BAB VI KESIMPULAN. Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari. perubahan sosial politik, baik di Jepang ( ) dan di Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. Paragraf di atas sedikit banyak menggambarkan keadaan. wanita di Jepang pada masa feodal, sebelum Restorasi Meeji

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Definisi wanita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) ialah

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research

BAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat.

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP XI TAHUN SMA ISLAM AL AZHAR BSD

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Hukum Waris di Lingkungan Keraton

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 5 RINGKASAN. Di Jepang kesusastraan dibagi ke dalam beberapa masa, dan karya sastra dari

Waaaah Negara-Negara Maju Ini Memiliki Sistem Pendidikan Terbaik Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB IV PENUTUP. hal yaitu simpulan dan saran-saran serta diakhiri pula dengan penutup. mendisriminasi ataupun menelantarkan pendidikan formal kaum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB VI ANALISIS PEREMPUAN MENURUT HAMKA. perempuan dalam al-quran telah banyak, disebutlah dalam surat an-nisa masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG. Dibawah kekuasaan Tokugawa, Jepang mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang memiliki karakter yang berbeda dengan bahasa asing lainnya terutama

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAHAN KULIAH 7 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS BIOGRAFILatihan Soal 2.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

Oleh : Izza Akbarani*

BAB II LANDASAN TEORI. Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap adalah

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban negara itu sendiri. Letak geografis dan kekayaan

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari perubahan sosial politik, baik di Jepang (1957-1912) dan di Jawa (1908-1955). Perubahan sosial politik tersebut kemudian berhasil mempengaruhi sendi-sendi masyarakat, termasuk pendidikan dan kedudukan wanita. Perubahan tersebut telah dijelaskan di Bab II dan Bab III. Proses modernisasi yang terjadi di Jepang diakibatkan oleh dua faktor utama, yakni: (1) perubahan sistem pemerintahan, dari sistem feodal pada masa Tokugawa (1603-1868) ke sistem parlementer pada masa Meeji (1868-1912); (2) masuk dan berkembangnya Ran gaku (Pendidikan Barat) melalui Nagasaki. Apabila dielaborasikan, kedua faktor utama tersebut kemudian saling terkait dan mempengaruhi perubahan-perubahan lainnya. Berkembangnya Ran gaku pada rentang waktu (1857-1868) dapat dikatakan sebagai pemicu dari perubahan pemikiran pada bidang pemerintahan, di mana sistem parlementer diadopsi dari sistem pemerintahan Eropa. Begitu pula dengan pemerintahan Meeji yang mengijinkan sekolah-sekolah untuk mengajarkan Ran gaku secara bebas. Pada waktu bersamaan, perubahan dalam sistem 160

161 pemerintahan parlementer berpengaruh pada penghapusan sistem kepemilikan tanah oleh golongan daimyoo melalui hanseki hookan, di mana penghapusan sistem tersebut berakibat pada penghapusan golongan samurai dalam masyarakat. Tidak jauh berbeda dengan di Jawa, proses modernisasi disebabkan oleh dua faktor pemicu, yaitu (1) fase perubahan sistem pemerintahan feodal Jawa menuju penguasaan pemerintahan oleh kolonial Belanda, hingga pemerintahan Indonesia yang merdeka; (2) penerapan Politik Etis yang berakibat pada pengajaran bahasa Belanda di sekolah-sekolah khususnya sekolah Belanda. Fase perubahan sistem pemerintahan feodal Jawa menuju pemerintah kolonial Belanda berpengaruh pada terbentuknya tanah Vorstenlanden (Kesunanan, Kesultanan, Mangkunegaran, dan Pakualaman), sekaligus menciptakan golongan priyayi. Golongan priyayi inilah yang kemudian mendapatkan pengaruh yang besar akibat penerapan Politik Etis, di mana golongan ini memiliki berbagai hak-hak istimewa untuk mendapatkan pendidikan Belanda. Golongan inilah yang kemudian memiliki peranan cukup besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Menyangkut kedudukan dan pendidikan wanita, proses modernisasi juga memiliki peranan yang penting. Di Jepang,

