PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA ARTIKEL PENELITIAN OLEH: MAYA OKTARI F

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD: AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA MATERI HIDROLISIS GARAM

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HANDS-ON TEKNIK GUIDED WORKSHEET ACTIVITY TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SMP

PENGARUH STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA MATERI HIDROKARBON TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN MTsN 2 PONTIANAK

PENGARUH TEKNIK TALKING CHIPS TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI KOLOID DI SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STM (SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH

Vol. 5 No. 1, Februari 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LAERNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN 04 RASAU JAYA

PENGARUH PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DI SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI ASAM BASA DI SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE (QSH) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KOLOID

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENGARUH MODEL ADVANCE ORGANIZER TIPE COMPARATIVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA MATERI LARUTAN PENYANGGA

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SMA NEGERI 3 SINGKAWANG

PENERAPAN METODE PROYEK BERBANTUAN LKS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMA PANCA BHAKTI PONTIANAK

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA

STRATEGI REACT DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

PENERAPAN PEMBELAJARAN POE DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI Ksp

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

PENGARUH PENDEKATAN MODIFICATION OF RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI REDOKS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA KOPERASI PONTIANAK

PENGARUH MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON ELEKTROLIT DI SMA

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 PONTIANAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR METODE RESITASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS XII IPS

PENGARUH MODEL COOPERATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN ARTIKEL PENELITIAN.

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TSTS BERBASIS MIND MAPPING PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH STRATEGI INQUIRING MINDS WANT TO KNOW TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA SMA ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : EKA APRILIA PUTRI NIM F

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH TEKNIK PERMAINAN BINGO PADA MATERI KONSEP MOL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI DI SMA

PENGARUH GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN PENDEKATAN VAK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

PENGARUH MULTIMEDIA BERBASIS MIND MAPPING TERHADAP HASIL DAN RETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROKARBON

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI STRUKTUR ATOM

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH MODEL PENCOCOKAN KARTU INDEKS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

Fathma Fitriani 1, Jimmi Copriady 2, Lenny Anwar 3

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA MATERI REDOKS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENYEDIAAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN KONSEP SISWA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP. (Artikel) Oleh DEWI OKTARIA

Key words: CIRC models, pictures media, learning achievement, human excretory system

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

*Korespondensi, tel : ,

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH U. SISWANTO NIM F

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Nuriah Habibah*, Erviyenni**, Susilawati*** No.

PENGARUH VIDEO-ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 5 PONTIANAK PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Positive Reinforcement, Struktur Atom

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

Kata-kata kunci: minat belajar, hasil belajar aspek kognitif, metode konvensional, media video. Abstract

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI KELAS XI SMA ARTIKEL PENELITIAN. Oleh:

PENGGUNAAN KARTU DOMINO KIMIA PADA MATERI KOLOID TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DI SMA

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SISTEM GERAK MANUSIA DI SMP

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

PENGARUH PEMBERIAN DIRECT CORRECTIVE FEEDBACK PADA PEKERJAAN RUMAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TGT BERBANTUAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA MTS

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ICE BREAKER TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA MATERI KOLOID ARTIKEL PENELITIAN OLEH

Abstract. Key words: video demonstration, cognitive aspects of learning achivements and attitudes.

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

Vol. 6 No. 1, Februari 2018 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA ARTIKEL PENELITIAN OLEH: MAYA OKTARI F02110004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA Maya Oktari, Erlina, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email : mayaoktarie18@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional serta untuk mengetahui besarnya pengaruh model pembelajaran siklus belajar 5E terhadap hasil belajar siswa pada materi kesetimbangan kelarutan kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri dari soal pretest dan posttest. Hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Nilai effect size yang diperoleh menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar 5E memberikan pengaruh sebesar 27,34% terhadap hasil belajar siswa. Kata Kunci: Siklus belajar 5E, hasil belajar Abstract: The aim of this research are defining the differences in learning outcomes between students who taught using 5E learning cycle model with students who taught using conventional learning models, and defining the influence of 5E learning cycle model on learning outcomes of students in the equilibrium solubility material on class XI SMA Negeri 8 Pontianak. Purposive sampling technique was used to determine samples of the research. Based on the technique there were obtain two classes which are class XI IPA 1 as experiment class and class XI IPA 3 as control class. The research method that used was quasi experimental design along with nonequivalent control group design as framework. Data collection tools that are used consists of pretest and posttest. Data analysis showed that there ware discrepancy in learning outcomes between students who are taught using the 5E learning cycle model with students who are taught using conventional learning models. The values of effect size indicate that 5E learning cycle model by 27,34% effect on learning outcomes. Keywords: 5E Learning Cycle, outcomes learning 1

