BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.1

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

STUDI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SAMBIREJO TIMUR KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SAWAH MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh YUYUT ARIYANTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasi sarana dan prasarana

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mencakup penggunaan lahan, faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dan dampak perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis sejak tahun 20072011, adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis dalam tahun 2007 dapat diketahui pada tabel 10 dan gambar peta penggunaan lahan tahun 2007. Menunjukkan bahwa pertanian seluas 184,90 Ha (21,56%), perkebunan rakyat 154,80 Ha (18,41%), permukiman seluas 476,80 Ha (52,30%), lahan kosong seluas 7,10 Ha (0,74%), sarana dan prasarana seluas 49,00 Ha (3,36%),dan industri seluas 51,20 Ha (3,60%). Penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis dalam tahun 2011 dapat diketahui pada tabel 2 dan gambar peta penggunaan lahan tahun 2011. Menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk pertanian seluas 162,70 Ha (18,63%), perkebunan rakyat seluas 73,80 Ha (8,455%), permukiman seluas 563,20 (64,49%), lahan kosong seluas 7,10 Ha (0,81%), sarana dan prasarana seluas 49,00 Ha (3,66%),dan industri seluas 51,20 Ha (3,91%). Penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis disetiap kelurahan dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena tingkat kebutuhan manusia yang semakin bertambah dan jumlah penduduk yang semakin meningkat.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Bajenis dapat dilihat dengan membandingkan perubahan penggunaan lahan pada tahun 20072011.Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis dalam kurun waktu antara tahun 20072011 telah terjadi perubahan luas penggunaan lahan. Diketahui bahwa penggunaan lahan untuk pertanian berkurang seluas 22,20 Ha dari 184,90 Ha pada tahun 2007 menjadi 162,7 Ha pada tahun 2011. Pengurangan lahan untuk perkebunan rakyat berkurang 88,20 Ha dari 154,80 Ha tahun 2007 menjadi 73,8 Ha tahun 2011. Penambahan di pemukiman seluas 86,20 Ha dari 476,80 Ha pada tahun 2007 menjadi 563,00 Ha pada tahun 2011. Tidak ada perubahan pada lahan kosong di kecamatan ini dari tahun 2007 sampai 2011 yaitu tetap seluas 7,10 Ha. Penggunaan lahan untuk sarana dan prasarana di kecamatan Bajenis ini dari tahun 2007 sampai 2011 tidak mengalami penambahan yaitu tetap seluas 49,00 Ha. Penggunaan lahan untuk industri juga tidak mengalami penambahan yang signifikan, tetap seluas 51,20 Ha. Perubahan luas lahan yang paling dominan adalah pengurangan luas lahan pertanian dan perkebunan untuk penambahan lahan pemukiman. Perubahan luas penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Perubahan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Bajenis Tahun 20072011

No. Penggunaan Lahan Tahun Perubahan Luas 2007 2011 1 Pertanian 184,90 162,70 22,20 2 Perkebunan Rakyat 154,80 73,80 88,20 3 Permukiman 476,80 563,00 86,20 4 Lahan Kosong 7,10 7,10 5 Sarana dan Prasaran 49,00 49,00 6 Industri 51,20 51,20 Jumlah 907,80 907,80 Sumber: Kantor Camat Bajenis 2011 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Bajenis dapat dilihat dengan membandingkan perubahan penggunaan lahan di setiap kelurahan.. Di bawah ini akan dibahas perubahan penggunaan lahan yang terjadi di setiap kelurahan yang terjadi di Kecamatan Bajenis. Tabel 1 Perubahan Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Kecamatan Bajenis Tahun 20072011 Penggunaan No Kelurahan 2007 2011 Perubahan 1. Bulian 74,00 52,50 18,5 Pelita 35,70 55,70 Durian 3,70 3,7 Bandar Sakti

5. Teluk Karang 6. Pinang Mancung 71,50 71,50 7. Berohol Jumlah 184,90, 184,90 22,2 Sumber : Kantor Camat Bajenis,2011 Berdasarkan pada tabel 12 di atas dapat dijelaskan bahwa perubahan lahan pertanian yang paling luas berkurang luasnya terdapat di Kelurahan Bulian 18,5 Ha. Perubahan luas lahan pertanian di Kecamatan Bajenis yang paling dominan berubah ke lahan pemukiman. Gambar 2 : Areal pertanian di Kecamatan bajenis

