BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya sastra merupakan suatu gambaran dari kehidupan nyata. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibagi menjadi dua aliansi militer, yaitu sekutu dan poros 1. Perang ini

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja seseorang membuat karya sastra. Namun kalau karya tersebut tidak dapat dipahami, dikomunikasikan kepada orang lain, dan hanya dimengerti oleh sastrawannya, maka karya demikian sulit disebut sebagai karya sastra (Sumardjo, 1988: 6-7). Puisi merupakan salah satu bagian dari karya sastra yang populer. Puisi mengekspresikan pemikiran yang dapat membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberikan kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. (Pradopo, 2010: 7). Puisi berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip adalah salah satu puisi Korea yang mencerminkan kondisi masyarakat setelah Gerakan Revolusi Gwangju seperti konflik dalam masyarakat, tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dan perasaan mereka atas terjadinya peristiwa berdarah pro-demokrasi. Puisi ini 1

2 dapat mengingatkan kembali tentang sejarah demokratisasi Korea Selatan yang mengalami peristiwa pemberontakan yang membuat masyarakat Korea Selatan mengalami kondisi sulit. Gi Hyeong Do adalah seorang penyair modern Korea yang melahirkan puisi populer bertemakan kritik sosial, kematian, kesepian dan keputusasaan. Puisi berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip yang diciptakan pada tahun 1989, tepat pada tahun kematiannya, menjadi populer di seluruh Korea bahkan di dunia. Puisi tersebut diterbitkan pada bulan Mei 1989, tepat dua bulan setelah kematiannya pada 7 Maret 1989. Pada puisi tersebut, Gi Hyeong Do memberikan gambaran tentang kedukaan yang dirasakan oleh masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju di tahun 1980 yang berujung dengan pembunuhan massal yang dilakukan oleh pasukan militer Korea Selatan dan gerakan demokratisasi setelahnya seperti Gerakan Demokratisasi Juni 1987 yang menutup masa pemerintahan militer dan otoriter di Korea Selatan (http://thethreewisemonkeys.com/2010/05/17/gihyeongdoamisunderstoodmod erngaykoreanpoet/). Gerakan Revolusi Gwangju merupakan peristiwa paling tragis dalam sejarah Korea yang terjadi di Gwangju, Korea Selatan pada Mei 1980. Peristiwa ini terjadi karena pemberontakan rakyat Gwangju yang menentang pemerintahan otoriter presiden Chun Doo Hwan yang memimpin Korea Selatan pada masa itu dan mengambil kekuasaan atas kota. Banyak warga sipil yang disiksa dan dibunuh secara kejam oleh pasukan militer Korea Selatan (http://eng.518.org/ease/menu.es?mid=a50202000000). Puisi berjudul Ip

3 Sogeui Geomeun Ip menggambarkan peristiwa demokratisasi setelah Gerakan Revolusi Gwangju yang menjadi salah satu tolak ukur demokratisasi di Korea Selatan. Gerakan Revolusi Gwangju menjadi tolak ukur demokrasi karena gerakan ini memberi dampak sangat besar bagi perjuangan masyarakat Korea untuk meraih demokrasi. setelah gerakan ini berakhir, masyarakat Korea masih terus berusaha untuk meraih demokrasi dengan melakukan gerakan demokratisasi lainnya hingga tahun 1990-an. Puisi ini mengungkapkan ketakutan yang dirasakan oleh masyarakat Korea setelah terjadinya gerakan Revolusi Gwangju dan gerakan demokratisasi lain yang mengikutinya. Ratna (2003:23) menyatakan bahwa karya sastra, melalui medium bahasa figuratif konotatif memiliki kemampuan yang jauh lebih luas dalam mengungkapkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Karya sastra bukan semata-mata fiksi. Sesuai dengan hakikatnya, fiksi diperoleh melalui pemahaman total mengenai fakta. Di sinilah terjadi silang sengketa pertama antara hakikat faktual dan fiksional, yang dilanjutkan dalam antarhubungan yang kedua, yaitu dalam analisis sosiologi sastra. Fakta sosial diperoleh melalui pengalaman langsung, dibatasi oleh ruang dan waktu tertentu. Dalam hubungan inilah analisis sosiologi sastra mesti ditopang oleh konsep, data, dan ilmu-ilmu bantu tertentu. Kondisi rakyat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dalam puisi berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip dipilih sebagai objek penelitian adalah karena keunikan puisi-puisi yang ditulis oleh Gi Hyeong Do yang sebagian karyanya bertemakan kesedihan, perlawanan serta rasa takut. Hal yang membedakan