P embelajaran adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa (Firdaus, 2012). Siswa sebagai subjek belajar diharapkan dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai dari peranannya dalam pembelajaran sehingga guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa. Menurut Wena (2009) kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan seorang guru agar dapat mendorong aktivitas siswa sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa dan akan berpengaruh dalam peningkatan prestasi (Yudiana, 2011). Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru hendaknya dapat menciptakan interaksi baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, mencakup semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia bertujuan agar peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitan dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Selam ini kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Faktor penyebab kesulitan belajar kimia antara lain sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak dan kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan metode dan menggunakan model pembelajaran (Ashadi, 2009). Metode dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar sangat berperan dalam keberhasilan pembelajaran. Menurut Trianto (2010), proses pembelajaran konvensional yang dominan dilakukan oleh guru mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di SMA Negeri 8 Pontianak pada tanggal 04 Februari 2014, diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yang pernah dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab dan diskusi. Guru mengatakan lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi karena lebih mudah dilakukan dan lebih efektif dari segi penggunaan waktu. Model pembelajaran konvensional yang diterapkan guru dapat membuat siswa kurang termotivasi sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Negeri 8 Pontianak pada tanggal 04 Februari 2014 diperoleh informasi bahwa salah satu materi pelajaran kimia dengan rata-rata ketuntasan hasil belajar siswanya rendah serta sulit dipahami oleh siswa adalah materi kesetimbangan kelarutan. Menurut guru ada dua hal yang menjadi penyebab kesulitan yang dialami siswa yaitu 1) materi pelajaran yang sebagian besar hitungan; 2) diperlukan konsep prasyarat seperti konsep mol dan stoikiometri untuk memahami konsep kesetimbangan kelarutan. Berdasarkan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar dan model pembelajaran yang digunakan guru. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi dalam memecahkan permasalahan pembelajaran kimia di SMA Negeri 8 Pontianak. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar yang berorientasi 2

pada pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) karena siswa dituntut berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Model Siklus Belajar merupakan rangkaian fase-fase kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Kulsum, 2011). Menurut Bybee et al (2006) model Siklus Belajar 5E terdiri atas lima fase yang saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu: engagement, exploration, explaination, elaboration, dan evaluation. Fase-fase dalam model Siklus Belajar 5E memiliki fungsi khusus untuk menyumbang proses belajar sehingga mendukung tercapainya pemahaman konsep. Pada prinsipnya, seluruh rangkaian penerapan model siklus belajar adalah membantu siswa untuk membangun pengetahuan yang baru dengan membuat perubahan secara konseptual melalui interaksi dengan lingkungan dan dunia nyata agar siswa terlibat secara langsung saat proses pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Dogru dan Tukaya, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model siklus belajar 5E dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Ria Yuli Susanti dkk (2012) diperoleh bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC 5-E memiliki nilai rata-rata hasil belajar lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori. Penelitian Ni Putu Sri Ratna Dewi (2012) pada siswa SMAN 1 Sawan, menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan siklus belajar lebih tinggi daripada nilai rata-rata pemahaman konsep siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Penelitian Budi Utami dkk (2013) menunjukkan peningkatan minat siswa dan hasil belajar kognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Bentuk desain eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experimental design. Bentuk desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent control group design Tabel 1 Pola Nonequivalent Control Group Desain Kelas Pretest Perlakuan Postest E O 1 X 1 O 2 K O 3 X 2 O 4 (Sugiyono, 2011) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak yang diajar oleh guru yang sama dan belum mendapatkan materi kesetimbangan kelarutan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan sampel. Hasil diskusi dengan guru kimia SMA Negeri 8 Pontianak bahwa terdapat dua kelas yang telah menyelesaikan materi pada bab 3

