ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PRIMER DAN SEKUNDER BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGIS DI RUMAH SAKIT BALIMED DENPASAR Infeksi dengue merupakan salah satu infeksi antrhopoda-virus tersering yang disebabkan virus dengue. Infeksi primer oleh satu serotipe virus bisa berupa Dengue fever atau DHF. Namun, bila terinfeksi dengue dengan serotipe berbeda, manifestasinya akan lebih berat dan meningkatkan risiko DHF bahkan DSS. Luasnya spektrum klinis infeksi dengue menegaskan pentingnya pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan serologis untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif cross sectional di RS Balimed Denpasar selama bulan Januari-Juni 2014. Diagnosis infeksi dengue dibuat berdasarkan kriteria WHO, dan pemeriksaan serologis Anti dengue IgM&IgG dengan teknik imunokromatografi. Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Berdasarkan hasil pemeriksaan serologis pada 454 pasien suspek DBD di Laboratorium Klinik RS Balimed didapatkan hasil seropositif sejumlah 366 (80.61%) berupa IgM (+) sejumlah 61 (13.43%), IgG (+) sejumlah 238 (52.42%), dan IgM (+) & IgG (+) sejumlah 67(14.757%). Laki-laki yang mengalami infeksi dengue primer sejumlah 13.16% dan perempuan sejumlah 12.79%. Sedangkan laki-laki yang mengalami infeksi dengue sekunder sejumlah 68.72% dan perempuan sejumlah 65.40%. Kelompok usia 6-11 tahun memiliki persentase infeksi dengue primer tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnnya yaitu 26.66%. Kelompok usia 26-45 tahun memiliki persentase infeksi dengue sekunder tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnnya yaitu 82.17%. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi dengue primer dan sekunder pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Infeksi dengue primer tertinggi terjadi pada kelompok anak-anak, sedangkan infeksi dengue sekunder tertinggi pada kelompok dewasa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor risiko terkait infeksi dengue. Kata kunci: dengue primer, dengue sekunder, IgM, IgG ii
ABSTRACT THE PREVALENCE OF PRIMARY AND SECONDARY DENGUE INFECTION BASED ON SEROLOGY EXAMINATION IN BALIMED HOSPITAL DENPASAR Dengue infection is one of antrhopoda-virus infection caused by dengue virus with broad clinical spectrum. Primary infection caused by one serotipe virus manifest as dengue fever virus or dengue hemorrhagic fever. But, if infected with different serotipe virus, the manifestation will be more severe and increases the risk of dengue hemorrhagic fever and dengue shock syndrome. This condition affirm the importance of clinical laboratory examination especially serology examination that could be used to distinguish between primary dengue infection or secondary dengue infection more quickly. A cross sectional study was done at Balimed Hospital Denpasar in Januari-June 2014. The diagnosis following WHO criteria and immunocromatographic unit (ICT) for Anti dengue IgM-IgG have been conducted. Then the data were grouped by aged and gender. Among 454 clinically suspected cases analysed, 366 (80,61%) cases were seropositive for dengue infection. Among the seropositive, 61 (13,43%) were positive for Anti dengue IgM and 238 (52,42%) were positive for Anti dengue IgG. Both Anti dengue IgM & IgG were positive in 67 (14,75%). Based on gender, the results show primary dengue infection in male 13.16 % and female 12.79 %.While secondary dengue infection in male 68,72 % and female 65.40 %. Based on aged, most of primary dengue infection were the age group 6-11 years (26,66%) and secondary dengue infection were the age group 26-45 years (82,17%). It can be concluded the prevalence of primary and secondary dengue infection is higher in male than female. Most of primary dengue infection are children and most of secondary dengue infection occurring in adult. The result of this research was expected can be used as the basis of further research to find the risk factors associated with dengue infection. Keyword: primary dengue infection, secondary dengue infection, IgM, IgG iii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Dengue... 6 2.2 Pemeriksaan Serologis... 9 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir... 13 3.2 Konsep Penelitian... 14 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 15 4.2 Subjek dan Sampel... 15 4.3 Variabel... 16 4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian... 17 4.5 Protokol Penelitian... 17 4.6 Analisis Data... 17 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 18 5.2 Pembahasan... 25 5.3 Kelemahan Penelitian... 28 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 29 DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN...... 33 iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan KelompokUsia 19 Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Serologis Dengue Periode Januari-Juni 2014 20 Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Serologis Dengue Periode Januari-Juni 2014 berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia... 21 v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pola IgM dan IgG Saat Infeksi Dengue. 7 Gambar 2.2 Alat RDT 11 Gambar 2.3 Tata Cara Penggunaan RDT. 11 Gambar 2.4 Interpretasi Hasil RDT. 12 Gambar 5.1 Sebaran Sampel Suspek DBD di RS Balimed Periode Januari-Juni 2014... 18 Gambar 5.2 Sebaran Sampel Suspek DBD di RS Balimed Periode Januari-Juni 2014 berdasarkan Jenis Kelamin dan KelompokUsia 19 Gambar 5.3 Hasil Pemeriksaan Serologis Dengue di RS Balimed Periode Januari-Juni 2014... 20 Gambar 5.4 Hasil Pemeriksaan Serologis Dengue di RS Balimed Periode Januari-Juni 2014 berdasarkan Jenis Kelamin... 24 vi
