BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi yaitu sebagai stimulan atau umpan pariwisata serta sebagai salah satu produk utama pariwisata dan faktor tujuan utama kedatangan pengunjung. Senada dengan pernyataan di atas, menurut Inskeep faktor yang menentukan dalam berkembangnya sebuah destinasi antara lain, atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Atraksi memiliki jenis yang berbeda-beda, pariwisata menurut daya tariknya dibedakan menjadi tiga, yaitu, Daya Tarik Alam, pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek wisata yang masih alami Daya Tarik Budaya atau Heritage, pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempattempat yang memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti Kampung Naga, Tana Toraja, Kampung Adat Banten, Kraton Kasepuhan Cirebon, Kraton Yogyakarta, dan objek wisata budaya lainnya. Di Kawasan Prambanan 1
Daya Tarik Minat Khusus, pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olah raga, wisata rohani, wisata kuliner, wisata belanja, dengan jenis-jenis kegiatannya antara lain, olah raga gantole, bungee jumping, dan kegiatan lainnya. Dari ketiga daya tarik tersebut, daya tarik berupa budaya (tangible) merupakan daya tarik yang membutuhkan manajemen pengelolaan yang berbeda. Pengelolaan yang berbeda ini dikarenakan sifat dari sumber daya budaya yang tidak dapat diperbaharui dan cenderung rentan terhadap kerusakan. Bukan berarti keberadaan atraksi budaya tidak bisa diakses dengan mudah oleh wisatawan, hanya saja dalam pemanfaatan dan pengembangannya harus mengikuti kaidah-kaidah pelestarian yang telah diatur dalam undang-undang. Pada dasarnya daya tarik budaya (heritage) sudah memiliki kekuatan untuk mampu menarik wisatawan berkunjung. Salah satu kekuatan yang dimiliki sebuah heritage adalah keunikannya. Keunikan yang dimaksud adalah jumlahnya yang hanya ada satu dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Berbeda dengan daya tarik artifisial seperti water boom dimana hampir semua daerah memiliki jenis wisata semacam ini. Daya tarik budaya akan memiliki daya tarik wisata yang semakin kuat apabila memperoleh status sebagai World Heritage. Selain itu daya tarik atau atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya dengan memenuhi 3 syarat antara lain (Yoeti, 1997) : Di Kawasan Prambanan 2
Apa yang dapat dilihat (Something to see) Apa yang dapat dilakukan (Something to do) Apa yang dapat dibeli (Something to buy) Umumnya dalam pengembangan sebuah destinasi, unsur demand memiliki pengaruh kuat dalam menentukan atraksi sebuah destinasi. Kondisi ini tidak sesuai dengan daya tarik wisata berupa budaya (heritage). Keaslian merupakan salah satu syarat dari sebuah sumber daya budaya untuk ditetapkan sebagai cagar budaya. Keaslian cagar budaya menyangkut beberapa hal, mulai dari keaslian bentuk, keaslian bahan dan keaslian letak. Dalam pasal 48 Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Benda Cagar Budaya dijelaskan bahwa peringkat atau status cagar budaya suatu benda, bangunan atau kawasan dapat dicabut apabila kehilangan wujud aslinya dan sebagian besar unsurnya. Oleh karena itu sebuah daya tarik budaya (heritage) tidak bisa dimodifikasi atau dirubah sesuai dengan keinginan pasar (demand). Hal itu kemudian yang dijadikan kendala dalam sebuah pengelolaan destinasi wisata dengan daya tarik budaya (heritage). Keberadaan obyek arkeologis pada situs-situs yang cukup besar di Indonesia (yang menempati bentang lahan yang juga beragam, di tengah lingkungan masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya) serta aktivitas arkeologis yang menyangkut upaya penelitian dan pelestarian, harus juga dipandang sebagai potensi kepariwisataan yang harus diberdayakan bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Bentuk wisata yang didasari motivasi / maksud bepergian wisatawan berkenaan dengan obyek tersebut, salah satunya adalah wisata minat khusus (Koestoro, 2008). Di Kawasan Prambanan 3