4 puisi ini dengan puisi lain dengan tema yang sama adalah rasa takut yang dirasakan oleh masyarakat Korea pada saat itu digambarkan oleh penyair melalui sebuah perumpamaan yang dapat menimbulkan pengertian yang beragam bagi setiap pembacanya. Saat membaca karya sastra tersebut, pembaca dapat menemukan fakta dan fiksi yang diungkapkan dalam tiap baris puisi tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a) Bagaimana gambaran kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju? b) Bagaimana representasi kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dalam puisi Ip Sogeui Geomeun Ip karya Gi Hyeong Do? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : a) Untuk mengetahui gambaran kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju.

5 b) Untuk mengetahui representasi kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dalam puisi Ip Sogeui Geomeun Ip karya Gi Hyeong Do. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis, antara lain: a) Manfaat Teoretis: - Memberikan pengetahuan atau wawasan tentang penggunaan kajian sosiologi sastra pada puisi Korea. - Sebagai sumber informasi untuk aplikasi teori kajian sosiologi sastra pada puisi Korea. b) Manfaat Praktis: - Hasil penelitian dapat menambah referensi baru tentang kajian sosiologi sastra untuk bahan pembuatan makalah atau karya tulis bagi pembaca. - Pembaca dapat memahami fakta dan fiksi serta kritik sosial yang terdapat dalam puisi Korea. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan referensi berupa skripsi yang ditulis oleh Norwegia Sinaga (2012) dari jurusan Bahasa Korea yang berjudul Realita Masyarakat Korea pada Masa Penjajahan Jepang dalam Antologi Puisi Buat

6 Rakyat Indonesia: Pendekatan Sosiologi Sastra. Penelitian ini menganalisis tentang hubungan unsur kepuitisan dengan kenyataan yang dialami rakyat Korea pada masa penjajahan Jepang dengan pendekatan sosiologi sastra. Kemudian Nyoman Mirah Trinipastika (2013) pernah melakukan penelitian yang berjudul Modernisasi di Korea: Kajian Sosiologi Sastra dalam film The Way Home. Penelitian ini menganalisis penggambaran modernisasi di Korea melalui film dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. Penelitian lain tentang penggunaan sosiologi sastra juga telah dilakukan oleh Uli Damaianti (2013) yang berjudul Representasi Kehidupan Masyarakat Korea pada masa Perang Korea (1950-1953) dalam Sajak-sajak karya 박인환 (Park In Hwan): Kajian Sosiologi Sastra. Dalam skripsi ini, penulis menganalisis tentang kehidupan rakyat Korea pada masa Perang Korea yang digambarkan lewat sajak-sajak karya Park In Hwan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pada penelitian sebelumnya, pendekatan sosiologi sastra juga telah digunakan dalam menganalisis puisi, novel atau film. Jika menganalisis novel atau film menggunakan sosiologi sastra, bentuk representasi dan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat yang ada dalam karya sastra dapat lebih mudah dianalisis melalui dialog atau narasi. Akan tetapi, penggunaan sosiologi sastra dalam menganalisis puisi terlebih dahulu harus memahami puisi tersebut dan menemukan makna dari perumpamaan atau kiasan yang

