BAB II STUDI PUSTAKA. pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. komponen di tempat khusus di permukaan tanah (pabrikasi), lalu dibawa ke

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN WALL FAÇADE PRECAST. ditentukan sebelumnya. Selama kami melakukan Kerja Praktik di Proyek Puri

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi atau proyek. Pada proyek konstruksi TQM terdiri dari standart operating

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU DIPANDANG DARI ASPEK BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dari alokasi belanja modal sebesar 216,1 triliun rupiah, sebesar 203,7 triliun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Achmad Nasrulloh Mas Suryanto HS. Prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tiang pancang, balok, kolom dan pelat. Berkembangnya metode seperti ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PERBANDINGAN DESAIN. perhitungan volume struktur utama bangunan..

PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

BAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan menjadi salah

ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi


ANALISA DURASI RENCANA AKTIVITAS DAN EVALUASI PELAKSANAAN JADWAL PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS PADA PROYEK X )

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL PADA PROYEK BRANZ SIMATUPANG APARTMENT

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat-alat

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dalam hal ini pemilik proyek (owner). Oleh karena itu

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Lampiran A. Data Penelitian

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DATA PROYEK. yang kita semua ketahui ada titik titik letak dimana mereka bias lebih

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

UCAPAN TERIMA KASIH...

Tugas dan Tanggung Jawab. a. Menetapkan tujuan,visi,dan misi perusahaan. b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan.

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. salah satu alternative tempat tinggal bagi para penduduk Kota Jakarta khusunya,

POLA STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN KUALITAS PADA KONTRAKTOR BESAR DI INDONESIA

Scanned by CamScanner

MEDAN PROGRAM MEDAN LAPORAN. oleh:

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

Kata kunci : metode bekisting table form

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja.

PERENCANAAN DAN PEMANTAUAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

Lampiran 1. Struktur Organisasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

Proyek N Hotel Batam Komplek Baloi Kusuma Penuin, Batam Kepulauan Riau

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. bagi wisatawan yang ingin berlibur atau wisatawan yang ingin melakukan

BAB 2 JASA 2.1 Pengertian Jasa 2.2 Karakteristik Jasa

Transkripsi:

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Beton pracetak (precast) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan (Wulfram I. Ervianto,2006).[1] Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam perkembangan konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung pelestarian lingkungan (Siti Aisyah Nurjannah, 2011).[2] PT Waskita Karya (Persero) Tbk, terus melakukan upaya terbaik, melakukan inovasi dan terobosan agar dapat terus melaksanakan pembangunan proyek-proyek secara maksimal. Waskita Karya banyak mendapat kepercayaan dalam menangani mega proyek dan hal ini mendorong waskita karya untuk terus menemukan metode dan strategi pengembangan perusahaan yang menjadikannya sebagai perusahaan jasa konstruksi terkemuka. Untuk mendukung hal tersebut, Waskita Karya melakukan inovasi dan terobosan dalam pengembangan usaha produksi beton PT. Waskita Beton Precast. II-1

2.2 Jenis Komponen Beton Pracetak (Precast) Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu : a. Tiang pancang ( square pile, spun pile ) b. Sheet pile dan dinding diapragma. c. Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-t, double-t, triple-t, channel slabs dan lain-lain. d. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder). e. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai. f. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-t atau double-t. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear wall) atau tidak mendukung beban. g. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet, panelpanel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek. 2.3 Manajemen Mutu Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk dan jasa yang akan dihasilkan [3]. Secara konvensional pengertian mutu adalah menggambarkan karaktersitik langsung dari suatu produk, seperti performance, reliability (keandalan), mudah dalam penggunaaan dan II-2

estetika. Sedangkan secara strategis pengertian mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Sistem manajemen mutu terdiri atas empat tingkatan yaitu (Rory Burke, 1999)[4]: 1. Inspeksi (Inspection), adalah mengkaji karekteristik proyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu standart yang ditentukan. Inspeksi akan menentukan baik atau tidaknya proyek berdasarkan mutunya. 2. Pengendalian Kualitas (Quality Control QC), terdiri dari kegiatan pemeriksaan pekerjaan, bersama-sama dengan manajemen dan pendokumentasian bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan persyaratan kontrak dan peraturan-peraturan yang berlaku. QC merupakan suatu unsur atau bagian dari QA. 3. Jaminan Kualitas (Quality Assurance QA) adalah semua perencanaan, metoda dan langkah sistematis yang diperlukan untuk memberi keyakinan bahwa semua perencanaan, perancangan dan pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar-standar yang berlaku, serta syarat-syarat yang dispesifikasikan dalam kontrak. 4. Total Quality Management (TQM) adalah gabungan dari semua bentuk manajemen kualitas yang tujuan utamanya adalah memenuhi kepuasan pelanggan dengan menitik beratkan pada peningkatan berkelanjutan. 2.4 Standar Mutu ISO 9001:2008 II-3

