Seminar Jurnal Electroconvulsive Therapy. Kelompok 10

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi kedalam

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

Kata kunci : terapi elektro konvulsi, parameter praktik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PENUNTUN PRAKTIKUM NEUROPSIKIATRI CONVULSANT & ANTICONVULSANT

RK Jiwa minimal: 6. Diagnosa psikiatrik saat masuk 7. Riwayat psikiatrik 8. Catatan penilaian yang lengkap,termasuk keluhan pasien, komentar pasien

DAMPAK ELECTROCONVULSIVE THERAPY TERHADAP KEMAMPUAN MEMORY KLIEN DI RSJP BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan secara objektif (Setiadi, 2013). Deskripsi peristiwa dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jeritan Jiwa dari Kursi Roda

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak bagi setiap orang, sebagaimana diatur dalam Pasal

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

Transkripsi:

Seminar Jurnal Electroconvulsive Therapy Kelompok 10

Anggota Kelompok 10: Adhin Al Kasanah 13971 Nur Aini Febriana 13973 Nindy Ayu Pangestu 13974 Rachmat Hidayat 13977 Gabi Ceria 13979 Mochammad Rizqi Abdillah 13983 Ipang Fitria Wanti 13986 Hana Pertiwi 13987

Kasus Seorang laki-laki usia 35 tahun dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Sudah 3 hari tidak mau keluar dari kamar, diam saja, tidak mau mandi, makan, dan minum. Berdasarkan pengkajian diketahuibahwa pasien mengalami depresi berat. Pasien sudah diberikan obat anti depresan namun tetap tidak menunjukkan perbaikan. Karena pasien tidak menunjukkan perbaikan maka Ners A memilih alternatif terapi lain yaitu ECT. Ners A mencari tahu bagaimana evidence based terkait penggunaan ECT pada pasien.

Latar belakang Diperkirakan penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa sebesar 2-3% jiwa setahun. Zaman dulu penanganan pasien gangguan jiwa adalah dengan dipasung, dirantai atau diikat, lalu ditempatkan dirumah atau hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya, dibiarkan berkeliaran di desa sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat. Terapi dalam gangguan jiwa tidak hanya pengobatan dengan farmakologitetapi juga dengan psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala atau penyakit pasien. Pada terapi modalitas ini perlu adanya dukungan keluarga dan dukungan sosial yang akan memberikan peningkatan penyembuhan kepada pasien.

Cont Terapi dalam gangguan jiwa tidak hanya pengobatan dengan farmakologitetapi juga dengan psikoterapi, serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala atau penyakit pasien. Pada terapi modalitas ini perlu adanya dukungan keluarga dan dukungan sosial yang akan memberikan peningkatan penyembuhan kepada pasien.

Cont Electro Convulsive Therapy (ECT) merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat dimana pemberiaan arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk kejang tonik klonik umum. Electro Convulsive Therapy pertama kali dikenalkan oleh Carietti dan Bini pada tahun 1937 sebagai terapi yang bersifat somatic terhadap pasien dengan gangguan mental. ECT juga dikenal sebagai terapi kejut listrik, digunakan sebagai perawatan akut rumah sakit pada pasien depresi perilaku yang agitasi atau pasien yang bunuh diri psikotik, atau berbahaya bagi orang lain.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan maslah ini adalah bagaimana aspek legal tentang pemberian ECT pada pasien yang mengalami gangguan jiwa?

Tujuan Untuk mengetahui bagaimana aspek legal dalam pemberian ECT pada pasien yang mengalami gangguan jiwa.

Manfaat Laporan ini diharapkan mampu menambah wawasan perawat mengenai penanganan pasien jiwa terutama yang menggunakan ECT. Laporan ini diharapkan bisa menambah informasi dan pengetahuan tentang penggunaan ECT pada pasien jiwa

Tinjauan Pustaka

Electroconvulsive Therapy (ECT). Electroconvulsive therapy (ECT) adalah sebuah terapi dimana aliran listrik dijalarkan menuju otak dan memicu kejang singkat. ECT nampaknya dapat menyebabkan perubahan kimia otak yang dapat memperbaiki penyakit mental tertentu. Terapi ini seringkali bekerja ketika terapu lain sudah tidak berhasil.

Indikasi ECT Pasien dengan penyakit depresif mayor yang tidak berespons terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat. Pasien dengan gangguan bipolar yang tidak berespons terhadap obat. Pasien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik. Ketika efek samping ECT yang diantisipasi kurang dari efek samping yang berhubungan dengan terapi obat, seperti pada pasien lansia, pasien dengan blok jantung, dan selama kehamilan. Pasien lebih memilih menggunakan terapi ECT sejak awal.

Kontraindikasi ECT Tidak ada kontraindikasi absolut pada ECT, namun ada beberapa kondisi medis yang berkaitan dengan peningkatan morbiditas. Kondisi yang dimaksud yaitu, peningkatan TIK, tumor otak, infark miokard, pendarahan intracerebral, unstable aneurysm, dan malformasi vaskular, dan resiko tinggi dari efek pemberian anestesi.