asam basa sehingga dua kelas tersebut dapat melanjutkan materi kesetimbangan kelarutan, maka setelah pengundian dipilih Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan angket motivasi belajar. Pengolahan data hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan skor terhadap jawaban siswa kemudian dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows. Analisis pengaruh penggunaan model pembelajaran siklus belajar 5E terhadap hasil belajar menggunakan rumus effect size: = (Sutrisno, 2011) Keterangan: ES : Effect Size M E : Mean kelas eksperimen M K : Mean kelas kontrol SD K : Standar deviasi kelas kontrol HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Ketuntasan hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di Kelas Eksperimen Nilai Pretest Posttest Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 0 33 26 7 Persentase (%) 0% 100% 78,8 % 21,2 % Rata-Rata Nilai 16,7 81,2 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat ketuntasan siswa meningkat sebanyak 26 siswa (78,8%) dengan KKM 76. Tabel 3 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di Kelas Kontrol Pretest Posttest Nilai Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 0 29 18 11 Persentase (%) 0% 100% 62,1 % 37,9 % Rata-Rata Nilai 16,2 76,3 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat ketuntasan siswa meningkat sebanyak 18 siswa (62,1%) dengan KKM 76. 4

Tabel 4 Uji Statistik Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Nilai Kelas Uji Normalitas Nilai Sig. Test Ket Uji U-Mann Whitney Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) Nilai Sig. Test Nilai Sig. Shapiro- Wilk 0,000 0,05 Tidak Eksperimen 0,540 0,05 0,000 < 0,05 normal Ho Pre-test 0,000 0,05 Tidak diterima Kontrol 0,540 > 0,05 0,000 < 0,05 normal 0,026 0,05 Tidak Eksperimen 0,033 0,05 Posttest 0,04 0,05 Tidak diterima 0,026 < 0,05 normal Ha Kontrol 0,033 < 0,05 0,04 < 0,05 normal Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan dengan effect size menunjukkan bahwa oleh Model Pembelajaran Siklus Belajar 5E memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,75 dengan kategori sedang. Jika dibandingkan dengan Tabel Z maka penggunaan model pembelajaran Siklus Belajar 5E pada materi kesetimbangan kelarutan memberikan pengaruh sebesar 27,34% terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak. Pembahasan Hasil belajar yang diperoleh kedua kelas, dapat diamati perbandingan nilai pretest dan posttest. Hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa di kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest siswa di kelas eksperimen 81,2 (Tabel 2) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata posttest di kelas control 76,3 (Tabel 3). Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 64,5 dan pada kelas kontrol terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 60,1. Perbedaan hasil belajar siswa pada kedua kelas ini disebabkan oleh perlakuan yang berbeda dalam proses pembelajaran di dua kelas tersebut. Pada kelas kontrol di ajar dengan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran siklus belajar 5E. Siklus belajar 5E memiliki 5 fase yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation. Fase engagement bertujuan membangun motivasi dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Pada fase ini guru menyampaikan apersepsi dengan menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase exploration siswa diberi kesempatan untuk membangun konsep yang dipikirkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan untuk menjawab Ket Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa Terdapat perbedaan hasil belajar 5

