BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

PENDAHULUAN. tradisional biasanya memanfaatkan bahan baku asli dari suatu daerah, alami,

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat cepat mengalami proses. pembusukan (perishable food). Pembusukan ikan terjadi setelah ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dahulu yang sudah merasa cukup jika menyantap nasi yang dingin dan agak keras

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

1) Mahasiswa Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar 2) Staf Pengajar Program Studi THP STITEK Balik Diwa Makassar ;

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura khususnya buah-buahan. Buah-buahan mempunyai banyak manfaat.

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal,yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber protein yang mudah diperoleh dan harganya

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siomay ikan SNI 7756:2013

BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENGHAMBATAN MIKROBA PERUSAK PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI

Kontaminasi Pada Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara bahari dengan wilayah lautnya mencakup tiga per empat luas Indonesia atau 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 km 2. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan) yang sangat berlimpah dan memiliki banyak sekali jenis ikan (sekitar 3000 jenis ikan), salah satunya adalah ikan layang (Bahar, 2006). Ikan merupakan sumber bahan pangan hewani yang mempunyai berbagai keunggulan karena dapat diterima semua agama dan tidak memerlukan cara pemeliharaan secara khusus. Dari aspek nutrisi, ikan juga unggul karena merupakan sumber alami asam lemak omega 3 tertinggi. Namun demikian ikan bersifat mudah rusak sehingga perlu penanganan yang cermat, baik, benar serta cepat agar kualitas ikan dapat dipertahankan selama mungkin sehingga dapat memberikan manfaat optimal. Hanya ikan yang berkualitas baik yang memberikan manfaat kesehatan secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012). Berdasarkan Statistik Produksi Perikanan Laut menurut jenis ikan kota Gorontalo tahun 2013, ikan layang merupakan urutan pertama jumlah ikan yang di produksi di gorontalo yaitu sebanyak 3.270 ton ikan. Oleh sebab itu ikan yang diteliti adalah ikan layang atau nama dalam bahasa gorontalo ikan lajang. Selain rasa dan

harga yang relatif murah ikan layang juga mudah ditemukan di berbagai pasar yang ada di kota Gorontalo. Ikan layang khususnya menduduki peringkat tertinggi baik dari segi persediaan maupun hasil penjualan, karena ikan ini dikonsumsi oleh hampir semua lapisan masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa dari hasil tangkapan nelayan tradisional, penjualan ikan layang menempati jumlah lebih banyak dibanding penjualan ikan lainnya. Daging ikan layang memiliki kandungan protein yang tinggi yang merupakan sumber nutrisi yang penting bagi pertumbuhan bakteri (Murniatin, 2006). Pada ikan segar, jumlah bakteri pathogen (penyebab penyakit) jauh lebih kecil dibandingkan jumlah bakteri pembusuk. Tetapi yang perlu diingat juga bahwa beberapa bakteri pathogen dapat menyebabkan penyakit dalam jumlah yang sangat sedikit (Wibowo, 2010 dalam Destriyana, 2013). Perlakuan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk tetap menjaga kesegaran ikan, makin lama berada di udara terbuka maka makin menurun kesegarannya (Wibowo, 2006). Ikan hasil tangkapan nelayan dijual dalam bentuk segar. Mereka sering tidak memperhatikan kondisi selama transportasi, sehingga pada umumnya ikan-ikan tersebut sampai ditempat tujuan sudah kurang baik keadaannya. Hal ini menunjukan bahwa ikan-ikan tersebut telah mengalami kemunduran mutu dan kesegarannya. Berbagai bakteri patogen sering ditemukan pada bahan pangan, baik segar maupun olahan. Bakteri patogen yang banyak ditemukan pada bahan pangan antara lain

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera, Parahaemolytius dan Yersinia. Bakteri tersebut dapat menimbulkan wabah penyakit seperti tipus, diare, disentri dan kolera (Widiastuti, 2007). Ikan segar yang tidak langsung diolah dapat cepat mengalami pembusukan akibat aktifitas bakteri. Ikan yang tercemar bakteri akan berbahaya bila dikomsumsi karena akan menimbulkan penyakit. Cara perlakuan ikan merupakan bagian penting karena dapat mempengaruhi mutu. Hal ini Karena ikan mempunyai kadar air yang tinggi (80%) dan ph-nya mendekati netral sehingga media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain. Ikan merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan mikroba pathogen maupun non pathogen. Kontaminasi ikan dengan mikroba pathogen sampai saat ini tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menyebabkan penyakit jika terjadi kesalahan dalam penanganan (alat-alat yang tidak steril, petugas yang tidak menjaga kebersihan sekitar, penggunaan air yang tidak bersih pada saat pencucian daging, dll), pemasakan atau penyimpanan produk. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan terjadinya kerusakan dan perkembangan mikroba adalah dengan melakukan penyimpanan ikan pada suhu dingin, dan usaha pengawetan dengan bahan-bahan kimia maupun bahan alami yang memiliki sifat anti mikroba (Setianto, 2009 dalam Destriyana, 2013). Salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat anti mikroba dalam bentuk rempah-rempah. Beberapa jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang cukup kuat

