I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

Tanggal : Nomor Responden : Lokasi :

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

RUMAH SEHAT DENGAN TANAMAN INDOOR Oleh: Budiwati Jurdik Biologi MIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

Resiko Kerja Bagi Pengelola Arsip ( Resume Hasil Kajian BPAD Provinsi DIY )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB IV METODE PENELITIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

Nurdin Zakaria, R. Azizah Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan

BAHAN KIMIA DI RUMAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,


BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi peningkatan persaingan usaha yang menyebabkan kebanyakan pengusaha lebih memperhatikan masalah permodalan, manajemen, dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan terkadang dilupakan adalah masalah kondisi lingkungan kerja. Mayoritas pengusaha kurang memberikan perhatian kepada masalah kondisi lingkungan kerja karena mereka mengganggap akan mudah untuk mencari pekerja baru apabila pekerja keluar dari pekerjaannya. Padahal, masalah kondisi lingkungan kerja sangat penting untuk diperhatikan karena berdampak langsung kepada kesehatan pekerja (Ulfah, 2008). Sick Building Syndrome (SBS) merupakan keluhan kesehatan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja. Sick Building Syndrome (SBS) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu situasi dimana pekerja dalam suatu gedung mengalami gejala akut atau ketidaknyamanan yang dihubungkan secara langsung dengan waktu yang dihabiskan dalam gedung. Gejala SBS meliputi sakit kepala, pusing, iritasi mata dan tenggorokan, batuk, kulit kering atau ruam, lelah, dan sesak napas. Keluhan akan hilang segera setelah pekerja meninggalkan gedung (Joshi, 2008). Menurut Kukec dan Dovjak (2014), terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan SBS faktor kimia (paparan formaldehid dan karbon dioksida), faktor fisik (intensitas pencahayaan, intensitas kebisingan, dan iklim kerja), faktor biologi (debu) dan faktor individu (jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok dan pemakaian Alat Pelindung Diri). 1

Industri kayu lapis sangat erat kaitannya dengan masalah kondisi lingkungan kerja yang bisa menyebabkan keluhan SBS (Mukono, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan, berbagai macam keluhan kesehatan dirasakan oleh pekerja di ruang produksi kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Pekerja mengeluhkan gejala seperti pusing, sakit kepala, mata perih, tenggorokan kering, kulit gatal, kelelahan, batuk, dan bersin. Keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pekerja tersebut mengindikasikan kepada keluhan Sick Building Syndrome (SBS). Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan beberapa faktor risiko di ruang produksi kayu lapis CV X yang diduga menimbulkan keluhan SBS yaitu paparan formaldehid, intensitas pencahayaan yang kurang, dan intensitas kebisingan. Ruang produksi kayu lapis CV X menimbulkan paparan formaldehid bagi pekerjanya. Menurut Oktarini (2012), formaldehid adalah bahan kimia yang terkandung dalam lem kayu yang bisa menyebabkan penurunan kualitas udara sehingga terjadi pencemaran udara dalam ruangan. Iskandar (2007) mengatakan bahwa pencemaran udara oleh formaldehid dapat menyebabkan keluhan SBS seperti iritasi pada kulit, mata, hidung, tenggorokan, batuk, dan bersin. Namun, adanya paparan formaldehid dalam ruangan tidak diiringi dengan kedisiplinan pekerja dalam memakai APD. Masih banyak pekerja yang belum memakai Alat Pelindung Diri (APD) sarung tangan. Selain itu, tidak ada pekerja yang mengenakan safety google dan safety helmet karena pihak perusahaan tidak menyediakan APD tersebut. Ruang produksi kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah juga menimbulkan risiko bahaya intensitas pencahayaan yang kurang. CV X tidak