pertanyaan di LKS secara berkelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk memikirkan konsep dan jawaban di LKS dengan pengamatan serta berdasarkan literatur. LKS yang dibagikan kepada siswa berisi petunjuk untuk melaksanakan praktikum dan soal pemahaman untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. LKS yang diberikan berfungsi untuk membimbing siswa dalam mengkonstuk pengetahuannya. Tahap exploration dilakukan dengan melakukan pengamatan agar siswa dapat belajar secara langsung dan mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka. Hal ini sejalan dengan paradigma konstruktivistik dimana belajar dimaknai sebagai proses aktif siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007). Pada fase explanation guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelas berdasarkan hasil yang diperoleh pada fase exploration. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan konsep-konsep dengan mempresentasikan LKS yang telah dikerjakan. Peran guru adalah menguatkan dan meluruskan konsep siswa apabila terjadi kesalahpahaman sehingga siswa dapat memahami materi berdasarkan konsep mereka dan penguatan yang guru berikan. Hal ini tidak dilakukan pada kelas kontrol dimana pada kelas kontrol guru yang membahas hasil pengamatan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan. Pada fase elaboration bertujuan untuk memperluas konsep siswa terhadap materi yang dipelajari dalam situasi yang berbeda. Pada fase ini guru menginstruksikan siswa untuk melakukan praktikum kembali yang terdapat dalam LKS lanjutan. Berbeda dengan pembelajaran di kelas kontrol, dimana siswa di kelas kontrol diminta untuk menyelesaikan soal pemahaman yang terdapat dalam LKS dengan tujuan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari yang kemudian soal tersebut dibahas oleh guru di depan kelas. Fase evaluation bertujuan untuk menguji pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pada fase ini siswa diberikan soal yang harus dikerjakan secara individu. Hal ini tidak dilakukan pada kelas kontrol sehingga siswa di kelas kontrol tidak dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran pada kedua kelas diuraikan sebagai berikut: a. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen Pertemuan 1 (1) Kegiatan pendahuluan Fase 1 : fase engagement Pada fase ini guru terlebih dahulu mengucapkan salam kepada siswa, memeriksa kehadiran siswa dan memperhatikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Setelah semua siswa siap untuk belajar, guru menginformasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan yaitu siklus belajar 5E. Guru memberikan apersepsi dengan menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan seharihari. Apersepsi yang diberikan guru dengan cara mendemonstrasikan di depan kelas dengan melarutkan garam dalam jumlah yang cukup banyak ke dalam gelas kimia yang berisi air dengan volume tertentu. Apersepsi yang disampaikan guru ternyata dapat menarik perhatian siswa dimana siswa sangat antusias memperhatikan guru saat menyampaikan apersepsi 6

(Lampiran C-19). Kemudian guru memberikan pertanyaan mengapa garam tidak dapat larut seluruhnya. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan dari guru dengan jawaban karena jumlah garam yang terlalu banyak, volume airnya terlalu sedikit dan karena ada batas larutnya. Menurut Ruhimat (2012), apersepsi dapat membangkitkan motivasi dan perhatian siswa terhadap suatu pengajaran. Hal ini didukung pula dengan hasil angket motivasi belajar pada pernyataan positif no-7 dengan persentase persetujuan 77,27% yang menandakan bahwa apersepsi yang disampaikan guru menarik perhatian siswa untuk belajar kimia. Dari apersepsi yang disampaikan guru, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran yang akan disampaikan. Guru memotivasi siswa dengan mengatakan bahwa siswa akan mudah memahami materi yang akan dipelajari jika siswa benar-benar memperhatikan dan terlibat aktif dalam pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Fase 2: exploration Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan 3 buah LKS untuk masing-masing kelompok. LKS yang diberikan berisi petunjuk untuk melaksanakan praktikum dan soal pemahaman untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk melaksanakan praktikum sesuai prosedur kerja yang terdapat dalam LKS I. LKS I berisi sub materi hubungan Ksp dengan kelarutan. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan praktikum, guru menugaskan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS I. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Pada fase ini suasana kelas cukup kondusif karena seluruh siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing walaupun ada beberapa siswa yang sibuk sendiri saat diskusi kelompok (Lampiran C-19). Kemudian guru menegur siswa yang tidak aktif dalam diskusi kelompoknya. Guru berperan sebagai fasilitator yang memonitoring kegiatan masing-masing kelompok karena guru membantu siswa untuk memahami konsep yang belum jelas pada LKS. Pada hasil observasi terlihat saat diskusi berlangsung siswa sangat antusias melakukan diskusi bersama kelompoknya (Lampiran C-19). Menurut Rohayati (2012), pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi merupakan salah satu pendekatan belajar mengajar yang membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Hal ini didukung dengan hasil angket motivasi belajar pada pernyataan no-5 dengan persentase ketidaksetujuaan sebesar 78,03 yang menandakan bahwa kegiatan diskusi membantu siswa memahami materi. Fase 3 : explanation Guru menunjuk salah satu siswa perwakilan kelompok secara acak untuk menjelaskan hasil diskusinya di depan kelas. Ada 2 orang siswa yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas. Siswa pertama menjelaskan tentang soal pemahaman yang terdapat dalam LKS I. Siswa yang 7

