BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Setelah dilakukan pengukuran Hasil penelitian ini diperoleh data skor minat belajar siswa. Pengukuran minat belajar siswa didapatkan dengan cara membandingkan skor minat belajar siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether, akan tetapi kedua kelas tersebut sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Data penelitian yang diperoleh dari variabel bebas dan variabel terikat sehingga didapatkan data tentang subjek penelitian. Data variabel bebas dalam penelitian ini mengarah pada penggunaan metode scramble. Subjek yang di jadikan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan deangan menggunakan model scramble. Dan subjek lainnya yang akan dijadikan kelas control yang di ajarkan menggunkan model number head together. Sedangkan data variabel terikat diperoleh dari hasil angket yang disebarkan pada responden yang mengambarkan minat siswa dalam belajar fisika. Data penelitian yang diperoleh dari kedua variabel ini, diuji normalitasnya sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam pengujian hipotesis. Data variabel terikat yang diperoleh dari angket dapat dipertangung jawabkan keabsahannya karena diolah dengan menggunakan teknik uji statistik berupa analisis data dalam bentuk penyajian normalitas data, pengujian homogenitas varians dan pengujian hipotesis. Sehingga hasil penelitian pada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan skor angket awal dan angket akhir seperti pada lampiran 1. Dari data yang diperoleh bahwa skor rata-rata
minat belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari skor rata-rata kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Data Skor Kemajuan untuk Pretes dan Posttes Minat Belajar Siswa Bentuk Angket Kriteria Kelas Eksperimen Kontrol Skor rata-rata Angket awal Angket akhir Minimum 76 6 Maksimum 13 13 Minimum 79 74 Maksimum 134 136 66,91 57,59 1. Hasil Analisis Data 1..1 Pengujian Normalitas Data Pengujian ini menggunakan persamaan statistik uji chi-kuadrat ( ), dengan proses numerik pengujian perhitungan tersebut diperoleh harga kelas eksperimen adalah hitung = 1,977 sedangkan pada kelas kontrol adalah hitung = 9,137 Nilai yang ditujukan pada tabel distribusi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing adalah (1-α)(k-1) = 11,070 untuk taraf nyata α = 0,05 dan dk = (k-1). Hasil perhitungan ini menunjukan bahwa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol hitung (1-α)(k-1). Maka hasil data dari skor kemajuan minat belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. 4.. Pengujian Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varian minat belajar siswa diperoleh F hitung =0,99 dan nilai yang ditujukan oleh tabel distribusi adalah Ftabel 1/ )( n 1, n 1) = 1,96. Hal ini menunjukan bahwa hitung F tabel ( 1/ )( n1 1, n 1) ( 1 F maka sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis H 0 ditolak. Hasil pengujian homogenitas varian minat belajar siswa dapat di lihat pada perhitungan lampiran 6. 4.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan minat belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pada lampiran 6 hasil perhitungan bahwa t hitung 1 0,05)( n n ) t atau,90 ini berarti thitung ( 1 berada diluar area penerimaan hipotesis H 0 (H 0 ditolak) dan menerima hipotesis alternaltif (H 1 diterima). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada minat belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif tipe scramble dengan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif tipe number head tugether. 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan sebuah penelitian eksperimen yang dilakukan di kelas X Madrasah aliyah Negeri Batudaa tepatnya di Kabupaten Gorontalo Tahun Ajaran 01/013. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan berupa angket minat belajar siswa yang berbentuk pertanyaan dengan jumlah pertanyaan 31 butir, dapat dilihat pada lampiran 13.
Pemberian angket dilakukan agar dapat mengukur minat belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum diberikan perlakuan kelas eksperimen dan kontrol diberikan angket awal (pretest) yang sama dan setelah perlakuan kelas ekserimen dan kelas kontrol diberikan angket akhir (postest). Adapun tujuan dilaksanakannya Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether. Model pembelajaran sangatlah penting dalam proses pembelajaran karena fungsi dari model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Suprijono, 01:46). Pada dasarnya pemakai model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi siswa, rangsangan kegiatan belajar dapat membawa pengaruhpengaruh psikologi dan meningkatkan hasil belajar. Hal ini diperkuat pula oleh penelitian sebelumnya mengenai model pembelajaran yakni dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Scramble untuk Peningkatan Motivasi Belajar IPA (Fisika) pada Siswa SMP Negeri 16 Purworejo Tahun Pelajaran 011/01. Selain mengukur minat belajar siswa, penelitian ini juga melihat hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ternyata terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Dengan kata lain, semakin tinggi minat siswa dalam mempelajari fisika semakin meningkat hasil belajar yang diperolehnya. Pada kelas eksperimen dari jumlah 4 siswa setelah dianalisis menunjukan yang tuntas hasil belajarnya adalah siswa, sedangkan siswa lainnya dinyatakan belum tuntas dan pada kelas control dari jumlah 7 siswa yang tuntas hasil belajarnya adalah siswa, sedangkan
4 siswa lainnya dikatakan belum tuntas. Dan pembelajran kooperatif tipe scramble baik hal ini membuktikan bahwa penggunaan model digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa maupun membangkitkan minat belajar siswa. Skor hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 7-8. Dari hasil penelitian dan rumusan hipotesis dapat lihat bahwa terdapat perbedaan minat belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether dalam proses pembelajaran. Perbedaan tersebut ditunjukan oleh distribusi persentase minat belajar pada setiap indikator di saat pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dideskripsikan oleh grafik. eksperimen kontrol 73.44 55.93 69.38 67.86 68.0 51.67 49.31 48.5 perasaan senang Ketertarikan perhatian keterlibatan Grafik 1: Distribusi persentsee minat belajar siswa pre-test pada setiap indikator antara kelas eksperimen dengan kelas control Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan minat belajar siswa pada kelas kontrol. Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase minat belajar siswa saat pretest untuk indikator perasaan senang lebih tinggi dibanding dengan indikator ketertarikan, keterlibatan dan perhatian. Hal ini dikarenakan
perasaan siswa lebih senang terhadap materi yang dibawahkan dengan cara model pembelajaran koooperatif tipe scramble, sehingga siswa mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh dan memaksa. Dalam teknik ini, setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu dikelompok diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa siswa lebih senang dalam mengikuti mata pelajaran fisika materi listrik dinamis yang menggunakan model kooperatif tipe scramble. Untuk distribusi persentasee minat belajar pada setiap indikator di saat pos-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dideskripsikan pada grafik. eksperimen kontrol 87.39 86.5 8.6 8.19 67.96 64.6 60.1 61.0 perasaan senang ketertarikan perhatian keterlibatan Grafik : Distribusi persentse minat belajar siswa pos-test pada setiap indikator antara kelas eksperimen dengan kelas control Berdasarkan gambar di atas tampak bahwa persentase minat belajar siswa saat pos-test sama dengan pre-test dimana indikator perasaan senang lebih tinggi dibandingkan dengan indikator perhatian, ketertarikan, dan keterlibatan. Hal ini terlihat bahwa tidak ada siswa yang hanya pasif selama proses pembelajaran berlangsung.
Ini berarti dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari pada minat belajar siswa pada kelas control, hal ini dikarenakan oleh siswa pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dan kelas control diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether sehingga materi yang diberikan bisa dikuasai secaraa menyeluruh dan meningkatkan minat belajar siswa. Data distribusi persentase kemajuan minat belajar pada setiap indikator untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dideskripsikan pada grafik 3. eksperimen kontrol 16.88 1.04 17.81 1.59 15.59 15 11.01 1.5 Perasaan senang Ketertarikan Perhatian Keterlibatan Grafik 3: Distribusi Persentase (%) Kemajuan Minat Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol untuk Setiap Indikator Berdasarkan gambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemajuan minat belajar siswa untuk setiap indikator pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemajuan minat belajar siswa untuk setiap indikator pada kelas kontrol. Skor kemajuan minat belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diambil dari hasil skor pada pretest dan post-test.
