Semen beku Bagian 2: Kerbau

dokumen-dokumen yang mirip
Semen beku Bagian 1: Sapi

Semen beku Bagian 1: Sapi

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014

PENAMPUNGAN SEMEN DAN SNI SEMEN BEKU

Terasi udang SNI 2716:2016

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi perah holstein indonesia

Susu segar-bagian 1: Sapi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

Air demineral SNI 6241:2015

AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:

PETUNJUK TEKNIS SURAT KETERANGAN LAYAK BIBIT

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Air mineral SNI 3553:2015

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kulit masohi SNI 7941:2013

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

EVALUASI KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN POST THAWING DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD SUMBER HADI SUGITO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Korelasi Motilitas Progresif dan Keutuhan Membran Sperma dalam Semen Beku Sapi Ongole. Terhadap Keberhasilan Inseminasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal. Kepala BIB Lembang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Air mineral alami SNI 6242:2015

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

Bambu lamina penggunaan umum

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Tuna dalam kemasan kaleng

Semen portland komposit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

PEMERIKSAAN KUALITAS SEMEN BEKU PRODUKSI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN SECARA MIKROSKOPIS DI SETIAP TITIK DISTRIBUSI KABUPATEN PATI SKRIPSI.

Revisi ke 05 Tanggal : 23 Agustus 2016

PREDIKSI KESUBURAN SPERMATOZOA DOMBA MELALUI UJI PENEMBUSAN LENDIR ESTRUS

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 2: Kerbau ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu... 2 4 Pengambilan contoh... 2 5 Pemeriksaan contoh... 2 6 Kemasan... 3 7 Penyimpanan... 3 Bibliografi... 4 BSN 2017 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Semen beku kerbau ini merupakan revisi dari SNI 4869.2: 2008, Semen beku-bagian 2: Kerbau dikarenakan adanya perkembangan kebutuhan standar mutu benih sebagai acuan di lapangan dengan perubahan : a. Ruang lingkup b. Istilah dan definisi c. Persyaratan mutu d. Pemeriksaan contoh e. Kemasan f. Penyimpanan Standar ini disusun oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak, bertujuan untuk : 1) memberikan jaminan kepada konsumen dan produsen akan mutu benih semen beku kerbau; 2) meningkatkan produktivitas kerbau di Indonesia. Standar ini telah dibahas pada rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Bogor tanggal 1 Desember 2016 yang dihadiri oleh Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak dan pemangku kepentingan lainnya. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 31 Januari 2017 sampai dengan 1 April 2017, dengan hasil Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI). SNI 4869 terdiri atas 3 (tiga) bagian dengan menggunakan judul secara umum semen beku : Bagian 1 : Sapi Bagian 2 : Kerbau Bagian 3 : Kambing dan domba Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada. BSN 2017 ii

Pendahuluan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya pemanfaatan pejantan unggul secara maksimal dalam rangka perbaikan mutu genetik ternak. Faktor-faktor utama yang memengaruhi keberhasilan IB ialah mutu semen beku, reproduksi ternak betina, ketepatan dan pelaporan deteksi berahi, keterampilan petugas serta prasarana dan sarana pendukung. Mutu semen beku kerbau yang memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar mutu semen beku tersebut dapat dipertahankan sehingga siap untuk diinseminasikan BSN 2017 iii

1 Ruang lingkup Semen beku Bagian 2: Kerbau Standar ini menetapkan persyaratan semen beku kerbau. 2 Istilah dan definisi 2.1 semen spermatozoa dan plasma semen yang berasal dari pejantan unggul yang dapat digunakan untuk proses pembuahan 2.2 semen segar berasal dari ejakulasi pejantan unggul, sehat, bebas dari penyakit hewan menular sesuai dengan peraturan perundangan 2.3 semen beku berasal dari semen segar diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga beku dan disimpan di dalam nitrogen cair pada suhu -196 C dalam kontainer kriogenik 2.4 pejantan unggul pejantan normal yang sudah diseleksi berdasarkan garis keturunannya (pedigree/silsilah), kemampuan produksi, dan reproduksi 2.5 motilitas spermatozoa persentase spermatozoa hidup dan bergerak progresif 2.6 gerakan individu spermatozoa kecepatan spermatozoa bergerak maju ke depan 2.7 pemeriksaan semen beku kegiatan untuk menilai mutu semen beku yang telah di-thawing oleh pemeriksa semen beku 2.8 pemeriksa semen beku petugas yang telah memiliki sertifikat penanganan semen beku atau petugas yang memiliki kompetensi penanganan semen beku yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang 2.9 petugas pengambil contoh (PPC) petugas yang telah memiliki sertifikat atau kompetensi pengambilan contoh yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang BSN 2017 1 dari 4