ditunjuk terlihat sangat bersemangat saat menjelaskan hasil diskusi kelompoknya (Lampiran C-19). Hal ini dapat dilihat dari hasil angket motivasi belajar pada pernyataan n0-10 dengan persentase persetujuan 81,82% yang menandakan bahwa siswa berani untuk maju ke depan kelas. Pada fase ini guru berperan meluruskan kesalahan konsep yang terjadi. Fase 4: Elaboration Pada fase ini siswa kembali melaksanakan praktikum sesuai prosedur kerja yang terdapat dalam LKS II tentang hubungan ph dengan harga Ksp. Guru meminta siswa menyelesaikan soal yang terdapat dalam LKS II untuk memperluas konsep siswa dengan berdiskusi bersama kelompoknya. Fase 5: evaluation Pada fase ini guru memberikan soal untuk mengecek pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Soal yang diberikan kemudian dikerjakan siswa secara individu. (3) Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari hari ini. Siswa terlihat sangat antusias dalam menyimpulkan pembelajaran. Kemudian siswa ditugaskan untuk membaca materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan 2 (1) Kegiatan Pendahuluan Fase 1: Engagement Pada fase ini guru terlebih dahulu mengucapkan salam kepada siswa, memeriksa kehadiran siswa dan memperhatikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Setelah semua siswa siap untuk belajar, guru menginformasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan yaitu model siklus belajar 5E. Guru memberikan apersepsi dengan mendemonstrasikan di depan kelas dengan melarutkan PbCrO 4 dalam aquades dan larutan PbCrO 4 dalam larutan Na 2 CrO 4. Guru meminta siswa memperhatikan dan membandingkan kedua larutan tersebut. Kemudian guru bertanya kepada siswa mengapa endapan yang terbentuk berbeda dalam kedua tabung. Sebagian siswa menjawab karena larutan PbCrO 4 berada dalam larutan yang berbed. Guru mengatakan bahwa siswa akan mengetahui lebih jelas setelah mengikuti pelajaran hari ini. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Fase 2: exploration Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan 3 buah LKS untuk masing-masing kelompok. LKS yang diberikan berisi petunjuk untuk melaksanakan praktikum dan soal pemahaman untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk melaksanakan praktikum sesuai prosedur 8

kerja yang terdapat dalam LKS III. LKS III berisi sub materi pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan praktikum, guru menugaskan siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS III. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya. Pada fase ini suasana kelas cukup kondusif karena seluruh siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing. Guru berperan sebagai fasilitator yang memonitoring kegiatan masing-masing kelompok. Pada saat diskusi berlangsung terlihat siswa sangat antusias melakukan diskusi bersama kelompoknya. Fase 3 : explanation Guru menunjuk salah satu siswa perwakilan kelompok secara acak untuk menjelaskan hasil diskusinya di depan kelas. Ada 2 orang siswa yang ditunjuk untuk maju ke depan kelas. Siswa pertama menjelaskan tentang praktikum yang telah dilakukan. siswa kedua menjelaskan tentang soal pemahaman yang terdapat dalam LKS III. Pada fase ini guru berperan meluruskan kesalahan konsep yang terjadi. Fase 4: elaboration Pada fase ini siswa kembali melaksanakan praktikum sesuai prosedur kerja yang terdapat dalam LKS IV. Guru meminta siswa menyelesaikan soal yang terdapat dalam LKS IV untuk memperluas konsep siswa dengan berdiskusi bersama kelompoknya. Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil diskusinya. Fase 5: evaluation Pada fase ini guru memberikan soal untuk mengecek pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Soal yang diberikan kemudian dikerjakan siswa secara individu. (3) Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari hari ini. Kemudian guru memotivasi siswa untuk mengingat kembali pembelajaran di rumah agar bisa menjawab soal posttest yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. b. Proses pembelajaran di kelas kontrol Pertemuan 1 (1) Kegiatan pendahuluan Kegiatan awal yang dilakukan guru berupa persiapan kondisi belajar yang kondusif. Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memperhatikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Setelah semua siswa siap untuk menerima pelajaran, kemudian guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari. Guru memberikan apersepsi dengan mendemonstrasikan di depan kelas dengan melarutkan garam dalam jumlah yang cukup banyak ke dalam gelas yang berisi air dengan volume tertentu. Guru meminta siswa memperhatikan apa yang terjadi dan kemudian guru bertanya mengapa 9