7 digunakan pada puisi tersebut. Penelitian ini akan mengkaji kondisi yang dialami masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju yang digambarkan dalam puisi karya Gi Hyeong Do. 1.6 Landasan Teori Pada penelitian ini, objek penelitian berupa puisi Korea karya Gi Hyeong Do yang berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip akan dianalisis menggunakan teoriteori yang telah dikumpulkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu sosiologi sastra. Teori pendekatan sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk menganalisis unsur-unsur puisi yang menggambarkan keadaan masyarakat Korea yang terkandung dalam puisi karya Gi Hyeong Do baik dari sudut pandang penulis, pembaca atau karya sastra itu sendiri. Dalam penelitian ini, sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju. Alasan penulis puisi Ip Sogeui Geomeun Ip yaitu Gi Hyeong Do membuat karya tersebut juga dapat diteliti lewat pendekatan tersebut dilihat dari sosiologi pengarang. Melalui unsur puisi yang ada, penggambaran kondisi sosial yang terjadi dalam masyarakat Korea Selatan dapat dianalisis dengan menggunakan kajian sosiologi sastra dan teori-teori yang berhubungan dengan sastra dan masyarakat. Watt (dalam Damono, 1979:4) mengemukakan bahwa sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat. Apa yang tersirat dalam

8 karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. Sebuah karya sastra yang diciptakan oleh pengarang tidak terlepas dari kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Pengarang menggambarkan kembali keadaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat lewat kata-kata dan nantinya menjadi data-data atau bukti-bukti yang dapat digunakan untuk mengungkapkan sejarah kondisi sosial masyarakat tertentu. Menurut Ratna (2003: 18), sosiologi sastra, dengan menggabungkan dua disiplin yang berbeda, sosiologi dan sastra, secara harfiah mesti ditopang oleh dua teori yang berbeda, yaitu teori-teori sosiologi dan teori-teori sastra. Teoriteori sosiologi yang dapat menopang analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik seperti kelompok sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial, institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial, konflik sosial, kesadaran sosial, mobilitas sosial, dan sebagainya. Menurut Wellek dan Warren (1989: 111), hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat yang bersifat deskriptif dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra.

9 2. Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. 3. Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut, bagian yang digunakan dalam penelitian ini adalah isi dari karya sastra dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah sosial. Alasan pemilihan hubungan ini adalah penggambaran kondisi sosial atau masalah sosial dapat diteliti lebih jelas melalui isi karya sastra, tujuan atau hal lain yang berkaitan dengan masalah yang tersirat dalam karya tersebut. Hauser (1985: 89) memberikan kemungkinan bahwa sesungguhnya karya seni sastra lebih banyak dipengaruhi oleh masyarakat, daripada mempengaruhinya. Dijelaskan juga bahwa kontradiksi ini sama sekali tidak mengurangi nilai-nilai seni. Dalam puisi Ip Sogeui Geomeun Ip karya Gi Hyeong Do ini dapat diketahui bahwa karya seni ini memang dipengaruhi oleh masyarakat, yaitu dari kondisi sosial yang dialami masyarakat Korea dan juga dirasakan sendiri oleh penulis puisi tersebut. Dalam hubungan antara karya sastra dengan kenyataan, Teeuw (1984: 228) menjelaskan bahwa karya sastra lahir dari peneladanan terhadap kenyataan, tetapi sekaligus juga model kenyataan. Bukan hanya sastra yang meniru kenyataan, tetapi sering kali juga terjadi sebuah norma keindahan yang diakui masyarakat tertentu yang terungkap dalam karya seni, yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur untuk kenyataan. Pada puisi Korea yang akan diteliti ini, kenyataan yang digambarkan lewat kata-kata puitis menjadikan puisi ini sebuah cerminan dari keadaan yang pernah terjadi pada masyarakat Korea

10 pascagerakan Revolusi Gwangju. Puisi Korea karya Gi Hyeong Do yang berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip menjadi tolak ukur sejarah masyarakat Korea sekaligus kritik sosial terhadap pemerintah pada masanya. Dalam penelitian ini, kajian yang paling tepat untuk menganalisis representasi kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dalam puisi Korea karya Gi Hyeong Do yang berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip adalah teori sosiologi karya sastra yang lebih mengarah kepada karya sastra sebagai cermin masyarakat dan menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. (Wiyatmi, 2013: 45) Perlawanan dan ketakutan yang tersirat dalam puisi merupakan gambaran masyarakat terhadap kondisi sosial yang terjadi pada saat itu. Dengan menggunakan kajian tersebut, puisi dapat dianalisis lewat sudut pandang sastra itu sendiri. Representasi kondisi masyarakat Korea dalam puisi juga dapat diteliti secara lebih mendalam dengan terlebih dahulu mengartikan simbol, bahasa kiasan dan unsur puisi hingga selanjutnya dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2006: 5), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,

