BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagal jantung tanpa adanya gejala kongestif (T. Dipiro, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBIAYAAN KENAIKAN KELAS PERAWATAN BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2017 SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Coverage (UHC) adalah suatu ketentuan penting bagi negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kep. Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan salah. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena selain sering dijumpai hipertensi memiliki angka prevalensi yang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dan Millenium

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii v viii ix x xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat menyuplai atau memompa darah dengan maksimal guna memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung membutuhkan penanganan yang intensif guna menurunkan angka mortalitas dan morbiditas sehingga biaya perawatan pada pasien gagal jantung ini dinilai paling mahal (katastropik) (BPJS a, 2016). Faktor yang mempengaruhi biaya perawatan gagal jantung salah satunya adalah pola pengobatan dan lama waktu inap (Sistha, 2013). Menurut World Health Statistic (WHS) dalam World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan bahwa 36 juta dari 57 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, dengan jumlah kematian oleh gagal jantung kongestif sebesar 17 juta. Pada tahun 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati peringkat pertama terkait kejadian gagal jantung dari seluruh provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi sebesar 0,25% (Riskesdas, 2013). Badan Pelayanan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan salah satu program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014 yang wajib diikuti oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing 1

2 (WNA) yang minimal sudah tinggal di Indonesia selama 6 bulan (BPJS b, 2014). Sistem pelayanan BPJS Kesehatan ini meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menerima pelayanan kesehatan yang setara serta optimal (Depkes a, 2013). Prinsip yang digunakan oleh BPJS ini adalah gotong royong yaitu antara masyarakat mampu dengan masyarakat yang kurang mampu, sehingga masyarakat yang kurang mampu dapat menerima penanganan suatu penyakit dengan optimal khususnya bagi penderita gagal jantung. Setiap rumah sakit di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan telah menggunakan sistem tarif prospektif secara paket. Sistem paket tarif ini disebut Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs), dimana besaran tarif untuk semua perawatan penyakit sudah ditentukan sesuai dengan diagnosa penyakit, tindakan serta obat yang akan digunakan. Panduan paket tarif INA- CBGs ini bersifat tetap dan sudah dijelaskan dalam Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 (Buletinbuk, 2013). Secara prakteknya, dalam menjalankan sistem BPJS Kesehatan ini masih ada saja kasus yang menunjukkan ketidaksesuaian antara paket tarif INA-CBGs dengan biaya riil khususnya pada perawatan gagal jantung. Rumah Sakit Jogja merupakan salah satu rumah sakit rujukan di DIY khususnya di Kota Yogyakarta dan sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam penanganan semua penyakit khususnya gagal jantung. Angka kejadian gagal jantung yang terdaftar sebagai peserta BPJS di instalasi Rawat inap Rumah Sakit Jogja pada tahun 2015 mencapai 5395 pasien dengan prevalensi sebesar 2,5%.

3 Mengingat tingginya prevalensi dan biaya perawatan pada pasien gagal jantung, serta belum adanya evaluasi biaya perawatan gagal jantung berdasarkan paket tarif INA-CBGs dalam Permenkes Nomor 59 Tahun 2014, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai analisis biaya pada pasien gagal jantung di instalasi rawat inap Rumah Sakit Jogja tahun 2015. Penelitian ini dilandasi oleh Q.S Al-Isra 26-27 : اقري او و ذ و ذآ ات االوا اقو ذ ا ذل ا اقو ذ ا و ال اقح ا ق ذ ا ذ تآ و( 26 ) ا ا و ذ ا ا ق ت ا ا ك و ا ذ ا و ا و اا اكي اق ا ك ا و اا ذ ااك اآ ق ا ا و( 27 ) Artinya : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Ayat diatas menjelaskan bahwa pemboros adalah manusia yang ingkar, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat untuk menghindari rumah sakit dari melakukan pemborosan dalam hal pengobatan. B. Rumusan Masalah 1. Berapakah rata-rata biaya pengobatan gagal jantung pada pasien JKN dan Non JKN di Rumah Sakit Jogja?

4 2. Bagaimana perbedaan pengobatan gagal jantung di Rumah Sakit Jogja pada pasien JKN dengan tarif paket INA-CBGs berdasarkan Permenkes Nomor 59 tahun 2014? 3. Bagaimana perbedaan biaya pengobatan gagal jantung antara pasien JKN dengan Non JKN di Rumah Sakit Jogja? 4. Bagaimana pola pengobatan berdasarkan golongan obat Jantung, Antihipertensi, dan Antiplatelet pada pengobatan gagal jantung pasien JKN dan Non JKN di Rumah Sakit Jogja? C. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Hasil Penelitian Tahun 1 Vivin Analisis Biaya Pengobatan Rata-rata biaya perawatan gagal 2011 Rosvita Gagal Jantung Sebagai jantung berdasarkan tarif riil RSUD Pertimbangan dalam Dr. Moewardi pada tingkat Penetapan Pembiayaan keparahan I sebesar Rp1.870.231 ± Kesehatan Berdasarkan Rp1.506.661 dengan LOS sebesar INA-DRGs di RSUD Dr. 6,92 hari, tingkat keparahan II Moewardi Surakarta sebesar Rp2.382.737 ± Rp2.132.236 Tahun 2009 dengan LOS sebesar 7,35 hari dan pada tingkat keparahan III sebesar Rp2.513.826 ± Rp1.664.057 dengan LOS sebesar 8,10 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat keparahan dengan biaya perawatan di RS, lama waktu perawatan mempunyai korelasi dengan biaya perawatan, dan rata-rata biaya perawatan gagal jantung lebih rendah dibandingkan tarif paket INA-DRGs. 2 Shifa Silfia Analisis Biaya Terapi Pada Pengobatan Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum 2015 PKU Muhammadiyah Bantul Periode Oktober- Desember Tahun 2013 Rata-rata biaya pengobatan total pasien gagal jantung pada periode Oktober-Desember tahun 2013 sebesar Rp2.988.322,83 ± 3.211.817,2 dengan LOS (59,7%) pada pasien JAMKESMAS+Tidak Mampu dan Rp6.864.408.76 ± 8.356.585,49 dengan LOS (74,8%) pada pasien ASKES PNS+Umum+Kerjasama, dengan nilai p <0,05 yang berarti signifikan.

5 Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya terletak pada subjek, waktu, tempat penelitian dan panduan paket tarif INA-CBGs. D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui rata-rata biaya pengobatan gagal jantung pada pasien JKN dan Non JKN di Rumah Sakit Jogja. 2. Mengetahui perbedaan biaya pengobatan gagal jantung di Rumah Sakit Jogja pada pasien JKN dengan tarif paket INA-CBGs berdasarkan Permenkes Nomor 59 tahun 2014. 3. Mengetahui perbedaan biaya pengobatan gagal jantung antara pasien JKN dengan Non JKN di Rumah Sakit Jogja. 4. Mengetahui pola pengobatan berdasarkan golongan obat Jantung, Antihipertensi, dan Antiplatelet pada pengobatan gagal jantung di Rumah Sakit Jogja pada pasien peserta JKN dan Non JKN. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah, membantu dalam mengevaluasi tarif standar paket INA- CBGs untuk perbaikan jaminan kesehatan Indonesia. 2. Bagi manajemen Rumah Sakit Jogja diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan evaluasi pelayanan kesehatan serta perencanaan pelayanan pasien yang lebih baik.