Mekanisme ECT Depresi dipercaya merupakan hasil dari ketidakseimbangan senyawa kimia otak, oleh karena itu ECT bekerja untuk menyeimbangkannya. Ada beberapa teori yang menjelaskan bahwa ECT efektif,namun belum ada alasan/penjelasan spesifik bagaimana ECT bisa mempengaruhi otak. Salah satu teori menjelaskan bahwa aktivitas kejang sendiri menyebabkan perubahan susunan kimia di otak yang disebut neurotransmitter. Teori lain menunjukkan bahwa treatment ECT berpengaruh terhadap regulasi hormon otak yang mempengaruhi energi, tidur, nafsu makan dan mood.

Jenis ECT Right unilateral ECT Bilateral ECT

Efek Samping Pasca ECT Jangka lama

PEMBAHASAN JURNAL

Professional accounts of electroconvusive therapy : a discourse analysis Peter Stevens & David J Harper

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan tenaga professional melakukan ECT secara rutin dengan menggunakan investigasi yang sistematis. Peserta Wawancara dilakukan di kota besar yang ada di Inggris Raya. Peserta yang diwawancarai mewakili keterlibatan lintas -profesional dalam administrasi ECT, termasuk pra - dan pasca - prosedur ( kejiwaan perawat ), resep dan pengiriman pengobatan ( psikiater ) dan administrasi anestesi dan relaksan otot ( anestesi ).

Metode Delapan klinisi yang terlibat dalam pemberian ECT diwawancarai kemudian transkrip wawancara ditafsirkan mnggunakan analisis wacana sehingga dapat ditemukan wacana kunci. Saran dari Wetherell analisis digambarkan dengan discursive psychology dan analisis tradisi Foucauldian discourse. Discursive psychology merupakan cara sistematik dalam menggambarkan perckapan dengan topic umum menjadi daftar intrepertative.

Hasil ECT diberikan untuk pasien yang ' tidur terikat, bergerak, tidak makan, tidak minum akibat dari depresi berat atau dalam depressive stupor ECT digunakan untuk mencapai perbaikan secara cepat pada keadaaan yang parah dan sudah tidak berespon terhadap intervensi yang adekuat dan kondisi pasien berpotensi mengancam nyawa, misalnya penyakit depresi, katatonia dan episode manic berat yang memanjang. ECT darurat yang tidak mempertimbangkan persetujuan dari partisipan tidak diperbolehkan ECT tidak mencegah bunuh diri dan untuk sejumlah kecil dapat memicu itu. ECT merupakan intervensi yang cepat dan efektive Ada alternative lain selain ECT misalnya terapi obat dan psikoterapi, namun sulit bagi pasien untuk menolak ECT apabila mereka percaya bahwa ECT adalah satu-satunya jaln menuju kesembuhan.

Hasil ECT masih dipandang controversial bagi masyarakat dan tenaga medis tetap melakukan karena ECT memang efektive dan penderita merasa efek positive setelah ECT meski banyak kritik pada pemberian ECT. Dalam pemberian ECT mempertimbangkan resiko dan keuntuingan. ECT di kalangan medis sering dididskusikan tentang bagaimana prosedur, proses dan efeknya apakah sesuai dengan aturan medis yang sudah berlaku. Para klinisi melakukan pembicaraan hangat untuk meningkatkan pngetahuan tentaang ECT dan menjadikan bukti penyelesaian masalah Orang yang pernah malakukan atau menerima ECT memiliki hak lebih besar dalam memberikan kritik daripada yang tidak terlibat dalam pemberian ECT.

Electroconvulsive therapy in adolescence D. Cohen, M. Flament, O. Taieb, C. Thompson, M. Basauin

ECT bagi orang muda : masalah etika Sikap yang sesuai dari pendekatan etika klinis terhadap masalah pengobatan menantang seperti ECT harus terbuka dan bebas dari prasangka. semua argumen yang mendukung atau menentang ECT harus dinilai atas dasar yang sama dan didiskusikan berdasarkan prinsip-prinsip etika biomedis.

Prinsip Etika Biomedis Prinsip otonomi Prinsip otonomi menyatakan bahwa pasien bersifat mandiri dan dapat memutuskan secara bebas tentang kehidupa dan pengobatan mereka. Aturan ini merupakan warisan dari etika reflection yang mengikuti Holocaust dan percobaan Nuremberg. Hubungan dokter-pasien sekarang dipandang sebagai suatu kemitraan, dan bukan sebagai hubungan ayah anak lagi. Sayangnya, aturan ini sangat susah untuk diterapkan di psikiatri dan pediatri karena pasien dalam keadaan tidak berdaya akibat gangguan mental yang sedang terjadi atau karena usia yang relatif muda.