Aktivitas lapangan dalam bidang arkeologi dapat menjadi salah satu atraksi wisata yang cukup potensial mendatangkan wisatawan minat khusus dari dalam dan luar negeri. Adapun yang menjadi permasalahan, penanganan sebuah situs memerlukan kehati-hatian yang cukup tinggi karena obyek arkeologi memiliki sifat tidak terperbaharui. Selain itu, dapat dikatakan belum atau tidak ada praktisi dunia kepariwisataan (di Indonesia khususnya) yang memanfaatkan peluang itu dalam mendatangkan dan meningkatkan kunjungan wisata (Koestoro, 2008). Pada prinsipnya dapat disebutkan bahwa arkeologi adalah ilmu yang secara sistematis dan terkendali mempelajari manusia dan kebudayaan masa lampau berdasarkan peninggalannya yang tersisa, tidak saja bagi kepentingan ilmu pengetahuan melainkan untuk kepentingan lain yang lebih luas. Berkenaan dengan itu maka masuk dalam kerja arkeologi adalah upaya penemuan (discovery), pencatatan (recording), preservasi (bila diperlukan), serta interpretasi atas jejak okupasi manusia dan lingkungan tempat kehidupannya di masa lalu. Dalam implementasi di lapangan, penelitian arkeologi memerlukan berbagai tahapan yang mutlak harus diikuti. Tahapan itu dimulai dari proses pengumpulan data arkeologi melalui survei dan ekskavasi, pengolahan data lapangan, pelaporan, serta diakhiri dengan publikasi sebagai upaya sosialisasi hasil penelitian, baik untuk lingkup ilmiah maupun masyarakat pada umumnya. Pada suatu aktivitas pengumpulan / penjaringan data, ekskavasi merupakan bagian penting dari sebuah aktivitas arkeologis sekaligus menjadi trademark dari arkeologi itu sendiri. Adapun dalam konteks preservasi dan konservasi, yakni upayaupaya pengamanan, pengawetan, dan pelestarian obyek-obyek arkeologis, Di Kawasan Prambanan 4
apalagi yang berukuran besar atau monumental. Aktivitas arkeologis kerap melibatkan banyak orang dan memakan waktu yang panjang. Ini berkenaan dengan pemugaran candi, benteng, istana, mesjid-mesjid tua, dan sebagainya. Prinsip yang digunakan dalam kegiatan dimaksud adalah mengupayakan keaslian benda dan bentuk, serta membuatnya lebih tahan lama. Kawasan Prambanan merupakan kawasan yang mengandung begitu banyak tinggalan arkeologis berupa candi. Keberadaan situs-situs percandian yang begitu banyak tentunya membutuhkan penanganan arkeologis, baik observasi, preservasi maupun pemugaran. Untuk memudahkan kerja dari tenaga arkeologi, pemerintah menempatkan instansi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dan Yogyakarta di Prambanan untuk mempermudah dalam melakukan penanganan. Selain sebagai Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Prambanan merupakan salah satu tujuan wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Keberadaan situssitus percandian terutama Candi Prambanan menjadikan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Keberadaan Prambanan sebagai Kawasan Cagar Budaya sekaligus kawasan wisata belum mampu mengintegrasikan kedua aktivitas ini. Umumnya aktivitas yang dilakukan wisatawan di sebuah daya tarik candi hanya melihat-lihat dan berfoto. Aktivitas wisatawan yang hanya datang, melihat, berfoto dan pergi berpengaruh terhadap tingkat kepuasan dan pengalaman berwisata bagi wisatawan. Menurut hasil penelitian tentang Analisis Tingkat Kepuasan Pengunjung Objek Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Tahun 2005, harapan wisatawan ketika berkunjung di Candi Prambanan Di Kawasan Prambanan 5
tidak sesuai dengan ekspektasi, menurut hasil analisis harapan dan kenyataan nilai kepuasan konsumen masih dibawah nilai harapan pada saat berkunjung di objek. Senada dengan pernyataan di atas, berdasarkan kajian visitor management di Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang dilakukan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, persepsi wisatawan terhadap keberadaan Candi Prambanan hanya sebatas peninggalan sejarah sebagai objek rekreatif tanpa memiliki nilai penting. Keberadaan atraksi pendukung juga dirasa tidak menguatkan image kawasan Candi Prambanan sebagai Archaeological Park. Kondisi Candi Prambanan bisa mewakili kondisi-kondisi situs-situs percandian yang berada di Kawasan Prambanan. Tidak beragamnya aktivitas wisata dan persepsi wisatawan terhadap tinggalan cagar budaya berdampak pada lama tinggal wisatawan di suatu tempat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, lama tinggal wisatawan di Prambanan hanya sekitar 2% dari total perjalanan wisatawan atau hanya sekitar 2 jam saja. Tidak begitu banyak informasi yang didapat dari wisatawan setelah mengunjungi daya tarik sebuah candi. Di sisi lain sebuah bangunan cagar budaya tentunya memiliki sejarah panjang yang menarik mulai dari didirikan hingga dipugar kembali. Di sini peran arkeologi dibutuhkan sebagai penghubung antara informasi tentang masa lalu dengan wisatawan. Dalam satu Kawasan Prambanan terdapat aktivitas pariwisata dan aktivitas arkeologi. Selama ini wisatawan hanya melihat candi tanpa melihat proses bagaimana candi ditemukan hingga direkonstruksi ulang. Aktivitas arkeologi terkesan aktivitas yang tertutup. Di Kawasan Prambanan 6