11 misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, objek penelitian yaitu puisi berjudul Ip Sogeui Geomeun Ip bersumber dari buku kumpulan puisi karya Gi Hyeong Do dengan judul yang sama yaitu Ip Sogeui Geomeun Ip ( 입속의검은잎 ). Puisi ini dipilih menjadi objek penelitian karena penggunaan diksi atau pilihan kata yang sederhana dan lugas sehingga dapat dianalisis dengan lebih mudah dan setiap bait dapat diteliti dengan berbagai sudut pandang. Data yang digunakan adalah unsur-unsur puisi yang mengemukakan gambaran kondisi rakyat Korea dalam puisi, Gerakan Revolusi Gwangju, Gerakan Demokratisasi Juni serta bahan kepustakaan seperti buku, artikel, dan bahan lainnya yang mampu memberikan informasi yang menunjang penelitian ini. 1.7.2 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah kajian sosiologi sastra. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, gambaran kondisi rakyat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dan nilainilai sosial yang terkandung dalam puisi tersebut dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang.

12 Dalam menganalisis data penelitian, diperlukan proses-proses sebagai berikut : Membaca dan memahami puisi Meromanisasi puisi Menerjemahkan puisi ke bahasa Indonesia Membuat uraian tentang gambaran kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju Memilih unsur kepuitisan yang merepresentasikan kondisi masyarakat Korea pada masa tersebut Menjelaskan unsur puisi yang mengemukakan gambaran kondisi masyarakat Korea Membuat kesimpulan Dalam menganalisis data-data penelitian, diperlukan langkah-langkah kerja seperti berikut ini : a) Tahap pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, dipilih puisi karya Gi Hyeong Do dan data-data terkait karya tersebut. b) Setelah memilih karya dan mengumpulkan data terkait objek penelitian, puisi dibaca dan dipahami.

13 c) Puisi yang telah dibaca kemudian diromanisasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. d) Kemudian membuat uraian tentang gambaran kondisi rakyat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju. e) Tahap selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu memilih unsur kepuitisan yang menggambarkan kondisi rakyat Korea, kemudian menjelaskan unsur puisi yang mengemukakan gambaran kondisi masyarakat Korea dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. f) Setelah itu membuat simpulan dari hasil penelitian. 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I yaitu pendahuluan berisi latar belakang masalah yang membahas alasan memilih sebuah objek yang akan diteliti yaitu gambaran kondisi masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dalam puisi Ip Sogeui Geomeun Ip karya Gi Hyeong Do dan kajian yang digunakan yaitu sosiologi sastra, rumusan masalah yang berisi masalah atau hal-hal yang akan diteliti, tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan dari penelitian, manfaat penelitian yang menjelaskan manfaat teoretis dan manfaat praktis yang didapatkan dari penelitian ini. Selanjutnya tinjauan pustaka yang membahas tentang referensi yang terkait atau berhubungan dengan objek penelitian atau kajian yang digunakan dalam penelitian dan landasan teori yang menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis penelitian serta alasan penggunaan teori yang tepat untuk meneliti karya sastra

14 dan sistematika penyajian yang menyajikan garis besar dari keseluruhan isi penelitian. Bab II menjelaskan tentang penggambaran kondisi masyarakat Korea berdasarkan latar belakang peristiwa Gerakan Revolusi Gwangju pada tahun 1980 dan gerakan demokratisasi yang terjadi setelahnya. Bab ini akan membahas tentang konflik masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju dan gerakan perlawanan masyarakat Korea terhadap pemerintahan otoriter pascagerakan Revolusi Gwangju. Pada bab III terdapat analisis tentang representasi pemberontakan masyarakat Korea pascagerakan Revolusi Gwangju pada puisi Ip Sogeui Geomeun Ip karya Gi Hyeong Do menggunakan kajian sosiologi sastra. Bab tersebut akan membahas tentang hubungan unsur-unsur dalam puisi tersebut yang dapat menggambarkan keadaan masyarakat Korea setelah Gerakan Revolusi Gwangju terjadi. Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.