BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA PROSES THERMOFORMING BLISTER PACKING MESIN PAM-PAC BP-102 DENGAN 2 DESAIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENDEKATAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB III SISTEM PENGUJIAN

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Proses Thermoforming Mesin Noack N921 Dengan 2 Desain

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB lll METODE PENELITIAN

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metode Penelitian

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN SEJAJAR DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN.

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

DAFTARISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

BAB II LANDASAN TEORI

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE SINUSOIDAL DENGAN PENAMBAHAN HONEYCOMB OLEH : YANUAR RIZAL EKA SB

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN ALAT PENUKAR PANAS TIPE SHEEL & TUBE PADA INDUSTRI ASAM SULFAT

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

PERENCANAAN ULANG WATER CHILLER PADA PABRIK KARUNG ROSELLA BARU PTPN XI SURABAYA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit mesin Pampac pada desain lama dan desain baru sebagai perbandingan untuk menentukan desain yang cocok untuk cooling forming mesin pampac 4.1 DATA ANALISIS PERHITUNGAN Data analisis meliputi data dimensional dari komponen yang akan digunakan dalam penelitian dan material lain yang terkait. Berikut data dari air pendingin, material PVDC, Specifikasi forming unit hingga pamameter settingan mesin untuk menentukan besar energi pada mesin pampac A. Air Pendingin Debit Air pendingin (Q h ) : 0,00016 [m 3 /s] Dynamic viscosity (μ) : 0,00000152 [Kg /m.s] Media pendingin : Air Density (ρ) : 1000 [Kg/m 3 ] Temperatur Air keluar dari Chiller : 5 [ o C] = 278 [ o K] Panjang saluran pendinginan : 3 [m] Diameter saluran pendingin : 9 [mm] = 0,009 [m] Temperatur Air saat keluar cetakan : 12 [ o C] = 285 [ o K]

38 Pada proses pendinginan ini menggunakan chiller dalam prosesnya dan air merupakan media pendingin karena pada proses pendinginan yang ingin dicapai yaitu sebesar 15 C sehingga memenuhi standar, temperature pada chiller di setting pada suhu 5 C yang merupakan titik bawah kemampuan dari mesin itu sendiri, melewati saluran pendingin kemudian masuk kedalam forming unit. Ketika mesin beroperasi di awal suhu yang keluar dari cetakan sebesar 12 o C. B. Pysical Property Material PVDC Tebal bahan PVDC : 1,3[mm]=0,0013 [m] Density (ρ) : 1630 [kg/m 3 ] Thermal Konductifity (K) : 0,13 (W/m o K] Panas Jenis (Cp) : 1.259 [J/kg K] Menggunakan material PVDC sebagai bahan dasar pembentukan poket/ kemasan. Data panas jenis, density dan Thermal Konductifity didapat nilai di atas yang merupakan standar dari PVDC yang didapat dari Manual book IWKA. Dengan syarat tebal dari PVDC yaitu sebesar 1,3 mm. C. Spesifikasi Forming Unit Bahan material : Alumunium Thermal Conductifity : 237 [W/m o K] Panjang Cetakan : 220 [mm] =0,22[m] Diameter luar cetakan (d o ) : 265 [mm]= 0,265[m] Diameter dalam cetakan (di) Desain Lama : 180 [mm]= 0,18[m] Desain Baru : 210 [mm]= 0,21[m] Jarak permukaan cetakan dengan saluran pendingin : 32,5[mm]=0,0325[m] Diameter saluran pendingingan : 10 [mm]= 0,01[m]