162 kedudukan dan pendidikan wanita sebelum dan sesudah masa Meeji dapat dikatakan cukup berbeda. Mengingat dalam ajaran Konfusianisme yang berkembang pada masa Tokugawa, wanita ditempatkan begitu rendah dibandingkan laki-laki. Sistem patriarki tersebut bahkan menjadi salah satu penghambat dalam kemajuan pendidikan wanita. Pada perkembangannya, pemerintah Meeji menyadari pentingnya pendidikan wanita dengan mendirikan berbagai sekolah khusus wanita. Doktrin ryoosai kenboo menunjukkan bahwa pemerintah tidak lupa dalam ajaran mengenai kodrat wanita sebagai seorang ibu dan seorang istri. Apabila diperhatikan secara kasat mata, wanita Jepang dan Jawa memiliki beberapa persamaan dalam hal gambaran tingkah laku serta kedudukan dalam keluarga dan masyarakat. Meskipun Jawa tidak menganut sistem patriarki, wanita tetap ditempatkan pada peran rumah tangga sesuai dengan kodratnya. Pendidikan yang diterima wanita pun lebih banyak berhubungan dengan pendidikan ketrampilan dan pendidikan kewanitaan. Dapat dikatakan secara jelas melalui elaborasi di atas, proses modernisasi yang mempengaruhi perubahan pendidikan, baik di Jepang maupun Jawa, semua terkait pada perubahan pemikiran tokoh pendidik. Dalam hal ini akan dijabarkan oleh Fukuzawa

163 Yukichi dan Ki Hajar Dewantara mengenai pemikiran-pemikiran pendidikan wanita, baik persamaan dan perbedaan pemikiran. A. Persamaan Pemikiran 1. Latar belakang pemikiran, baik Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara diperoleh dari pola pendidikan keluarga. Pola pendidikan keluarga tersebut yang kemudian berpengaruh besar dalam pemikiran mengenai pendidikan. 2. Kedua tokoh tersebut sama-sama memiliki latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan bahasa dan pendidikan Belanda. Meskipun dalam kasus Fukuzawa Yukichi, bisa dikatakan bahwa ia tidak secara langsung mengecap pendidikan Belanda dari seorang native. 3. Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara sama-sama menekankan pentingnya pendidikan dan kedudukan wanita di dalam keluarga. Kesamaan dalam pemikiran yang ditulis keduanya adalah mengenai konsep ajaran moral dan kesusilaan bagi wanita. Keduanya juga menekankan bahwa kodrat wanita sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan seorang istri. 4. Baik Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara samasama memiliki pemikiran bahwa seharusnya tidak ada perbedaan

164 pendidikan antara wanita dan laki-laki. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara menambahkan catatan bahwa wanita tetap tidak boleh melupakan kodratnya. B. Perbedaan Pemikiran 1. Merujuk pada latar belakang pemikiran, Fukuzawa Yukichi yang pada awalnya seorang pembelajar Konfusianisme sesuai ajaran di dalam keluarganya, beralih mengimani pendidikan dan pemikiran Barat yang dianggapnya lebih baik dibandingkan pendidikan dan pemikiran Timur. Berbeda dengan Ki Hajar Dewantara. Meskipun sejak kecil telah mengenyam pendidikan di sekolah Belanda, bahkan merasakan masa buangan di Belanda, ia tetap berpegang teguh pada pendidikan nasional. Ia bahkan beranggapan bahwa pendidikan Barat akan memiliki pengaruh buruk bagi generasi muda Indonesia. 2. Mengenai kiblat pendidikan wanita Barat dan Timur, Fukuzawa Yukichi berpendapat bahwa wanita Jepang sebaiknya meniru para wanita Eropa dalam hal kebebasan dan kesetaraan, terutama berkaitan dalam pendidikan. Meskipun ia juga menekankan pada peran wanita sesuai dengan kodratnya.

165 Sedikit berbeda dengan hal tersebut, Ki Hajar Dewantara tetap memandang bahwa wanita Eropa terlalu sibuk dalam mendapatkan kesetaraan dengan pria, dan hal tersebut dipandangnya sebagai hal yang kurang baik. Dalam pandangannya wanita tetap harus mengingat kodrat lahiriahnya. 3. Fukuzawa Yukichi memiliki sebuah keinginan untuk mendirikan sekolah khusus wanita, di mana hal tersebut merupakan hal yang layak didapatkan wanita melalui institusi pendidikan. Meskipun hingga akhir hayatnya, sekolah tersebut tidak terwujud. Berbeda dengan Ki Hajar Dewantara yang menolak keras adanya sekolah khusus wanita. Menurutnya alam pendidikan yang baik dapat ditempuh dengan menempatkan anak perempuan dan anak laki-laki dalam kelas yang sama. Melalui penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa Ki Hajar Dewantara jauh lebih berhasil mengaplikasikan pemikirannya mengenai konsep pendidikan wanita di dalam sekolah dan tulisannya. Meskipun, pemikiran Fukuzawa Yukichi secara tertulis juga mampu memotivasi wanita Jepang pada masa itu untuk mendapatkan pendidikan yang layak.