Prinsip Etika Biomedis Prinsip nonmaleficience Prinsip nonmaleficience menyoroti perlunya melakukan perawatan dengan sedikit mungkin kesalahan. Sebagian besar kritik terhadap penggunaan ECT pada remaja didasarkan pada adanya kemungkinan efek sekunder, khususnya gangguan kognitif. Selain itu, telah bukti bahwa ECT dapat menyebabkan kerusakan otak.

Prinsip Etika Biomedis Prinsip kehati-hatian Prinsip kehati-hatian mengungkapkan bahwa obat harus dipraktekkan dengan hati-hati. Pengetahuan tentang treatmen spesifik perlu terus diperbarui dan percobaab ekperimen seharusnya dihindari jika tanpa persetujuan tenaga profesional dan pasien. Fokus pada praktek pelaksanaan ECTdokter telah membuat standar prantek, prosedur, edukasi pasien, dan informed consent. Prinsip keadilan Justice ( atau ekuitas ) merupakan dimensi penting dalam pertanyaan etis. Dalam konteks indualisme saat ini, prinsip ini yang menyeimbangkan nilali nilai yang berkembang. Anak atau remaja di satu sisi mengalami gangguan mental dan di sisi lain merupakan subyek yang sangat rentan. Kareana hal ini mereka tidak mungkin mendapatkan perhatian yang sama dengan pasien lain.

Hasil isu-isu etika dalam hal ini sangat komplek, konflik dapat diselesaikan dengan analisis kasus per kasus. Pilihan etik pada praktek klinisseharusnya dievaluasi secara empiris sesuai dengan konsekuensi pada pasien. Dalam kondisi pengetahuan saat ini, kami mempertimbangkan ECT sebagai pilihan pengobatan umum pada pasien remaja. Menimbang bahwa kontroversi masih aktif, disarankan rekomendasi berikut: 1. Anak dan psikiater remaja harus memberitahukan tentang literatur tentang ECT. 2. ECT harus diberikan dalam lembaga yang hati-hati dan menghormati pedoman internasional, tentang parameter teknis tertentu dan persetujuan pasien. 3. Meminta second opinion sebelum merekomendasikan ECT pada remaja. 4. Penelitian empiris pada ECT orang muda harus dilaksanakan termasuk dalam penelitian internasional dan laporan semua kasus ECT

Kesimpulan Electroconvulsive therapy (ECT) merupakan terapi dengan aliran listrik ke otak dan memicu kejang singkat. Terapi ECT direkomendasikan apabila pasien pada kondisi parah yang mengancam nyawa dan sudah tidak berespon terhadap intervensi adekuat yang diberikan (seperti depresi mayor, bipolar, bunuh diri akut, depresi psikotik, depresi dengan retardasi/stupor psikomotor hebat, depresi dengan ide bunuh diri yang parah, katatonia, dan episode manik berat yang memanjang). Pemberian ECT sekarang lebih aman daripada dahulu karena dilakukan dengan anestesi dan lebih terkontrol sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar dan meminimalkan resiko. Aspek legal pemberian ECT pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. Bagi tenaga medis terapi ECT dilakukan karena memang terbukti efektif dan pasien merasakan efek positif setelah pemberian ECT. Bagi masyarakat ECT masih dipandang kontroversial.

Saran Perawat jiwa atau pasien yang pernah terlibat dalam terapi ECT diharapkan dapat memberikan kritik membangun dalam pelaksanaan ECT. Perawat diharapkan dapat mengetahui indikasi kategori pasien yang dapat diberikan ECT. Perawat diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penanganan pasien jiwa dengan menggunakan ECT. Perawat diharapkan dapat mendidik masyarakat luas dengan memberikan pengetahuan mengenai pemberian ECT pada pasien jiwa untuk mengurangi kontroversi.

Implikasi Keperawatan Bagi Peneliti Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplor strategi untuk lebih mendalami alasan tenaga professional melakukan ECT atau intervensi medis lain. Tenaga kesehatan mental Adanya training tentang ECT meliputi resiko, manfaat, pandangan dan diharapkan tenaga kesehatan mental dapat membuat katagori mana yang harus diberi ECT atau yang tidak harus diberi ECT Pengguna Jasa kesehatan Membangun pelatihan tentang ECT secara umum sehingga penerima jasa dapat menerima dan mengetahui efek dari dilakukannya ECT.

Daftar pustaka Stuart, G.W. (2007) Buku Saku : Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC George, M.S., Sackeim, H.A., Rush, A.J. (2000) Introduction to Electroconvulsive Therapy. Biological Psychiatry, 26, 611-621. Reti, I. M. (n.d.). In-Depth Report Electroconvulsive Therapy Today, 22 38. Retrivied from http://www.hopkinsmedicine.org/psychiatry/specialty_areas/b rain_stimulation/images/depbulletin407_ect_extract.pdf (15 April 2014) Maixner, D., (2014) Electroconvulsive Therapy Program. Retrivied from http://www.psych.med.umich.edu/ect/ (15 April 2014)