39 Data spesifikasi forming unit diambil dari data aktual pada forming unit mesin pampac BP102. Pada forming unit ini dilakukan modifikasi pada diameter dalam pada forming unit yang terdapat selisih diameter 30 mm yang artinya jarak cetakan dengan air pendingin menjadi lebih dekat dan volume air pendingin juga bertambah. D. Parameter Setting Machine Speed Machine : 55 [Pcs/min] Temperatur Heating Roll(T f1 ) : 120 [ o C]= 393 [ o K] Cycle Time : 0,90 [detik] Temperatur Colling Forming(T wi ) : 14 [ o C]= 287 [ o K] Temperatur Ruangan (T p1 ) : 25 [ o C]= 298 [ o K] Parameter mesin pampac merupakan standar acuan yang digunakan untuk menjalankan mesin pampac pada saat SAT mesin telah ditentukan temperatur heating roll 120 o C dan 14 o C didapat dari eksperimen awal yang di jadikan standar parametter 4.2 PENGUKURAN DIMENSI PVDC Pengukuran ketebalan komponen yang bersangkutan dengan mesin sangat dibutuhkan untuk mendapatkan nilai actual dari komponen tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengindari terjadinya kesalahan material yang digunakan, PVDC di ukur menggunakan digital caliper dengan acuan name sheet, di ukur pada 3 titik bersilang sepanjang 50cm. Didapat 1,3 mm sebagai tebal dari bahan yang akan digunakan untuk eskperimen.

40 4.3 ANALISA PERPINDAHAN PANAS Analisis Perpindahan panas pada forming unit mesin pampac ini menggunakan persamaan dari perpindahan panas secara konveksi dan konduksi. Radiasi di abaikan karena nilai perpindahan tersebut kecil atau hampir tidak ada. Analisis dimulai dari menghitung volume plastik yang masuk dalam forming unit kemudian mencari besarnya energi panas menggunakan persamaan Konveksi dan Konduksi selanjutnya akan di dapat nilai dan melakukan eksperimen dari hasil perhitungan. 4.3.1 Volume Plastik Saat masuk Forming Unit Setelah diketahui besaran dari masing- masing dimensi forming unit dan spesifikasi dari plastik dapat dihitung besarnya volume plastik ketika masuk dalam forming unit dengan persamaan berikut : V plastik = 2. π. r.t. Tebal Plastik = 2.3,14. 0,1325[m]. 0,22[m]. 0,0013[m] = 6,28. 0,029 m². 0,0013[m] = 2,4.10-4 [m 3 ] Jadi volume plastik yang masuk dalam forming unit sebesar 2,4 x 10-4 m 3 dengan mengalikan volume forming unit dengan Tebal plastik, nilai ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui massa dari plastik. 4.3.2 Massa Plastik (kg/s) ṁ plastik = = [ ] [ ] ( ) = 0,43 [kg/s]

41 Didapat Massa plastik sebesar 0,43 kg/s, masa plastik ini akan digunakan untuk mengetahui energi panas yang dilepas oleh plastik dengan mengalikan masa jenis plastik dan temperature dari cooling unit. 4.3.3 Energi yang dilepas plastik oleh temperature cooling Energi yang dilepaskan oleh temperatur pendinginan adalah massa dari plastik dikalikan dengan massa jenis plastik dan perbedaan temperature didalamnya, dan besarnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Ẇ = m plastik. Cp plastik. (T f1 -T wi ) = 0,43 [kg/s]. 1.259 [J/kg. o K]. ( 393-287 [ o K]) = 57,385 [J/s] = 57,385 [Watt] Setelah memasukkan data dari perhitungan volume plastik dan masa plastik kedalam persamaan diperoleh besarnya energi yang dilepas plastik dengan massa 0,43 kg/s adalah sebesar 57.385 watt. Sebagai cacatan T fl merupakan temperatur rata-rata. 4.3.4 Energi yang diterima oleh cetakan Dalam mesin ini hanya terdapat 1 cetakan yang artinya nilai Qplastik sama dengan nilai energi yang diterima oleh ceyakan Ẇ = = [ ] = 57,385 [Watt] Jadi panas yang ditrasfer ke cetakan adalah sebesar 57,385 Watt. Nilai energi panas yang diterima oleh cetakan ini dijadikan acuan untuk keberhasilan system pendingin menyerap energi panas dari plastik dan nilai tersebut harus mampu diserap oleh cooling forming untuk menghindarai kegagalan proses thermoforming.

42 4.3.5 Analisis total perpindahan panas pada desain lama (Q lm ) Perpindahan panas yang terjadi pada cetakan dari Forming unit desain lama (Q lm ) secara Konduksi analisa total perpindahan panasnya sebagai berikut : Dimana : ( ) ( ) T wo = Adalah tempertur rata-rata dari Maka, T r1 = T r1 = 72,5 [ o C] T r1 = 345,5 [ o K] Maka total laju panas adalah = 49.526 [Watt] [ ] [ ] ( [ ] [ ]) [ ] Hasil Tersebut memperlihatkan bahwa Nilai laju panas yang didapat sebesar 49.526 Watt nilai ini lebih kecil 7.859 watt dari nilai panas yang dibawa oleh plastik yaitu sebesar 57.385 watt. ini artinya desain lama tidak mampu menyerap semua energi panas yang dibawa oleh plastik sehingga terjadi kegagalan pendinginan, panas yang gagal diserap akan terakumulasi dan menyebabkan plastik lengket pada cetakan dan putus.

43 4.3.6 Analisis total perpindahan panas yang di pindahkan pada desain baru (Q db ) Dari kegagalan pendinginan tersebut dibuatlah desain baru dengan memperbesar diameter dalam forming unit untuk mengurangi jarak pendinginan serta menambah volume air pendingin dengan plastik saat proses thermoforming. Pada penggunaan desain baru ini material dan parameter setting disamakan dengan parameter setting dengan desain yang lama, hanya saja pada desain ini yang dirubah adalah jarak antara permukaan yang terkena panas dengan permukaan pendingin maka hasil analisa dari desain baru ini sebagai berikut : = 82.345 [Watt] [ ] [ ] ( [ ] [ ]) [ ] Nilai laju panas yang didapat sebesar 82.345 Watt dengan material dan setingan parameter yang sama dan merubah diameter bagian dalam dari forming unit nilai ini lebih besar dari nilai panas yang dibawa oleh plastik yaitu 57.385 watt. Secara teoritis desain baru mampu menyerap energi panas yang dibawa oleh plastik. Dari perhitungan ini akan dilakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran nilai laju aliran panas pada thermoforming. 4.3.7 Analisis perpindahan panas dengan mengukur temperatur air pendingin yang keluar dari cetakan molding (Konveksi) ( ) Nilai h =. Nu Nilai Nu di cari dari Reynolds Number Re =

44 Kecepatan aliran fluida air : Vs = dimana nilai dari A (Luas Permukaan) adalah A = 2.π.r 2 = 2. 3,14. 0,009[m] = 0,05 [m 2 ] Maka nilai untuk Vs [ ] Vs = [ ] = 0,00032 m/s Maka nilai dari Reynolds Number adalah Re = [ ] [ ] [ ] = 631,57 Karena Re <2000 maka efek dari kekerasan dan factor geseknya di abaikan. Untuk nilai dari bilangan Nusselt pada aliran Laminar temperatur dinding seragam adalah : Nu = 3,66 Jadi nilai Koefisien perpindahan panas Konveksi (h) dari aliran pendinginan tersebut adalah : Nilai h air = Nu Nilai h air = 3,66. [ ] [ ] = 86.742 [W/m 2 K] Nilai panas yang diserap oleh air pendingin Q Konveksi = 86.742 [W/m 2 K]. 0,05 [m 2 ]. (287 (k) 278 (k)) = 39.034 [Watt]

45 4.4 Analisis Hasil Eksperimen Dari modifikasi tersebut dilakukan eksperimen terhadap kinerja mesin dengan cara, mengatur setting temperatur Forming unit dengan settingan Cooling Forming 14 o C. A. Hasil Eksperimen desain lama cooling 14 o C, Forming 120 o C Tabel 4.1 Hasil Eksperimen dengan setting Temperatur Forming 14 o C Setting Temperatur heater [ o C] Setting Forming[ o C] Temperatur Aktual Pada Forming[ o C] Waktu Perubahan [menit] Hasil Produk 14 2 Hasil bagus 14.8 4 Hasil bagus 120 14 15.6 8 Hasil bagus 17 10 PVDC lengket 21.4 12 Hasil Jelek. 22 14 PVDC Putus forming unit 25 20 21.4 22 T Forming (C) 15 10 14 14.8 15.6 17 5 0 2 4 8 10 12 14 Running Time (S) Gambar 4.1 Grafik Eksperimen dengan Setting Temperatur Forming 14 [ o C]

46 Dari hasil eksperimen diketahui suhu forming unit terus meningkat hingga suhu 22 o C, tidak bisa terjaga pada suhu 15 o C, hal ini mengakibatkan pembentukan poket tidak sempurna, kenaikan suhu ini karena panas dari plastik tidak mampu di serap oleh pendinginan. Energi yang dibawa plastik sebesar 57,385 Watt sedangkan kemampuan yang mampu diserap cooling unit hanya sebesar 49.526 Watt. Pada suhu 17 o C sudah terlihat karena terakumulasi panas yang tidak mampu diserap, temperatur Forming Unit selalu naik ketika mesin beroprasi hingga pada suhu 22 o C PVDC putus mengakibatkan proses produksi terhenti dimenit 14 sedangkan mesin dituntut untuk beroperasi selama 60 menit di tiap cycle. B. Hasil Eksperimen desain Baru cooling 14 o C, Forming 120 o C. Tabel 4.2 Hasil Eksperimen dengan setting Temperatur Forming 14 o C Setting Temperatur Setting Waktu Temperatur Aktual Pada Hasil T.Forming Perubahan heater Forming Produk [ o C] [menit] [ o C] [ o C] 14 5 Hasil Bagus 14,2 10 Hasil Bagus 14,4 15 Hasil Bagus 14.7 20 Hasil Bagus 120 14 15 30 Hasil Bagus. 15.2 40 Hasil Bagus 15.1 50 Hasil Bagus 15,4 60 Hasil Bagus

47 Forming Unit 16 T Forming (C) 15.5 15 14.5 14 14 14.2 14.4 14.7 15 15.2 15.1 15.4 13.5 13 5 10 15 20 30 40 50 60 Running Time (S) Gambar 4.2 Grafik Eksperimen dengan Setting Temperatur Forming 14 o C Hasil eksperimen desain baru menunjukkan ke stabilan suhu di angka 15 Modifikasi Forming unit dengan mengubah diameter dalam menunjukkan pengaruh yang signifikan artinya Pada desain baru total aliran panas yang bisa di alirkan desain tersebut adalah sebesar 82.345 [Watt]. Maka dari perhitungan tersebut, desain baru sudah mampu mengairkan panas yang dibawa oleh plastik ke aliran air pendingin. dan mesin mampu berjalan selama 60 menit. Ini menunjukkan desain baru mampu menyerap panas yang dibawa oleh plastik. o C Keterangan hasil Produk : 1. Hasil Bagus : Jika bentuk dari poket hasil Thermoforming tidak ada cacat bentuk. 2. Hasil Jelek : Jika plastik bahan baku lengket pada cetakan permukaan plat Forming Unit bentuk dari poket produk tidak sesuai dengan cetakan. 3. Plastik Putus : ketika plastik menempel pada Forming Unit ketika mekanisme berputar plastik putus. 4. Forming Kondensasi : Permukaan Forming Unit terjadi kondensasi sehingga air kondensasi nantinya akan merusak lapisan permukaan Forming Unit.

48 Gambar 4.3 Poket Kondisi Baik Kondisi baik ini telah melalui hasil uji kamera dari segi dimensi masuk dalam standar poket yang baik yaitu tinggi poket 112 mm, lebar 78 mm dan panjang 306 mm. kemudian dilakukan uji ketahanan poket dengan pengecekan vacuum pressure. Poket Menekan tablet Poket tidak sempurna Gambar 4.4 Poket tidak sempurna

49 Gambar 4.5 Poket gagal terbentuk Selanjutnya untuk mengetahui Poket sesuai dengan standar visual yaitu poket terbentuk sempurna, dimensi sesuai standar, maka dilakukan pengecekan visual berupa potensi ketidak sempurnaan poket dan dimensi berikutnya menggunakan kamera khusus untuk memastikan dimensi sesuai standar. Gambar 4.6 Pengecekan dengan kamera khusus Pada hasil pengecekan dengan bantuan kamera, tidak terdapat adanya penyimpangan yang besar maupun kondisi abnormal lainnya sehingga dapat dikatakan sudah memenuhi standar. Selanjutnya dilakukan pengecekan vacuum pressure.

50 Gambar 4.7 Pengecekan vacuum pressure. Dari hasil pengecekan vacuum pressure tidak di temukan poket berubah bentuk ataupun terdapat kebocoran, maka desain baru ini dinyatakan berhasil dan sudah memenuhi standar yang ditentukan.