DAFTAR SINGKATAN DENV RNA DF DHF DSS CFR RDT IgM IgG ICT PCR : Dengue Virus : Ribonucleic Acid : Dengue Fever : Dengue Hemorrhage Fever : Dengue Shock Syndrome : Case Fatality Rate : Rapid Diagnostic Test : Immunoglobulin M : Immunoglobulin G : Immuno Chromatographic Test : Polymerase Chain Reaction NS1 : Non-Structural protein 1 MAb : Monoclonal Antibody vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Serologis Pasien Infeksi Dengue di RS Balimed Periode Januari-Juni 2014 33 Lampiran 2. Surat Pengantar Ketua Elective Study FK Unud mengenai Permohonan Surat Pengantar PSPD untuk Melakukan Penelitian di RS Balimed... 34 Lampiran 3. Surat Pengantar Ketua PSPD FKU Unud mengenai Permohonan Ijin Penelitian di RS Balimed Denpasar. 35 Lampiran 4. Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian RS Balimed mengenai Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) Primer dan Sekunder berdasarkan Hasil Pemeriksaan serologis di RS Balimed Denpasar 36 viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit infeksi antrhopoda-virus tersering yang disebabkan virus dengue, virus RNA rantai tunggal yang masuk kelompok B Arbovirus (Arthropode Borne Virus), famili Flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus dengue yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4, yang disebarkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus dan bisa bermanifestasi sebagai Dengue Fever (DF), Dengue Hemorrhage Fever (DHF), dan Dengue Shock Syndrome (DSS) (Teixeira & Barreto, 2009). Infeksi dengue ditandai demam tinggi secara terus menerus selama dua sampai tujuh hari, perdarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit 100 x 10 9 /L dan kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh (Candra, 2010). Penyakit ini endemik terutama di wilayah tropis dan subtropis seperti Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat (Rodenhuis-Zybert et al, 2010). Di Indonesia, kasus pertama terjadi tahun 1968 di Surabaya dan sampai saat ini sudah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Penyebaran penyakit ini berkaitan dengan kepadatan penduduk, keberadaan tempat penampungan air, dan mobilisasi penduduk (Candra, 2010). ix
Menurut WHO, sekitar 50-100 juta infeksi dengue terjadi tiap tahunnya. Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, infeksi dengue menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit rawat inap di rumah sakit dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,55%. Di Indonesia, jumlah kasus dengue mencapai 65.432 dengan incidence rate per 100.000 penduduk sebesar 27,56 dan CFR sebesar 0,91%. Provinsi Bali termasuk salah satu provinsi dengan incidence rate per 100.000 penduduk tertinggi yakni 75,42 setelah Sulawesi Selatan yang mencapai 76,16. Jumlah kasus yang terjadi di Bali mencapai 2.996 dengan CFR 0,23% (Kemenkes RI, 2011). Infeksi primer oleh satu serotipe virus bisa berupa Dengue fever atau DHF. Namun, bila terinfeksi dengue dengan serotipe berbeda, manifestasinya akan lebih berat dan meningkatkan risiko DHF bahkan DSS. Luasnya spektrum klinis infeksi dengue menegaskan pentingnya pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi dengue sehingga dapat diterapi dengan tepat. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan serologi. Terkadang pemeriksaan darah lengkap belum mampu membedakan infeksi dengue primer atau sekunder, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan serologis yang lebih spesifik, agar penegakan diagnosis lebih tepat (Rodenhuis-Zybert et al, 2010). Rapid Diagnostic Test (RDT) merupakan salah satu cara untuk diagnosis infeksi dengue. Dasar uji ini adalah mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) pada serum, plasma, atau darah segar. Uji cepat ini menggunakan teknik immuno chromatographic test (ICT) dengan dipstik. Alat ini mempunyai tiga x
pita atau garis (band). Pita pertama (C) adalah kontrol yang harus selalu muncul pada saat tes dilakukan, sedangkan dua pita yang lain yaitu M dan G mengandung colloidal gold conjugate anti IgM dan IgG yang akan berubah warna menjadi merah maroon atau ungu apabila hasilnya positif (Sang et al, 1998). Pada infeksi primer, IgM anti-dengue muncul pada hari kelima, lebih dulu daripada IgG dan IgM akan menurun dalam satu sampai dua bulan. Pada infeksi sekunder, IgG anti-dengue lebih cepat meningkat dibandingkan IgM. Kelebihan test ini adalah sangat mudah dilakukan dan waktu pengerjaan yang relatif singkat yaitu 15-20 menit (Aryati dan Probohoesodo, 2001). Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi infeksi dengue primer atau sekunder dari hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan hasil serologis di Rumah Sakit Balimed Denpasar. 1.2. Rumusan Masalah 1) Berapa prevalensi positif IgM pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari-Juni 2014? 2) Berapa prevalensi positif IgG pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari-Juni 2014? 3) Berapa prevalensi positif IgM dan IgG pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari-Juni 2014? xi
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui prevalensi dengue primer dan sekunder berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed. 1.3.2 Tujuan Khusus Dalam kaitannya dengan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui prevalensi positif IgM pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari-Juni 2014. 2) Untuk mengetahui prevalensi positif IgG pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari-Juni 2014. 3) Untuk mengetahui prevalensi positif IgM dan IgG pada hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diduga infeksi dengue berdasarkan pemeriksaan serologis di RS Balimed periode Januari- Juni 2014. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi instansi kesehatan dalam mendiagnosis infeksi dengue lebih cepat sebagai upaya pencegahan perjalanan penyakit DBD ke arah yang lebih berat. xii
2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang menunjang bagi ilmu pengetahuan khususnya pada pemeriksaan laboratorium. 3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut. xiii