BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

3 Percobaan dan Hasil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. Desikator. H 2 SO 4 p.a. pekat Tanur pengabuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmaka, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dari bulan April 2008 Mei 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: hipokotil tumbuhan sarang semut yang diperoleh dari Papua. Bahan kimia metanol teknis, metanol p.a., n-heksana, etil asetat, asam klorida, larutan amoniak, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, eter, pereaksi Liebermann-Burchard, serbuk magnesium, HCl pekat, amil alkohol, FeCl 3, NaOH, pereaksi Molisch, timbal (II) asetat, isopropanol, asetat anhidrat, asam sulfat pekat, kloroform, serium sulfat, akuades, butanol, serbuk silika gel 60 GF 254, akuabides, sephadex LH-20, sea sand B, celite 545, dimetilsulfoksida (DMSO), kapas, kista udang A. Salina Leach, air laut dan DPPH. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: timbangan analitik, peralatan refluks, plat silika gel GF 254, chamber kromatografi lapis tipis (KLT), rotary evaporator, labu ekstraksi, corong pisah, kolom kaca panjang 60 cm dan diameter 3 cm, spektrofotometer inframerah Fourier Transform (FT-IR) Shimadzu, spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak (UV-VIS) Shimadzu, spektrometer resonansi magnetik inti (RMI) JNM ECA-500 MHz, sonikator Bronson, detektor KLT sinar UV pada panjang gelombang 254 nm, kaca objek, aerator, pipet Pasteur, dan alat-alat gelas. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini meliputi beberapa tahap kerja, yaitu : 1) determinasi sampel, 2) preparasi dan ekstraksi, 3) uji penapisan fitokimia, 4) uji toksisitas, 5) uji antioksidan, 6) kromatografi kolom, dan 7) penentuan struktur molekul.

Determinasi Tumbuhan sarang semut yang diperoleh dari Papua diterminasi di Laboratorium herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Preparasi Sampel dan Ekstraksi Hipokotil tumbuhan sarang semut dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci dengan air, dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kadar air 10-20% dan disebut sebagai simplisia. Sebanyak 1 kg simplisia direfluks dengan 2000 ml aquadest selama 4 jam. Ekstrak aquadest kemudian dipartisi dengan larutan n-butanol dengan menggunakan corong pisah sebanyak tiga kali. Fraksi n-butanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator, sedangkan fraksi air keringkan dengan freeze dryer, sehingga diperoleh dua fraksi yaitu fraksi n-butanol dan fraksi air. Uji Penapisan Fitokimia (Franswort 1996) Uji penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada fraksi n-butanol dan fraksi air hipokotil tumbuhan sarang semut. Golongan senyawa yang diuji adalah: alkaloid, steroid dan triterpenoid, flavonoid, saponin, kumarin, kuinon, karbohidrat, dan glikosida. Uji Alkaloid. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif ditambah 5 ml asam klorida 10 % kemudian dikocok dan ditambah 5 ml larutan amoniak 10 %. Diekstraksi dengan kloroform dan diuapkan. Residu yang terbentuk ditambah 1,5 ml asam klorida 2% dan dibagi dalam dua tabung. Tabung pertama ditambah 2-3 tetes pereaksi Mayer. Jika terbentuk endapan putih kekuningan menunjukkan adanya alkaloid. Tabung kedua ditambah 2-3 tetes pereaksi Dragendorff, jika terbentuk endapan merah bata menunjukkan adanya alkaloid. Uji Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif diekstraksi dengan 10 ml eter lalu disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian ditambah pereaksi Liebermann-Burchard (3 tetes asam asetat anhidrat 1 tetes H 2 SO 4 pekat). Jika