2.10 kode batch penandaan produksi semen beku pada straw yang meliputi tahun dan nomor urut hari produksi 2.11 recovery rate jumlah spermatozoa dari semen beku yang berhasil pulih kembali setelah di-thawing 3 Persyaratan mutu 3.1 Persyaratan umum 3.1.1 Berasal dari pejantan unggul 3.1.2 Semen beku berasal dari semen segar dengan motilitas minimum 70 %. CATATAN Apabila motilitas di bawah 70 % untuk pejantan tertentu dapat digunakan nilai recovery rate dengan minimum 50 % 3.2 Persyaratan khusus Semen beku sesudah dicairkan kembali (post thawing) pada suhu 37 C - 38 C selama 30 detik harus menunjukkan : a) motilitas spermatozoa minimum 40 %; b) gerakan individu spermatozoa minimum 2 (dua); dan c) jumlah sel spermatozoa minimum 25 juta per dosis. 4 Pengambilan contoh Pengambilan contoh dilakukan secara acak pada setiap kode batch masing-masing minimum 2 (dua) straw dari setiap pejantan oleh PPC. 5 Pemeriksaan contoh 5.1 Pemeriksaan dilakukan oleh petugas pemeriksa semen beku. 5.2 Pemeriksaan oleh produsen dilakukan setelah proses pembekuan dan sebelum dikirim kepada konsumen, pemeriksaan di tempat tujuan dilakukan paling lambat 24 jam setelah semen beku diterima. 5.3 Pemeriksaan dilakukan segera sesudah semen beku dicairkan kembali (post thawing). 5.4 Thawing dilakukan pada suhu 37 C - 38 C selama 30 detik. 5.5 Pemeriksaan dilakukan paling kurang 5 (lima) lapang pandang di bawah mikroskop pembesaran 10x10 atau 20x10 atau 40x10 dengan menggunakan meja penghangat suhu 37 C - 38 C. 5.6 Penghitungan recovery rate dilakukan dengan membagi motilitas spermatozoa semen beku dengan motiitas spermatozoa semen segar dikali seratus persen. BSN 2017 2 dari 4

6 Kemasan 6.1 Semen beku dikemas dalam mini straw volume 0,25 ml. 6.2 Penandaan straw Paling sedikit mencakup : a) kode pejantan; b) nama pejantan; c) kode batch; d) nama produsen; dan e) rumpun pejantan. CATATAN Kode pejantan terdiri atas 6 (enam) digit sampai dengan 7 (tujuh) digit. Dua digit pertama menandakan kode rumpun, dua digit tengah menandakan tahun kelahiran pejantan dan dua sampai tiga digit terakhir menandakan nomor urut pejantan. Kode rumpun dan warna straw mengacu pada peraturan perundangan. 7 Penyimpanan Semen beku disimpan dalam goblet dan dimasukkan ke dalam kanister serta terendam penuh dalam nitrogen cair suhu -196 C pada kontainer kriogenik dilengkapi dengan kartu petunjuk isi kontainer. CATATAN Kartu petunjuk isi kontainer tersebut minimal harus mencantumkan keterangan tentang rumpun, kode pejantan, kode batch, jumlah straw untuk masing-masing goblet dan kanister, tanggal serta hasil pemeriksaan mutu semen. BSN 2017 3 dari 4

Bibliografi Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 10/Permentan/PK.210/3/2016 tentang Penyediaan dan Peredaran Semen Beku Ternak Ruminansia. Arifiantini,I. 2012, Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan, IPB Press, Bogor. Hafez, E. S. E and B. Hafez, 2000. Reproduction in farm animals 7 th ed. Lippincott Williams And Wilkins, Philadelphia, USA. Mitchel,JR, and G.A. Doak 2004. The Artificial Insemination and Embryo Transfer of Dairy and Beef Cattle 9 th ed, New Jersey, USA. Salisbury, G.W., N.L Van Demark, and J.R. Lodge. 1978 Physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle (2 nd Ed). W. H. Freeman, San Fransisco. Toelihere, MR 1977, Inseminasi Buatan Pada Ternak, Penerbit Angkasa,Bandung. BSN 2017 4 dari 4

Informasi Pendukung Terkait Perumusan Standar [1] Komtek/SubKomtek perumus SNI Subkomite Teknis 67-03-S1 Bibit Ternak [2] Susunan keanggotaan Komtek perumus SNI Ketua : Fauziah M Hasani Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian Sekretaris : Netra Mirawati Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Anggota : Penny S Harjosworo Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Ruri Sarasono PT. Permata Kreasi Media Bambang Setiadi Puslitbangnak, Kementerian Pertanian Esti Anelia Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian Samhadi PINSAR Indonesia Chalid Thalib Puslitbangnak, Kementerian Pertanian Dawami PT. Primatama Karyapersada [3] Konseptor rancangan SNI Gugus kerja pada Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak 1. Prof. Iis Arifiantini 2. Drh. Herliantien, MP 3. Ir. Fauziah M Hasani, MM 4. Ir. Titiek Eko Pramudji, M.Sc 5. Ir. Eliza Diany 6. HP. Ibnu, S.Pt 7. FF. Bayu Ruikana, S.Pt, M.Sc 8. Ir. Esti Anelia 9. Dani Kusworo, S.Pt 10. Sinta Putri Ajoeningtyas, S.Pt 11. Muslimiah, S.Pt 12. Sutaryono, S.ST 13. Jaja Rohyan, S.Pt 14. Beni Hernawan, S.Pt [4] Sekretariat pengelola Komtek perumus SNI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian