Petunjuk Sitasi: Mustikasari, A., & Pangestuti, D. E. (2017). Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang. Prosiding SNTI dan SATELIt 2017 (pp. C8-13). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang Anita Mustikasari (1), Desynta Elina Pangestuti (2) (1), (2) Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50275 (1) anita_mustikasari@yahoo.com ABSTRAK PT. PLN merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang penyediaan tenaga listrik. Pada PT. PLN terdapat transformator yang berfungsi untuk pendistribusian listrik ke pelanggan. Selama periode Januari 2015 hingga Desember 2016, jumlah gangguan transformator pada area Semarang adalah sebanyak 428 buah. Banyaknya kerusakan transformator ini dapat mempengaruhi kinerja pada saat pendistribusian energi listrik. Sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai tipe distribusi frekuensi breakdown selama bulan Januari 2015 hingga Desember 2016 dimana didapatkan bahwa distribusi breakdown mengikuti distribusi breakdown case kedua, dalam hal ini transformator termasuk jenis komponen yang cukup kompleks sehingga banyak faktor yang penyebab komponen menjadi breakdown dan sebagai akibatnya waktu breakdown transformator menjadi sulit diprediksi. Tujuan selanjutnya pada penelitian ini yaitu memperoleh alternatif jadwal perbaikan maupun perawatan dengan membandingkan total biaya terkecil antara kebijakan corrective maintenance dan preventive maintenance. Hal tersebut digunakan untuk memperoleh jadwal perbaikan maupun perawatan yang optimal pada transformator. Berdasarkan hasil perbandingan melalui dua kebijakan, didapatkan bahwa jadwal perawatan transformator mengikuti kebijakan preventive maintenance dengan periode waktu setiap 23 bulan. Kata kunci Breakdown, Corrective maintenance, Preventive maintenance, Transformator I. PENDAHULUAN PT PLN (Persero) merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas dalam bidang penyediaan tenaga listrik. Dalam penyediaan tenaga listrik, PT PLN (Persero) selalu berupaya untuk dapat memperbaharui kinerja dalam pelayanan yang semakin optimal, sehingga kinerja PT PLN (Persero) akan selalu dinilai baik dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pada PT PLN (Persero) Area Semarang, khususnya bagian Pemeliharaan (HAR), fokus pada pemeliharaan jaringan, monitoring perputaran material, dan evaluasi aset pada lingkup Area Semarang. Pemeliharaan jaringan meliputi pemeliharaan transformator yang menjadi aset PT PLN (Persero). Berdasarkan data gangguan transformator tahun 2015 dan 2016, tidak sedikit transformator yang mengalami kerusakan yang disebabkan karena penyebab internal dan eksternal. Data tahun 2015 menjelaskan bahwa total tranformator yang mengalami gangguan dalam lingkup Area Semarang adalah sebesar 249 buah transformator dan pada tahun 2016 sebesar 179 transformator. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa total gangguan transformator selama periode tahun 2015 dan 2016 adalah sebesar 428 buah transformator. Banyaknya kerusakan transformator dapat mempengaruhi kinerja pada saat pendistribusian energi listrik. Gangguan pada tranformator menyebabkan diperlukannya kebijakan perawatan yang baik serta memadai pada saat digunakan. Kebijakan perawatan terbagi atas preventive maintenance dan corrective maintenance. Preventive maintenance dapat dilakukan dengan membuat penjadwalan perawatan secara periodik, sehingga keadaan mesin dapat dikontrol secara berkala (Fitouhi & Nourelfath, 2012; Jiwantoro, Argo, & Nugroho, 2013). Corrective maintenance C-14
Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang merupakan kebijakan perawatan yang dilakukan ketika mesin mengalami suatu kerusakan (Wang, Deng, Wu, Wang, & Xiong, 2014). Kebijakan ini dilakukan hanya ketika suatu mesin mengalami kerusakan dan perlu dilakukan perbaikan. Dalam menentukan kebijakan perawatan yang digunakan oleh PT PLN (Persero) Area Semarang saat ini akan dianalisis menggunakan 2 metode yaitu, metode Preventive Maintenance Policy dan Corrective Maintenance Policy. Pemilihan etode terbaik diharapkan mampu membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan perawatan yang terbaik untuk diterapkan. Data yang digunakan adalah data transformator yang mengalami gangguan selama periode Januari 2015 hingga Desember 2016. II. METODOLOGI A. Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan berupa data gangguan transformator PT PLN (Persero) Area Semarang bulan Januari 2015 hingga Desember 2016. Data laporan tersebut mencakup data gangguan transformator yang ada dari 10 rayon meliputi: Rayon Semarang Tengah, Rayon Semarang Barat, Rayon Semarang Timur, Rayon Semarang Selatan, Rayon Kendal, Rayon Demak, Rayon Purwodadi, Rayon Tegowanu, Rayon Weleri, Rayon Boja. Selanjutnya data dari kesepuluh rayon tersebut dirangkum dalam data gangguan tranformator Area Semarang. Data variabel biaya yang dibutuhkan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan untuk material perbaikan, biaya teknisi, dan biaya lainnya yang dibutuhkan. Data gangguan transformator dan biaya ini yang kemudian digunakan sebagai data penelitian yang akan dilakukan pengolahan dan analisis. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi breakdown-time yang berbeda, antara lain: 1. Case1, dalan hal ini komponen termasuk jenis yang sederhana, komponen ini cenderung untuk kerusakan (breakdown) setelah runtimenya mendekati nilai rata-rata 2. Case 2, dalam hal ini komponen termasuk jenis yang cukup kompleks (banyak terdapat interacting parts) sehingga banyak penyebab komponen itu breakdown dan waktu breakdownnya sulit diprediksi. 3. Case 3, dalam hal ini komponen harus diberikan perawatan saat awal pemakaiannya sehingga run timenya menjadi lebih lama 4. Case 4, dalam hal ini distribusinya mengikuti bentuk dish-shaped. Dimana probabilitas kegagalannya tinggi pada saat awal pemakaian (infant mortality) dan pada saat dekat dengan akhir umur pemakaian komponen tersebut (old-age-mortality). B. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan yaitu meliputi: 1. Menentukan distribusi breakdown transformator dalam kurun waktu bulan Januari 2015 hingga Desember 2016. 2. Menentukan jumlah biaya perbaikan/repair cost (Cr) rata rata yang terjadi selama kurun waktu bulan Januari 2015 hingga Desember 2016. Perhitungan biaya perbaikan diperoleh dengan menjumlahkan biaya tenaga kerja untuk setiap 1 unit transformator dan biaya material (1) Biaya Corrective Maintenance yang diperkirakan (Sufa & Djunaidi, 2007) (2) [ ] [ ] [ ] (3) Untuk menentukan TCr, diperlukan perhitungan rata rata run time mesin (4) 3. Menentukan besarnya jumlah biaya perawatan/preventive cost (Cm) Perhitungan biaya preventive maintenance dilakukan dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk melakukan perawatan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dan biaya ditenaga kerja per jam. C-15
Mustikasari Anita, Desynta Elina Pangestuti (5) Biaya Preventive Maintenance yang diperkirakan Apabila Preventive Maintenance ditentukan tiap bulan, maka: a. Kumulatif jumlah breakdown dalam n bulan (6) b. Jumlah rata rata breakdown per n bulan (7) c. Perkiraan biaya repair per n bulan (8) d. Perkiraan biaya preventive maintenance per n bulan (9) e. Total biaya maintenance per n bulan (10) 4. Melakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam melakukan perawatan mesin III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 adalah data gangguan transformator di PT PLN (Persero) Area Semarang pada Januari 2015 hingga Desember 2016. Tabel 1. Data Gangguan Transformator Januari 2015 hingga Desember 2016 No. Bulan Jumlah Trafo Breakdown 1 Januari 2015 18 2 Februari 2015 23 3 Maret 2015 23 4 April 2015 13 5 Mei 2015 32 6 Juni 2015 18 7 Juli 2015 15 8 Agustus 2015 11 9 September 2015 14 10 Oktober 2015 16 11 November 2015 37 12 Desember 2015 29 13 Januari 2016 30 14 Februari 2016 9 15 Maret 2016 18 16 April 2016 23 17 Mei 2016 16 18 Juni 2016 10 19 Juli 2016 10 20 Agustus 2016 10 21 September 2016 13 22 Oktober 2016 20 23 November 2016 9 24 Desember 2016 11 Jumlah 428 A. Perhitungan Biaya Corrective Maintenance Perhitungan biaya perbaikan diperoleh dengan menjumlahkan biaya tenaga kerja untuk setiap 1 unit transformator dan biaya material Dimana : Biaya tenaga kerja saat perbaikan = Rp 6.710.0000 Biaya material = Rp 290.400 C-16
Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang Sehingga diperoleh biaya corrective sebesar: Cr = Rp 6.710.000 + Rp 290.400 = Rp 7.000.400 / breakdown B. Biaya Corrective Maintenance yang diperkirakan Biaya yang timbul pada kebijakan corrective maintenance dengan jumlah mesin sebanyak 19108 adalah menentukan TCr, diperlukan perhitungan rata rata run time mesin bulan Biaya corrective maintenance yang diperkirakan adalah: C. Perhitungan Biaya Preventive Maintenance Perhitungan biaya preventive maintenance dilakukan dengan menghitung waktu yang diperlukan untuk melakukan perawatan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, dan biaya ditenaga kerja per jam. Dimana : waktu untuk perawatan = 2 jam Jumlah tenaga kerja = 2 orang Biaya tenaga kerja = Rp 20.000/jam Sehingga diperoleh biaya perawatan sebesar Cm = 2 jam x 2 orang x Rp 15.000 = Rp 60.000/ mesin D. Biaya Preventive Maintenance yang diperkirakan Perhitungan biaya perawatan dengan metode preventive maintenance adalah sebagai berikut Preventive Maintenance Policy untuk n = 1 Apabila Preventive Maintenance ditentukan tiap bulan, maka: a. Kumulatif jumlah breakdown dalam 1 bulan transformator dalam 1 bulan b. Jumlah rata rata breakdown per 1 bulan transformator per 1 bulan c. Perkiraan biaya repair per 1 bulan d. Perkiraan biaya preventive maintenance per 1 bulan e. Total biaya maintenance per 1 bulan / bulan / bulan / bulan Dengan menerapkan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil evaluasi biaya perawatan pada tiap periode bulan yang berbeda. Hasil perhitungan preventive maintenance policy untuk transformator, disajikan pada Tabel 2 C-17
Probabilitas Mustikasari Anita, Desynta Elina Pangestuti Tabel 2. Biaya Preventive Maintenance yang diperkirakan untuk Transformator n Bn B TCr (n) TCm (n) TMC (n) preventive 1 803,607 803,607 Rp5.625.573.779 Rp1.146.480.000 Rp6.772.053.779 2 1026,832 513,416 Rp3.594.116.581 Rp573.240.000 Rp4.167.356.581 3 1026,832 342,277 Rp2.396.077.721 Rp382.160.000 Rp2.778.237.721 4 580,383 145,096 Rp1.015.728.599 Rp286.620.000 Rp1.302.348.599 5 1428,636 285,727 Rp2.000.204.010 Rp229.296.000 Rp2.229.500.010 6 803,607 133,935 Rp937.595.630 Rp191.080.000 Rp1.128.675.630 7 669,673 95,668 Rp669.711.164 Rp163.782.857 Rp833.494.021 8 491,093 61,387 Rp429.731.330 Rp143.310.000 Rp573.041.330 9 625,028 69,448 Rp486.160.697 Rp127.386.667 Rp613.547.364 10 714,318 71,432 Rp500.051.003 Rp114.648.000 Rp614.699.003 11 1651,860 150,169 Rp1.051.243.585 Rp104.225.455 Rp1.155.469.040 12 1294,701 107,892 Rp755.285.369 Rp95.540.000 Rp850.825.369 13 1339,346 103,027 Rp721.227.408 Rp88.190.769 Rp809.418.177 14 401,804 28,700 Rp200.913.349 Rp81.891.429 Rp282.804.778 15 803,607 53,574 Rp375.038.252 Rp76.432.000 Rp451.470.252 16 1026,832 64,177 Rp449.264.573 Rp71.655.000 Rp520.919.573 17 714,318 42,019 Rp294.147.649 Rp67.440.000 Rp361.587.649 18 446,449 24,803 Rp173.628.820 Rp63.693.333 Rp237.322.154 19 446,449 23,497 Rp164.490.461 Rp60.341.053 Rp224.831.514 20 446,449 22,322 Rp156.265.938 Rp57.324.000 Rp213.589.938 21 580,383 27,637 Rp193.472.114 Rp54.594.286 Rp248.066.400 22 892,897 40,586 Rp284.119.888 Rp52.112.727 Rp336.232.615 23 401,804 17,470 Rp122.295.082 Rp49.846.957 Rp172.142.039 24 491,093 20,462 Rp143.243.777 Rp47.770.000 Rp191.013.777 E. Analisa Data Breakdown Dalam menentukan sistem maintenance, harus mengetahui probabilitas breakdown mesin yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui tipe dari distribusi frekuensi breakdown pada transformator. Berdasarkan data breakdown, dapat diketahui bahwa probabilitas gangguan transformator selama tahun 2015 hingga 2016 tidak menunjukkan pola distribusi yang jelas. Probabilitas Breakdown Transformator pada tahun 2015-2016 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Periode Probabilitas Kerusakan Gambar 1. Probabilitas breakdown transformator C-18
Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang Pada periode 5 (Mei 2015) menunjukkan probabilitas gangguan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 0.075, kemudian 6 periode berikutnya probabilitas gangguan mengalami kenaikan dan penurunan hingga pada akhirnya pada periode ke 11 (November 2015) mengalami kenaikan probabilitas yang signifikan dari periode sebelumnya. Probabilitas gangguan pada periode 11 (November 2015) adalah sebesar 0.086, dimana pada periode tersebut merupakan periode dengan jumlah gangguan tertinggi. Probabilitas gangguan transformator PT PLN (Persero) tahun 2015 hingga 2016 termasuk pola case 2, dikarenakan waktu breakdownnya sulit untuk diprediksi. Berikut adalah grafik probabilitas breakdown transformator pada tahun 2015 2016. F. Analisa Jadwal Maintenance Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui total biaya masing masing kebijakan, baik preventive maintenance policy dan corrective maintenance policy. Berikut merupakan perbandingan biaya perawatan Tabel 3 Perbandingan Corrective Maintenance Policy dan Preventive Maintenance Policy Corrective Maintenance Policy Preventive Maintenance Policy Rp 11.763.065.397 Rp172.142.039 Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai kebijakan preventive maintenance, dapat diketahui bahwa alternatif penjadwalan yang membutuhan biaya paling kecil adalah preventive maintenance yang dilakukan setiap 23 bulan sekali, yaitu dengan total biaya sebesar Rp172.142.039. Jika dibandingkan antara biaya repair sebesar Rp 11.763.065.397 dan biaya preventive maintenance setiap 23 bulan sekali menunjukkan bahwa biaya preventive maintenance mempunyai biaya yang lebih rendah, maka kebijakan preventive maintenance setiap 23 bulan sekali adalah yang paling optimal. Kebijakan optimal adalah kebijakan yang mempunyai total biaya terkecil. Namun, tidak menutup kemungkinan corrective maintenance diterapkan pada perusahaan jika gangguan transformator tersebut tidak dapat ditangani oleh pekerja IV. PENUTUP 1. Tipe distribusi frekuensi breakdown transformator selama bulan Januari 2015 hingga Desember 2016 mengikuti distribusi frekuensi breakdown case 2, dimana waktu breakdown susah untuk diprediksi. 2. Kebijakan perawatan yang optimal pada transformator adalah kebijakan preventive maintenance yang dilakukan setiap 23 bulan sekali dengan cara mengukur suhu transformator menggunakan termovisi 3. Biaya yang dikeluarkan perusahaan saat menggunakan corrective maintenance adalah sebesar Rp 11.763.065.397 setiap terjadi breakdown pada transformator, sedangkan biaya preventive maintenance setiap 23 bulan adalah sebesar Rp 172.142.039. DAFTAR PUSTAKA Fitouhi, M.-C., & Nourelfath, M. (2012). Integrating noncyclical preventive maintenance scheduling and production planning for a single machine. International Journal of Production Economics, 136(2), 344-351. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijpe.2011.12.021 Jiwantoro, A., Argo, B. D., & Nugroho, W. A. (2013). Analisis Efektivitas Mesin Penggiling Tebu dengan Penerapan Total Productive Maintenance (In Press, JKPTB Vol 1 No 2). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(2). Sufa, M. F., & Djunaidi, M. (2007). Usulan interval perawatan komponen kritis pada mesin pencetak botol (mould gear) berdasarkan kriteria minimasi downtime. Wang, Y., Deng, C., Wu, J., Wang, Y., & Xiong, Y. (2014). A corrective maintenance scheme for engineering equipment. Engineering Failure Analysis, 36, 269-283. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.engfailanal.2013.10.006 C-19