garam tidak dapat larut semua. Beberapa siswa mengangkat tangan untuk menjawab, kemudian guru menunjuk siswa-siswa tersebut untuk menjawab. Siswa menjawab karena garam yang dimasukkan terlalu banyak jumlahnya, volume air terlalu sedikit dan pengadukannya kurang lama. Guru mengatakan bahwa siswa akan mengetahui lebih jelas setelah mengikuti pelajaran hari ini. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Eksplorasi Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang telah dibuat sebelumnya. Guru membagikan 3 buah LKS untuk masing-masing kelompok. Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja yang tertera dalam LKS. Setelah selesai praktikum siswa diminta untuk menjawab soal analisis hasil praktikum yang terdapat dalam LKS. Setelah semua kelompok selesai kemudian guru menjelaskan dan membahas bersama siswa hasil praktikum yang telah dilakukan. setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Namun tidak ada siswa yang bertanya. Elaborasi Guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan soal pemahaman yang terdapat dalam LKS. Siswa dituntut untuk menggunakan pengetahuan mereka dalam menyelesaikan soal karena dalam soal terdapat petunjuk untuk menjawab soal di setiap langkahnya. Salah satu siswa maju ke depan untuk menanyakan apakah jawaban yang dikerjakan sudah benar atau belum. Setelah guru periksa jawaban sudah benar. Terdapat beberapa siswa yang belum mengerjakan dan tampak bergurau bersama teman sekelompoknya, kemudian guru mendatangi siswa agar segera menyelesaikan soal. Guru membimbing siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan. Konfirmasi Guru meminta salah satu siswa untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis. namun tidak ada siswa yang berani untuk maju ke depan kelas sehingga guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke depan kelas dan menuliskan jawabannya di papan tulis. Setelah itu,guru membahas soal bersama-sama dengan siswa agar tidak terjadi kesalahan konsep dalam menerima pelajaran. (3) Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari hari ini. Siswa terlihat antusias dalam menyimpulkan pembelajaran. Kemudian siswa ditugaskan untuk membaca materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan 2 (1) Kegiatan pendahuluan 10