menggunakan lampu ketika proses produksi berlangsung, ruang produksi tidak memiliki jendela, dan dinding ruangan yang berwarna gelap sehingga menyebabkan intensitas pencahayaan masih kurang saat proses produksi berlangsung. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, suatu ruangan harus mempunyai intensitas pencahayaan yang cukup. Ruangan yang menerima intensitas pencahayaan kurang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan keluhan kesehatan. Handayani et al. (2013) mengatakan bahwa pencahayaan yang kurang menyebabkan keluhan SBS seperti kelelahan mata, sakit kepala, nyeri punggung dan penurunan konsentrasi. Intensitas kebisingan dalam ruang produksi kayu lapis CV X diduga juga menjadi faktor kondisi fisik yang menyebabkan timbulnya keluhan SBS pada pekerja. Levine (1995) dan Schwartz (2008) mengatakan bahwa kebisingan adalah faktor fisik lingkungan yang menyebabkan peningkatan prevalensi SBS. Namun, adanya paparan intensitas kebisingan tinggi tidak diiringi dengan pemakaian APD ear plug oleh pekerja. Hal ini karena perusahaan tidak menyediakan APD ear plug. Sehubungan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kadar formaldehid (HCHO) lingkungan, intensitas kebisingan dan intensitas pencahayaan dengan Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian: 1. Apakah terdapat hubungan kadar formaldehid (HCHO) lingkungan, intensitas kebisingan, dan intensitas pencahayaan dengan Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah? 2. Faktor apakah yang paling berhubungan dengan Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kadar formaldehid (HCHO) lingkungan, intensitas kebisingan, dan intensitas pencahayaan dengan SBS pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan SBS pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi perusahaan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah untuk melakukan upaya perlindungan kepada pekerja agar terhindar dari Sick Building Syndrome (SBS).

2. Manfaat bagi pekerja Dapat memberikan informasi kepada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah tentang pentingnya memakai alat perlindungan diri di lingkungan kerja bagi kesehatan. E. Keaslian Penelitian Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai paparan formaldehid, intensitas kebisingan, intensitas pencahayaan, dan SBS yang diketahui oleh penulis: 1. Penelitian Yazdi dan Fathalizadeh (2013) yang berjudul Relationship between Sick Building Syndrome (SBS) with Headache and Drowsiness menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan SBS pada 340 mahasiswa di asrama Universitas Tehran pada tahun 2013. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dependen yaitu SBS. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel independen. Variabel independen dari penelitian yang akan peneliti lakukan adalah kadar formaldehid (HCHO) lingkungan, intensitas kebisingan, dan intensitas pencahayaan. 2. Penelitian Setyanto, et al (2011) yang berjudul Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium) menunjukkan bahwa intensitas pencahayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap waktu penyelesaian pekerjaan. Penelitian tersebut dilakukan dengan studi laboratorium di laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dengan

melakukan percobaan pada beberapa mahasiswa dengan 3 perlakuan intensitas pencahayaan yaitu 30 lux, 200 lux, dan 350 lux. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel independen yaitu intensitas pencahayaan. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dependen. Variabel dependen dari penelitian yang akan dilakukan adalah SBS. 3. Penelitian Sobari yang berjudul Kajian Prevalensi Sick Building Syndrome (Kasus Gedung Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Jakarta) menunjukkan bahwa kadar partikulat dan CO2 di dalam ruangan mempunyai hubungan yang signifikan dengan SBS. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dependen yaitu SBS. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel independen. Variabel independen dari penelitian yang akan dilakukan adalah kadar formaldehid lingkungan, intensitas kebisingan, dan intensitas pencahayaan. 4. Penelitian Muna (2008) yang berjudul Hubungan Paparan Debu Kayu dan Formaldehid dengan Faktor Risiko Terjadinya Karsinoma Nasofaring (Studi Observasional pada Pasien Keganasan Kepala Leher di Klinik Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher RS Dr. Kariadi Periode 1 April 2008-15 Juni 2008) menunjukkan bahwa paparan formaldehid bila digabungkan dengan faktor risiko lain seperti faktor lingkungan berupa debu kayu dan faktor genetik tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap risiko kejadian kanker nasofaring. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah adanya variabel independen paparan formaldehid. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel dependen yaitu SBS. Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai hubungan kadar formaldehid (HCHO) lingkungan, intensitas pencahayaan, dan intensitas kebisingan dengan Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja di perusahaan kayu lapis CV X, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah adalah asli.