adalah bawang merah (Johnson dan Vaughn, 1969), bawang putih (Thomas, 1984), cabe merah (Dewanti, 1984), jahe (Jenie dkk., 1992) (Artha, 1997), kunyit (Suwanto, 1983), tetapi dari penelitian yang sudah ada belum banyak ditemukan penelitian mengenai perbandingan diantara bahan-bahan antimikroba tersebut. Sudah banyak yang mengetahui bahwa rempah-rempah merupakan bahan penyedap rasa pada makanan tetapi hanya sebagian kecil saja masyarakat yang mengetahui bahwa rempah-rempah bisa dijadikan sebagai pengawet makanan terutama pada ikan. Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan jumlah bakteri didukung oleh penelitian Lingga & Rustama (2005) yang menyatakan bahwa ekstrak bawang putih yang dilarutkan dalam air bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Bawang putih merupakan salah satu bahan alami yang bersifat menghambat bakteri. Bwang putih memiliki banyak manfaat antara lain antibakteri (membunuh bakteri E. coli, P. mirabilis, S. thypii, V. cholera). Bawang putih mampu membunuh mikroba penyebab tuberkulose, dipteri, typhoid, disentri, dan gonorhoe (Calvallito dalam Syamsudin, 2010). Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas antimikroba yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Kemampuan buah jeruk nipis sebagai antibakteri dalam menghambat Salmonella paratyphi, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus (Aibinu et al 2009). Aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis

karena mengandung sejumlah asam organik seperti asam sitrat yang merupakan komponen utama, kemudian asam malat, asam laktat dan asam tartarat (Barbut, 2002). Cabai merah juga efektif sebagai antimikroba. Kandungan capsaicin dalam cabai merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Candida albicans, Escherichia coli, Sarcina lutea, dan lain-lain (Soetarno et al., 1997). Selama penyimpanan Ikan bersifat mudah rusak sehingga perlu penanganan yang cermat, baik, benar serta cepat agar kualitas ikan dapat dipertahankan selama mungkin sehingga dapat memberikan manfaat optimal. Penyimpanan ikan yang normal pada kulkas biasanya hanya bertahan sekitar 3-5 hari tergantung suhu penyimpanan. Kebanyakan masyarakat umum tidak menyadari akan hal ini, mereka hanya berpatokan pada cara pembekuan yang mereka lakukan, padahal semestinya setiap pembekuan pada suhu tertentu mempunyai rentang waktu penyimpanan yang aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk mengetahui antimikroba alami mana yang paling baik bawang putih, jeruk nipis dan cabai merah terhadap keberadaan bakteri Escherichia coli pada ikan layang, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Pengaruh Pemberian Perasan Bahan Antimikroba Alami Terhadap Keberadaan Bakteri Escherichia coli pada Ikan Layang (Decapterus sp)

1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, maka ditemukan beberapa identifikasi masalah, yaitu : 1. Ikan layang yang di jual belum menjamin tingkat kesegaran dan kesehatan karena ikan sangat mudah rusak jika terdapat pada tempat yang terbuka dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. 2. Cara penyimpanan ikan layang di dalam kulkas belum menjamin ikan tersebut bisa bertahan lama dan terbebas dari bakteri. 3. Masih kurangnya masyarakat yang mengetahui bahwa rempah-rempah bisa dijadikan sebagai pengawet makanan. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah apakah antimikroba alami bawang putih, jeruk nipis, cabai merah efektif untuk menghambat keberadaan bakteri Escherichia coli pada ikan layang? 1.4 Tujuan Masalah 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perasan antimikroba alami bawang putih, jeruk nipis, cabai merah yang lebih efektif untuk menghambat keberadaan bakteri Escherichia coli pada ikan layang dengan penyimpanan pada kulkas.

1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui efektifitas dari perasan bawang putih terhadap bakteri Escherichia coli pada ikan layang dengan penyimpanan pada kulkas pada waktu hari ke 1, 2, 3. 2. Untuk mengetahui efektifitas dari perasan jeruk nipis terhadap bakteri Escherichia coli pada ikan layang dengan penyimpanan pada kulkas pada waktu hari ke 1, 2, 3. 3. Untuk mengetahui efektifitas dari perasan cabai merah terhadap bakteri Escherichia coli pada ikan layang dengan penyimpanan pada kulkas pada waktu hari ke 1, 2, 3. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan maupun informasi mengenai pemanfaatan dari ke tiga bahan alami (bawang putih, jeruk nipis, cabai merah) yang dapat dijadikan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pada bahan pangan terutama yang berasal dari hewan laut. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Dapat menambah pengetahuan mengenai bahaya dan kesehatan bahan pangan yang akan dikomsumsi. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang pemanfaatan dari ke tiga bahan alami (jahe, kunyit, bawang putih) terhadap kebeadaan bakteri Escherichia coli.