Untuk perbedaan persentase rata-rata skor minat belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik berikut. eksperimen control 66.91 57.59 73.76 63.44 Pre-test Pos-test Grafik 4: Distribusi Persentase (%) Rata -Rata Skor Minat Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe scramble memperoleh skor minat belajar siswa yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether. Persentase rata-rata minat belajar siswa diperoleh dari skor rata-rata pada pretest dan postest. Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor minat belajar siswa setelah diberikan perlakuan padaa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol, dengan skor rata-rata untuk kelas eksperimen saat Pretest 66,91% dan postest 73,76%, sedangkan pada kelas kontrol skor rata-rata yang diperoleh saat pretest 57,59% dan postest 63,44%. Minat merupakan salah satu faktor psikologi siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Apabila siswa menaruh minat terhadap suatu pelajaran maka siswa tersebut akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya, siswa akan lebih mudah mengerti, menghafal dan mengingat pelajaran. Minat berhubungan erat dengan hasil
belajar siswa, maka dapat dikatakan minat berperan sebagi alat bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilihat pada kegiatan tes evaluasi. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa kelas eksperimen maupun control diberikan materi yang sama (listrik dinamis) tapi perlakuannya yang berbeda, dimana siswa kelas eksperimen proses kegiatan pembelajaran dengan cara model pembelajaran kooperatif tipe scramble dan untuk kelas control proses kegiatan pembelajaran dengan cara model pembelajaran kooperatif tipe number head tugether. Untuk hubungan minat belajar siswa terhadap rata-rata skor hasil belajar siswa kelas eksperimen yang dapat dideskripsikan pada grafik 5. Hasil Belajar 100 90 80 70 60 50 40 30 0 10 0 Hubungan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar y = 1.015x - 11.74 R² = 0.865 0 50 100 150 Minat Belajar Minat Belajar Linear (Minat Belajar)
Grafik 5: Distribusi Persentase (%) hubungan minat belajar siswa terhadap Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat pengukuran korelasi product moment (antara variabel) dimana nilai R = 0,865 mendekati satu dapat dikatkan memiliki hubungan yang kuat (korelasi sempurna) dengan taraf sifnifikan 0,05. Sehingga dapat dikatan jika niali X naik maka nilai Y juga akan naik atau hubungan minat belajar terhadap hasil belajar siswa berbanding lurus. Semakin besar minat belajar yang tumbuh pada diri siswa maka hasil belajar akan tercapai akan mengalami peningkatan pula. Dimana skor rata rata minat belajar setiap siswa mencapai skor minimum 57 dan mencapai skor maksimum 89. Selain minat belajar yang tinggi hasil belajar pun dapat dikatakan baik karena nilai minimum yang tercapai oleh setiap siswa mencapai 56 dan nilai maksimum mencapai 96. Untuk distribusi persentase hubungan minat belajar dan skor rata rata hasil belajar siswa pada kelas control dapat dideskripsikan pada grafik 6.
Hasil Belajar 90 80 70 60 50 40 30 0 10 0 HUbungan Minat Dan Hasil Belajar y = 0.850x -.161 R² = 0.737 0 0 40 60 80 100 Minat Belajar Minat Belajar Linear (Minat Belajar) Grafik 6: Distribusi Persentase hubungan kemajuan minat belajar siswa terhadap skor rata rata Hasil Belajar Siswa pada kelas control. Pada kelas control sama halnya dengan kelas eksperimen dimana siswa memiliki minat belajar fisika yang cukup baik. Pada kelas control pengukuran korelasi product moment (antara variabel) dimana niali R = 0,737 mendekati satu dapat dikatan memiliki hubungan yang kuat (korelasi sempurna) dengan taraf sifnifikan 0,05. Semakin besar minat belajar yang tumbuh pada diri siswa maka hasil belajar akan tercapai akan mengalami peningkatan pula.minat belajar sangat berhubungan terhadap hasil belajar sehingga guru dituntut dapat meningkatkan minat siswa agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik dan tujuan pembelajaran terlaksana dengan baik. Dapat dilihat pada kelas eksperimen kemajuan minat belajar siswa dan skor rata rata hasil belajar siswa lebih tinggi dari kelas control. Hal ini dikarenakan siswa di kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, sehingga materi yang diberikan bisa dikuasai secara menyeluruh dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Sehingga dapat dikatakan hubungan minat belajr siswa dan hasil belajr siswa berbanding lurus. Dengan kata lain semakin tinggi minat belajar ada pada diri siswa maka skor rata- rata hasil belajar yang akan tercapai oleh siswa pun akan meningkat.