ISO 9001 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. secara garis besar ISO 9001:2008 tidak terlalu jauh berbeda dengan pendahulunya yaitu ISO 9001:2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut (Agus Syukur (2010) dalam Made Arya Wira Santosa(2013)).[5] 1. Klausul ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 terdiri dari 8 Klausul sebagai berikut: a. Klausul 1. Ruang lingkup Dalam klausul ini secara persyaratan persyaratan standar telah menekankan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. b. Klausul 2. Referensi normatif Klausul ini hanya memuat referensi-referensi yang harus dipersiapkan yaitu: 1) Peraturan Pemerintah. 2) Buku-buku panduan tentang kualitas. c. Klausul 3. Istilah dan definisi Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang diberikan dalam ISO 9001:2008 menetapkan, mendokumentasikan, melaksanakan, memelihara langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen kualitas ISO 9001:2008 dan kebutuhan peningkatan terus menerus. II-4

d. Klausul 4. Sistem manajemen mutu Persyaratan umum dalam memimpin dan mengoperasikan organisasi perlu dilakukan pengelolaan yang sistematis dan dengan cara yang dapat. e. Klausul 5.Tanggung jawab manajemen. Klausul ini menekankan pada komitmen manajemen puncak (top management commitment). Dalam hal fokus pelanggan manajemen puncak harus menjamin bahwa persyaratan pelanggan telah ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan peningkatan kepuasan pelanggan. f. Klausul 6. Manajemen sumber daya Penyediaan sumber daya suatu organisasi harus menetapkan dan memberikan sumber-sumber daya yang diperlukan secara tepat. Untuk menerapkan dan mempertahankan system manajemen kualitas ISO 9001 2008 serta meningkatkan efektivitasnya terua menerus dan meningkatkan kepuasan pelanggan. g. Klausal 7. Realisasi Produk dalam hal perencanaan realisasi produk organisasi harus menjamin bahwa proses realisasi produk dibawah pengendalian, agar memenuhi persyaratan produk. h. Klausal 8. Pengukuran analisis dan Peningkatan. Persyaratan umum dalam Klausul 8 tentang pengukuran analisis dan peningkatan, dimana organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran. II-5

2.5 Manfaat Penerapan ISO 9001 Bagi Perusahaan Manfaat dari penerapan ISO 9001 telah diperoleh banyak perusahaan. Beberapa manfaat dapat disebutkan sebagai berikut (Gaspersz (2002) dalam Achmad Nasrulloh (2013))[6]: a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistemik. b. Meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global. c. Menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem kualitas oleh pelanggan. d. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik. e. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam perusahaan. f. Memberikan pelatihan secara sistemik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi malalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik. 2.6 Implementasi ISO 9001:2008 pada Perusahaan Konstruksi Menurut Khairul Umam (2013)[7] critical point sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di perusahaan konstruksi adalah: II-6

2.6.1 Perencanaan proyek Sesuai dengan klausul 7.1 tentang perencanaan realisasi produk, perusahaan konstruksi diminta untuk melakukan perencanaan yang matang untuk setiap proyek yang ditangani. Perencanaan ini melingkupi jadwal pelaksanaan proyek yang berisi jadwal detail tahapan pelaksanaan proyek dari awal hingga serah terima proyek ke owner, master drawing, bill of quantity dan bill of material yang berisi daftar kebutuhan material dari awal hingga akhir proyek. Selain itu, agar proyek bisa dijalankan dengan kualitas yang konsisten, sebaiknya perlu dipersiapkan juga Project Quality Plan (PQP) yang memuat standar kualitas pekerjaan baik untuk pekerjaan sipil maupun struktur. Misalnya, standar mutu adukan, pengecoran, pembesian, pembetonan, pemasangan ubin, dan sebagainya agar kualitasnya konsisten. 2.6.2 Pengelolaan sumber daya manusia Dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, pengelolaan SDM menjadi hal yang sangat penting karena SDM yang berkualitas akan menghasilkan kerja yang berkualitas. 2.6.3 Pengadaan material dan peralatan kerja Pengadaan material dan perlatan kerja menjadi salah satu faktor penting kelancaran sebuah proyek. Pembuatan bill of material yang tepat sedari awal akan sangat membantu proses pengadaan material dan peralatan kerja. Meski harus diakui, di tengah-tengah berjalannya proyek bisa saja terjadi pekerjaan tambah kurang. II-7