terbentuk warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid sedangkan warna merah atau ungu menunjukkan triterpenoid. Uji Kumarin. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif ditambah 10 ml eter kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan, ditambah 10 ml air panas kemudian didinginkan dan ditambah 0,5 ml larutan ammoniak 10%. Jika terbentuk fluoresensi hijau atau biru pada sinar UV menunjukkan adanya kumarin. Uji Flavonoid. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif di dalam gelas piala ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat ditambah serbuk magnesium lalu 0,2 ml HCl pekat dan ditambah amil alkohol. Campuran dikocok dan dibiarkan memisah. Jika terbentuk warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan senyawa golongan flavonoid. Uji Saponin. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif di dalam gelas piala ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok dan biarkan selama 10 menit. Jika terbentuk busa yang stabil menunjukkan adanya saponin. Uji Tanin. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif di dalam gelas piala ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat ditambah beberapa tetes FeCl 3 1%. Jika terbentuk warna biru tua/hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. Uji Kuinon. Sebanyak 0,5 g ekstrak aktif di dalam gelas piala ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat ditambah NaOH 1N. Jika terbentuk warna merah menujukkan adanya kuinon. Uji Karbohidrat. Sebanyak 1 ml ekstrak aktif dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml pereaksi Molish dan diaduk. Tabung dimiringkan dan dialirkan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung sehingga tidak tercampur. Jika terbentuk cincin ungu pada perbatasan kedua lapisan cairan menunjukkan adanya karbohidrat.

Uji Glikosida. Sebanyak 3 g ekstrak aktif diekstraksi dengan 30 ml etanol 95%:air (7:3) dalam alat pendingin alir balik selama 10 menit kemudian didinginkan dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambah 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok lalu didiamkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat diekstraksi tiga kali dengan 20 ml kloroform:isopropanol (3:2). Hasil ekstraksi ditambah natrium sulfat anhidrat kemudian disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50 C. Sebanyak 0,1 ml filtrat diuapkan di penangas air, sisanya dilarutkan dalam 5 ml asam asetat anhidrat kemudian ditambah 10 tetes asam sulfat. Jika terbentuk warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida. Sebanyak 0,1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu diuapkan di penangas air. Residu yang terbentuk ditambah 2 ml air kemudian 5 tetes pereaksi Molish dan ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Jika terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula. Uji Toksisitas Brine Shrimp Letahality Test (BSLT) Penetasan Kista Artemia salina Leach. Kista A. Salina Leach ditimbang kurang lebih 50 mg kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi 500 ml air laut yang telah disaring dan dipasang aerator, lalu dibiarkan selama 48 jam dengan pencahayaan lampu TL agar telur menetas sempurna. Larva yang sudah menetas dipipet ke dalam botol percobaan dan diberi ekstrak sesuai perlakuan. Persiapan Sampel. Larutan ekstrak 2000 ppm dibuat dengan cara menimbang 40 mg ekstrak dengan teliti kemudian dilarutkan dengan air laut menjadi 20 ml. Ekstrak yang sukar larut, dapat ditambah DMSO 1% (5 tetes) untuk meningkatkan kelarutan. Konsentrasi 200 ppm dibuat dengan memipet 2 ml larutan ekstrak 2000 ppm dan ditambah air laut sampai 20 ml. Konsentrasi 20 ppm dibuat dengan memipet 2 ml larutan konsentrasi 200 ppm dan ditambah air laut sampai 20 ml. Larutan ekstrak 1000 ppm dibuat dengan cara memipet 5 ml larutan ekstrak 2000 ppm dan ditambah air laut 5 ml. Konsentrasi 100 ppm dibuat dengan cara memipet larutan ekstrak 200 ppm sebanyak 5 ml dan ditambah air laut 5 ml. Larutan ekstrak 10 ppm dibuat dengan cara memasukkan larutan ekstrak 20 ppm dan ditambah 5 ml air laut.

Uji Bioaktivitas. Uji bioaktivitas dilakukan dengan memasukkan 15 ekor larva udang A. salina Leach yang berumur 48 jam ke dalam botol yang telah berisi larutan ekstrak dan air laut. Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali ulangan (triplo). Sebagai kontrol adalah air laut yang tidak diberi ekstrak sampel. Botol percobaan disimpan dibawah pencahayaan lampu TL. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam. Jumlah larva udang yang mati dicatat kemudian dihitung persentase kematiannya. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Probit Analysis Method untuk menentukan LC 50 dengan selang kepercayaan 95%. Uji Aktivitas Antioksidan Terhadap fraksi n-butanol dan air yang diperoleh dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan vitamin C sebagai kontrol positif.: Pembuatan larutan 1 mm DPPH. 39,5 mg DPPH (BM = 394,2) ditimbang dan dilarutkan dalam 100 ml metanol p.a, dihomogenkan kemudian ditempatkan dalam botol gelap. Pembuatan larutan blanko. Larutan DPPH 1 mm dipipet 1 ml lalu di masukan ke dalam labu volumetrik 5 ml kemudian dihomogenkan. Pembuatan larutan uji. 10 mg sampel ditimbang menggunakan timbangan analitik, dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10 ml (1000 µg/ml) dalam labu volumetrik. Larutan ini merupakan larutan induk. Kemudian dipipet 25, 50, 125, 250, dan 500 µl larutan induk tersebut ke dalam tabung reaksi yang telah ditara 5 ml untuk mendapatkan konsentrasi sampel 5, 10, 25, 50, dan 100 µg/ml. Pembuatan larutan vitamin C (kontrol positif). 10 mg vitamin C ditimbang, lalu dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10 ml (1000 µg/ml) dalam labu volumetrik. Larutan ini merupakan larutan induk. Kemudian dipipet 15, 30, 45, 60, 75 µl. Larutan induk ke dalam tabung reaksi yang telah ditara 5 ml untuk mendapatkan konsentrasi sampel 3, 6, 9, 12, 15 µg/ml. Uji aktivitas antioksidan. Tambahkan 1 ml larutan DPPH 1 mm ke dalam setiap tabung larutan uji dan kontrol positif kemudian ditambah metanol hingga 5 ml, dihomogenkan. Larutan blangko, larutan uji, dan larutan kontrol positif segera

diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºC, kemudian serapan dibaca pada panjang gelombang 515 nm. Persen inhibisi/hambatan dihitung dengan rumus berikut: Serapanblanko serapan sampel Hambatan (inhibisi) = x100% Serapanblanko Dihitung IC 50 dengan memasukkan nilai dari konsentrasi larutan uji sebagai sumbu x dan persen hambatan terhadap DPPH sebagai sumbu y ke dalam persamaan garis regresi. Kromatografi Kolom Kromatografi kolom dilakukan terhadap fraksi air dengan fase diam yang digunakan adalah serbuk silika gel 60 ukuran 70-120 mesh. Fase gerak yang digunakan untuk kromatografi kolom pertama menggunakan kloroform; kloroform:metanol (10:1 ~ 1:1). Kromatografi kolom kedua (fraksi Mp-Aq.2) menggunakan kloroform:metanol (5:1); kloroform:metanol:air (7:3:1). Kromatografi kolom ketiga (fraksi Mp-Aq.2.6) menggunakan kloroform:metanol (5:1). Fraksi-fraksi yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom kemudian diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis untuk melihat pola pemisahannya serta dilakukan uji aktivitas sitotoksik (BSLT) dan aktivitas sebagai antioksidan (DPPH). Elusidasi Struktur Kimia Senyawa murni yang diperoleh kemudian dielusidasi struktur kimianya menggunakan spektrofotometer UV-VIS, spektrofotometer FT-IR, dan spektrometer RMI. Pengukuran Spektrofotometer UV-VIS. Sebanyak 1 mg senyawa hasil isolasi dilarutkan ke dalam 10 ml pelarut yang sesuai sehingga terbentuk larutan yang homogen. Larutan tersebut ditentukan panjang gelombang maksimum (λ maks ). Pengukuran Spektrofotometer FT-IR. Sebanyak 1 mg senyawa hasil isolasi digerus dengan 50 mg KBr dalam mortar sampai homogen, selanjutnya ditekan dengan alat penekan hidrolik sehingga terbentuk pelet. Pelet KBr diukur vibrasinya pada rentang bilangan gelombang 4000-660 cm -1.

Pengukuran Spektrometer RMI. Sebanyak kurang lebih 5 mg senyawa hasil isolasi dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, selanjutnya diukur RMI 1 dimensi proton, karbon, DEPT dan RMI 2 dimensi HMQC, 1 H- 1 H COSY dan HMBC.