Kegiatan awal yang dilakukan guru berupa persiapan kondisi belajar yang kondusif. Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memperhatikan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Setelah semua siswa siap untuk menerima pelajaran, kemudian guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari. Guru memberikan apersepsi dengan mendemonstrasikan di depan kelas dengan melarutkan PbCrO4 dalam aquades dan larutan PbCrO4 dalam larutan Na2CrO4. Guru meminta siswa memperhatikan dan membandingkan kedua larutan tersebut. Kemudian guru bertanya kepada siswa mengapa endapan yang terbentuk berbeda dalam kedua tabung. Guru mengatakan bahwa siswa akan mengetahui lebih jelas setelah mengikuti pelajaran hari ini. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Eksplorasi Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang telah dibuat sebelumnya. Guru membagikan 3 buah LKS untuk masing-masing kelompok. Kemudian guru menginstruksikan siswa untuk melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja yang tertera dalam LKS. Setelah selesai praktikum siswa diminta untuk menjawab soal analisis hasil praktikum yang terdapat dalam LKS. Setelah semua kelompok selesai kemudian guru menjelaskan dan membahas bersama siswa hasil praktikum yang telah dilakukan. Elaborasi Guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan soal pemahaman yang terdapat dalam LKS. Siswa dituntut untuk menggunakan pengetahuan mereka dalam menyelesaikan soal karena dalam soal terdapat petunjuk untuk menjawab soal di setiap langkahnya. Soal yang diberikan berupa perhitungan untuk mengetahui pengaruh ion sejenis dan memperkirakan terbentuknya endapan. Guru membimbing siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan. Konfirmasi Guru meminta salah satu siswa untuk maju ke depan kelas dan menuliskan jawaban mereka di papan tulis. Setelah itu guru membahas soal bersama-sama dengan siswa. pada soal memperkirakan terbentuknya endapan, jawaban siswa masih kurang tepat. Setelah diperiksa ternyata siswa salah membandingkan dengan Ksp. Guru meluruskan agar tidak terjadi kesalahan konsep dalam menerima pelajaran. (3) Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari hari ini. Siswa terlihat antusias dalam menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru memotivasi siswa untuk mengingat kembali pembelajaran di rumah agar bisa menjawab soal posttest yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. 11

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran siklus Belajar 5E dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional yang diperoleh dari uji U-Mann Whitney pada SPSS yang menghasilkan Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,033. Pembelajaran menggunakan model siklus belajar 5E memberikan pengaruh sebesar 27,34 % terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran dalam rangka pengembangan pengajaran kimia. Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah : (1) diharapkan kepada guru maupun peneliti selanjutnya dapat menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E sebagai alternatif model pembelajaran kimia di sekolah karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. (2) Apabila ingin menerapkan model pembelajaran siklus belajar 5E diharapkan dapat merancang kegiatan pembelajaran dan mempertimbangkan waktu dengan sebaiknya DAFTAR RUJUKAN Ashadi. (2009). Kesulitan Belajar Kimia bagi Siswa Sekolah Menengah. (Online). (http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_pdf.php?nid=198, diakses 02 Februari 2014). Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. (Online). (http://matematika.upi.edu/wp-content/uploads/2013/02/buku-standar-isi- SMA.pdf, diakses tanggal 07 Februari 2014). Bybee, Rodger W et al. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins and Effectiveness. Colorado: Office of Science Education National Institutes of Health. Dewi, Ni Putu Sri Ratna. (2012). Pengaruh Model Siklus Belajar Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Siswa SMA Negeri 1 Sawan. Artikel Tesis. Bali: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Dogru dan Tukaya. (2008). Promotion Student s Learning in Generatic With the Learning Cycle. Internasional Jurnal of Experimental Education 2008: 259. 12

Firdaus, T. (2012). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe True or False untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di Kelas X SMA Negeri 6 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Kimia Vol 1: 6. Kulsum, U. (2011). Penerapan Model Learning Cycle pada Sub Pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 7: 128. Ruhimat, Toto. (2012). Prosedur Pembelajaran. (online). (http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pen DIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/Prosedur_pembelajaran di_sd.pdf, diakses tanggal 28 Juni 2014). Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Susanti, Ria Yuli dkk. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (LC 5-E) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA pada Materi Termokimia di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Sutrisno, Leo. (2002). Effect Size. (Online) (http://www.scribd.com/doc/28025523/ Effect-Size. diakses tanggal 15 Februari 2014). Sutrisno, Leo, Kresnadi Herim dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Utami, Budi dkk. (2013). Penerapan Siklus Belajar 5E Disertai LKS Untuk Peningkatan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Kimia pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di kelas XI. Jurnal Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Wena, M. (2009). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Start With Question (LSQ) untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Termokimia di kelas XI IPA A6 SMA Negeri 5 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Kimia Vol 1:6. Yudiana, Yunyun. (2011). Strategi Pembelajaran dan Media. (online). (http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend._olahraga/19650614 1990011-YUNYUN_YUDIANA/STRATEGI_PEMBELAJARAN.pdf, diakses tanggal 07 Februari 2014). 13