Agar proses pengadaan material dapat berjalan dengan lancar namun tetap dapat dikontrol perlu dibuat mekanisme pengadaan material yang cepat dan tepat sehingga material tersedia pada waktu yang dibutuhkan tanpa hilangnya kontrol. Kebanyakan masalah pengadaan material adalah seringkali ditemukan proses pengadaan yang dilakukan oleh orang proyek tanpa persetujuan kantor pusat dengan alasan mempersingkat waktu. Padahal, dengan prosedur dan mekanisme yang tepat, material tetap dapat tersedia dengan cepat tanpa harus mengabaikan kontrol pengadaan. 2.6.4 Pemeliharaan peralatan kerja Manajemen Aset menjadi critical point berikutnya yang harus diperhatikan oleh top manajemen dalam hal ini bagian general affair atau maintenance. Perlu ditekankan bahwa pemeliharaan sangat berbeda dengan perbaikan. Pemeliharaan adalah suatu upaya preventif agar peralatan yang dimiliki selalu dalam kondisi siap digunakan. Tanpa prosedur pemeliharaan yang baik, mesin atau peralatan bisa saja rusak pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemeliharaan mesin dan peralatan kerja menjadi suatu keharusan. 2.6.5 Pemantauan produksi Agar produksi bisa berjalan tepat waktu, sesuai spesifikasi, dan kualitas yang konsisten maka pemantauan produksi menjadi hal yang wajib dilakukan. Beberapa checklist perlu dibuat agar proses pemeriksaan dan pemantauan produksi bisa dilakukan secara menyeluruh misalnya checklist pemeriksaan pembesian, checklist persiapan pengecoran beton, dan II-8

sebagainya. Rapat rutin yang sifatnya mingguan maupun bulanan juga perlu dilakukan guna memastikan semua berjalan sesuai rencana. 2.7 Manajemen Material Pokok Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugraha (1985) dalam Muhammad Khadafi (2008). Material yang digunakan di golongkan menjadi 2 bagian besar yaitu : Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilin (1994) dalam Muhammad Khadafi (2008))[8] yaitu : 1. Consumable Material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen curah, pasir, split 1/2, besi beton, strand, dan lain-lain. 2. Non-Consumable Material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: cetakan, mata gerinda potong, pylox, blander dan kawat las. Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material and penempatan peralatan yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Bell and Stukhart (1986) dalam Muhammad Khadafi (2008))[8]. II-9

Manajemen material dalam industri konstruksi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Perencanaan dan penjadwalan material 2. Pembelian dan pengiriman material 3. Pemeriksaan dan quality control 4. Penyimpanan dan pengawasan material 5. Penanganan dan distribusi material 2.8. Hubungan Material, Proses Produksi, dan Mutu Produk Material produksi sangat penting dalam menghasilkan produk konstruksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan komoditas material jasa konstruksi yang baik adalah suatu keharusan guna menjamin ketersediaan material yang cukup untuk pelaksanaan proyek konstruksi (Fatah Nurdin, 2010)[8]. Bila bahan baku yang digunakan bermutu baik, disertai dengan proses produksi yang baik, hasilnya adalah barang bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu baik tidak akan selalu menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses pembuatan pun akan memengaruhi mutu barang yang dihasilkan (Fatah Nurdin, 2010)[8]. II-10

DAFTAR PUSTAKA 1. Adiasa, A.M., et al., EVALUASI PENGGUNAAN BETON PRECAST DI PROYEK KONSTRUKSI. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, 2014. 4(1): p. 126 134. 2. Nurjannah, S.A., PERKEMBANGAN SISTEM STRUKTUR BETON PRACETAK SEBAGAI ALTERNATIF PADA TEKNOLOGI KONSTRUKSI INDONESIA YANG MENDUKUNG EFISIENSI ENERGI SERTA RAMAH LINGKUNGAN. 2011. 3. Andriana, A.N., PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP TARGET PEMASARAN PADA PT. WIJAYA KARYA (PERSERO), Tbk DI SAMARINDA. 2013. 4. Nugroho, Y.P., S. Sriyana, and S. Pranoto, PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PROYEK BERBASIS WEBSITE (STUDI KASUS: PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG). 2012, magister teknik sipil. 5. Santosa, M.A.W., I. Widhiawati, and G.A. Diputra, PENERAPAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO) 9001: 2008 PADA KONTRAKTOR PT. TUNAS JAYA SANUR (Studi kasus: Proyek Pembangunan Apartment & Shopping Arcade Sea Sentosa Hotel). Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, 2013. 2(1). 6. Nasrulloh, A., PENERAPAN ISO 9001: 2008 PADA KONTRAKTOR PT. WARINGIN MEGAH DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA DI PROYEK PEMBANGUNAN KANTOR DAN GUDANG PT. DJARUM RUNGKUT SURABAYA. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, 2013. 2(1/JKPTB/13). 7. LESTARI, I.G.A.A.I., PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI. 8. M Zam zami, A., STUDI MANAJEMEN MUTU PRODUK BETON PRECAST PADA PT. WIKA BETON LAMPUNG. 2014. II-11