakteristik guru kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 selama ini. 3.6 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui tiga cara yaitu: a) Tes untuk mengukur keterampilan siswa dalam membaca nyaring. Menurut F.L. Goodenough (melalui Anas Sudijono, 2011: 67) tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. Tes dalam penelitian ini berupa tes unjuk kerja dimana siswa satu per satu maju ke depan kelas secara bergiliran membaca nyaring dengan model pembelajaran cooperative script. Tes dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan maupun sesudah tindakan. b) Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

37 sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (Anas Sudijono, 2011: 76). Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam menggunakan model pembelajaran cooperative script selama pembelajaran membaca nyaring. Observasi dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan dan selama proses pelaksanaan tindakan. c) Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010: 201). Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari beberapa sumber data, antara lain: guru, siswa, proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, dan daftar nilai. 3.7 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes (unjuk kerja), pedoman observasi, dan catatan lapangan. Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk melihat seberapa jauh model pembelajaran cooperative script memberikan dampak terhadap kemampuan membaca nyaring siswa. 1) Tes Unjuk Kerja Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 193). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes unjuk kerja kemampuan membaca nyaring dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Guru menilai saat siswa menunjukkan kemampuan membaca nyaringnya di depan kelas secara bergiliran. Untuk memudahkan penilaian, maka perlu pedoman penilaian membaca nyaring. Peneliti dalam membuat pedoman penilaian berdasarkan teori Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 123). Format penilaian kemampuan membaca nyaring tersebut disajikan dalam tabel

38 berikut ini. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring No Unsur yang Dinilai Skor 1 Ketepatan dalam menyuarakan tulisan 20 2 Kewajaran lafal dalam membaca tulisan 20 3 Ketepatan intonasi dalam membaca tulisan 20 4 Kelancaran dalam membaca tulisan 20 5 Kenyaringan suara 20 Jumlah 100 Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai Kemampuan Membaca Nyaring No Angka Kriteria 1 80-100 Sangat baik 2 66-79 Baik 3 56-65 Cukup 4 40-55 Kurang (Suharsimi Arikunto, 2007: 245) Adapun kisi-kisi pedoman pemberian nilai kemampuan membaca nyaring dapat dilihat pada tabel berikut

39 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Nyaring No Unsur yang Dinilai 1 Ketepatan dalam menyuarakan tulisan 2 Kewajaran lafal dalam membaca tulisan 3 Ketepatan intonasi dalam membaca tulisan 4 Kelancaran dalam membaca tulisan 5 Kenyaringan suara Indikator Nilai Keterangan Siswa sangat tepat dalam menyuarakan tulisan Siswa tepat dalam menyuarakan tulisan Siswa kurang tepat dalam menyuarakan tulisan Siswa sangat kurang tepat dalam menyuarakan tulisan Siswa membaca tulisan dengan lafal yang sangat wajar Siswa membaca tulisan dengan lafal yang wajar Siswa membaca tulisan dengan lafal yang kurang wajar Siswa membaca tulisan dengan lafal yang sangat kurang wajar Siswa membaca tulisan dengan intonasi yang sangat tepat Siswa membaca tulisan dengan intonasi yang tepat Siswa membaca tulisan dengan intonasi yang kurang tepat Siswa membaca tulisan dengan intonasi yang sangat kurang tepat Siswa sangat lancar dalam membaca tulisan Siswa lancar dalam membaca tulisan Siswa kurang lancar dalam membaca tulisan Siswa sangat kurang lancar dalam membaca tulisan Siswa membaca dengan suara sangat nyaring Siswa membaca dengan suara nyaring Siswa membaca dengan suara kurang nyaring Siswa membaca dengan suara sangat kurang nyaring 17-20 Sangat baik 13-16 Baik 9-12 Cukup 5-8 Kurang 17-20 Sangat baik 13-16 Baik 9-12 Cukup 5-8 Kurang 17-20 Sangat baik 13-16 Baik 9-12 Cukup 5-8 Kurang 17-20 Sangat baik 13-16 Baik 9-12 Cukup 5-8 Kurang 17-20 Sangat baik 13-16 Baik 9-12 Cukup 5-8 Kurang

40 2) Pedoman Observasi Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati (Suharsimi Arikunto, 2010: 200). Pedoman observasi dalam penelitian ini meliputi kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan model cooperatif script. Pedoman observasi dibuat oleh peneliti untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca nyaring di kelas dan kesesuaian langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan rencana pembelajaran. 3.8 Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu tes unjuk kerja membaca nyaring yang diberikan pada siswa di setiap siklus dan data kualitatif yaitu lembar observasi penggunaan model cooperatif script kemudian dianalisis. 3.9 Analisis Data Kuantitatif Hasil tes yang diperoleh dari siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan membaca nyaring dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) serta menghitung nilai rerata kelas. Jika minimal 75% dari siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni sebesar 65 dan rerata nilai kelas minimal 65 sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, maka dapat diasumsikan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperatif script dapat meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa. Untuk mencari perhitungan nilai rerata kelas menggunakan rumus mean. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 219) rumus mencari mean adalah sebagai berikut.

41 Keterangan: Mean = Σx N Mean Σx N = nilai rerata = jumlah seluruh nilai = jumlah siswa p = siswa yang tuntas belajar x 100% siswa Menurut Zainal Aqib, dkk (2009: 41), untuk mencari persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut. Keterangan: p = persentase ketuntasan belajar 3.10 Analisis Data Kualitatif Data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi atas hasil pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan model alur. Menurut Miles dan Huberman (melalui Suwarsih Madya, 2009: 76), ada tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu reduksi data, paparan (display) data, dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan (Miles dan Huberman melalui Suwarsih Madya, 2009: 76). Dalam penelitian ini dilakukan reduksi dan penyisihan data observasi pembelajaran membaca nyaring yang kurang bermakna. Data yang diperoleh direduksi dengan memfokuskan perhatian pada halhal yang berkenaan dengan aspek-aspek membaca nyaring. 2. Paparan (display) Data Setelah direduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai

42 pada pembeberan data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan / atau diagram (Miles dan Huberman melalui Suwarsih Madya, 2009: 78). Dalam penelitian ini data yang telah direduksi, dipaparkan secara sistematis dalam bentuk diagram atau grafik untuk memudahkan pemahaman sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan (Miles dan Huberman melalui Suwarsih Madya, 2009: 78). Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan/peningkatan kemampuan membaca nyaring yang diharapkan saja, akan tetapi juga data tentang perubahan/peningkatan yang tak diharapkan sebelumnya. Oleh karena itu, kesimpulan yang dibuat mencakup semua perubahan baik yang ada dalam rencana maupun di luar rencana. 3.11 Kriteria Keberhasilan Tindakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ketrampilan membaca nyarig mata pelajaran bahasa Indonesia kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 yaitu sebesar 65. Apabila 75% dari seluruh siswa telah mencapai nilai 65, maka tindakan dinyatakan berhasil. Apabila keadaan setelah diberikan tindakan lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 121-122) menegaskan tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut. Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa (100%) maka termasuk dalam kategori istimewa/maksimal. Apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa maka termasuk dalam kategori baik

43 sekali/optimal. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75% saja dikuasai oleh siswa maka termasuk dalam kategori baik/minimal. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka termasuk dalam kategori kurang. Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script untuk meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas 4 pada mata Bahasa Indonesia SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah bila telah mencapai skor 80% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdapat 80% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.