Menurut penuturan Prof. Inajati Adrisijanti selaku guru besar bidang arkeologi Universitas Gadjah Mada, masyarakat bisa saja ikut terlibat dalam penelitian arkeologi tetapi tentu dengan batasan-batasan yang ada, mengingat objek arkeologi merupakan benda yang mudah rusak. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan arkeologi juga menjadi sarana memasyarakatkan arkeologi kepada masyarakat umum. Cerry Surya Pradana, arkeolog sekaligus dosen pariwisata Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada juga berpendapat bahwa masyarakat bisa saja terlibat dalam setiap kegiatan arkeologi dengan tingkat keterlibatannya disesuaikan dengan jenis kegiatannya. 1.2 Permasalahan 1. Aktivitas arkeologi yang umumnya berlangsung di dalam maupun di sekitar objek wisata candi belum berperan serta dalam kegiatan pariwisata baik sebagai subjek maupun objek wisata 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Sejauh mana potensi aktivitas arkeologi memiliki peluang dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata minat khusus di Kawasan Prambanan? 2. Faktor faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengembangan atraksi berupa aktivitas arkeologi? 3. Bagaimana strategi yang sesuai dalam pengembangan atraksi berupa aktivitas arkeologi? Di Kawasan Prambanan 7
1.4 Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan sejauh mana potensi aktivitas arkeologi bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata minat khusus di Kawasan Prambanan. 2. Menjelaskan dan mendeskripsikan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan atraksi berupa aktivitas arkeologi di Kawasan Prambanan. 3. Menjelaskan bagaimana strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan atraksi berupa aktivitas arkeologi di Kawasan Prambanan 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai usulan terhadap arahan pengembangan pariwisata di Kawasan Prambanan yang merupakan Kawasan Strategis Nasional yang sesuai dengan prinsip pengelolaan sebuah heritage tourism 2. Sebagai kajian tentang sistem manajemen atraksi pada kawasan heritage yang cenderung rentan terhadap kerusakan. Di Kawasan Prambanan 8
1.6 Keaslian Penelitian No Peneliti Tahun Judul Lokus Fokus Kesimpulan Penelitian 1. Rr. Diana Strategi Pemasaran Kawasan Wisata Taman Wisata Strategi pemasaran Ayudya Candi Prambanan Sebagai Kawasan Candi Prambanan 2006 Wisata Sejarah Dan Budaya Dalam Upaya Menaikkan Jumlah Kunjungan Wisatawan 2. Tika Ainunnisa Bentuk Kepuasan Pelaku Pariwisata Taman Wisata Sistem landscaping kepuasan wisatawan terhadap Fitria Terhadap Sistem Landscaping Kawasan Candi Prambanan dan kepuasaan landscaping dipengaruhi oleh 2007 Wisata Candi Prambanan wisatawan fungsi,struktur dan makna dari vegetasi 3. Ratih Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu Taman Wisata Kualitas pelayanan kemampuan berbahasa verbal pemandu Melatisiwi Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan Candi Prambanan pemandu wisata wisata di Candi Prambanan mempunyai Purwaningsih 2013 di Candi Prambanan (Tinjauan Khusus (guide) dan kepuasan pengaruh yang kuat terhadap kepuasan Pada Kemampuan Bahasa Verbal) wisatawan wisatawan 4. Manggar Sari Pelestarian Lanskap Budaya Kawasan Kawasan Pelestarian lanskap Pelestarian Kawasan Prambanan Ayuati Prambanan Prambanan budaya sebagai suatu lanskap budaya harus dilakukan oleh para stakeholder secara terpadu dan simultan agar 2011 pelaksanaannya dapat berjalan maksimal, dengan melibatkan masyarakat sekitar sebagai pelaku utama pelestarian kawasan Di Kawasan Prambanan 9
5. Yessi Supandi Evaluasi Manajemen Pengunjung Studi Taman Wisata Manajemen Belum optimalnya manajemen Kasus Taman Wisata Candi Prambanan Candi Prambanan Pengunjung pengunjung yang berbasis pada 2014 pelestarian kompleks Candi prambanan 6. Khofif Duhari Potensi Aktivitas Arkeologi Sebagai Kawasan Potensi aktivitas Rahmat 2014 Daya Tarik Wisata Minat Khusus Untuk Prambanan arkeologi Meningkatkan Kualitas Pengalaman Wisatawan di Kawasan Prambanan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian (Sumber : Olah data penulis, 2015) Di Kawasan Prambanan 10
Di Kawasan Prambanan 11