Tabel 1 Perubahan Luas Penggunaan Lahan Perkebunan Rakyat di Kecamatan Bajenis Tahun 20072011 Penggunaan No Kelurahan 2007 2011 Perubahan 1. Bulian 71,80 21,00 50,80 Pelita 14,60 12,40 2,20 Durian 35,90 6,30 29,60 Bandar Sakti 6,90 6,40 0,50 5. Teluk Karang 9,70 7,67 2,03 6. Pinang Mancung 8,60 7,23 1,37 7. Berohol 27,40 25,70 1,70 Jumlah 184,90 111,10 88,20 Sumber : Kantor Camat Bajenis,2011 Berdasarkan pada tabel 13 di atas dapat dijelaskan bahwa perubahan lahan perkebunan rakyat yang paling luas berkurang luasnya terdapat di Kelurahan Bulian 50,80 Ha, dan perubahan lahan perkebunan rakyat yang paling sedikit berkurang luasnya terdapat di Kelurahan Bandar Sakti 0,50 Ha. Perubahan luas lahan basah di Kecamatan Bajenis yang paling dominan berubah ke lahan pemukiman, kantor pemerintah, sekolah, tempat ibadah, dan pabrik.

Gambar 3 : Pembangunan Mesjid di kelurahan Pinang Mancung Tabel 1 Perubahan Luas Penggunaan Lahan Pemukiman di Kecamatan Bajenis Tahun 20072011 Penggunaan No Kelurahan 2007 2011 Perubahan

1. Bulian 34,90 56,70 21,80 Pelita 54,80 57,00 2,20 Durian 73,40 106,70 33,30 Bandar Sakti 68,80 72,20 3,40 5. Teluk Karang 24,30 24,80 0,50 6. Pinang Mancung 42,40 44,30 1,90 7. Berohol 198,30 201,50 3,20 Jumlah 476,80 563,00 86,20 Sumber : Kantor Camat Bajenis,2011 Berdasarkan pada tabel 14 dapat dijelaskan bahwa perubahan lahan pemukiman di Kecamatan Bajenis tahun 20072011 dapat dilihat perubahan lahan pemukiman yang paling luas terdapat di Kelurahan Durian 33,30 Ha, dan perubahan lahan pemukiman yang paling sedikit terdapat di Teluk Karang 0,5 Ha. Perubahan luas lahan pemukiman di Kecamatan Bajenis berasal dari perubahan lahan pertanian dan lahan perkebunan rakyat.

Tabel 15. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kosong, Sarana Prasarana dan Industri di Kecamatan Bajenis Tahun 20072011 Penggunaan No Kelurahan 2007 2011 Perubahan 1. Bulian 8,4 8,4 Pelita 8,2 8,2 Durian 27,4 27,4 Bandar Sakti 2,4 2,4 5. Teluk Karang 2,17 3,7 1,53 6. Pinang Mancung 4,33 3,8 0,53 7. Berohol 20,4 19,4 1 Jumlah 73,30 73,30 0 Sumber : Kantor Camat Bajenis,2011 Berdasarkan pada tabel 15 di atas dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perubahan pada luas lahan kosong, sarana prasarana, dan industri di Kecamatan Bajenis tahun 2007 2011. Tabel 16. Penggunaan lahan di Kelurahan Bulian Kecamatan Bajenis Penggunaan No Jenis Lahan 2007 2011 Perubahan

1. Tanah Sawah 74,50 35,50 39 Tanah Kering 71,58 11,00 60,58 Pekarangan 56,70 34,9 21,80 Lahan Kosong 8,4 3,50 4,90 Jumlah 211,10 84,90 126,28 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui perubahan penggunaan lahan tanah kering di kelurahan Bulian paling dominan dengan jumlah 60, 58 ha selama periodr 2007 2011. Sedangkan yang paling sedikit mengalami perubahan adalah jenis lahan kosong dengan jumlah 4,90 ha. Tabel 17. Penggunaan Lahan di kelurahan Pelita Kecamatan Bajenis Penggunaan No Jenis Lahan 2007 2011 Perubahan 1. Tanah Sawah 52,00 52,00 Tanah Kering 14,60 12,40 2,20 Pekarangan 54,80 57,00 2,20 Lahan Kosong 8,20 8,20 Jumlah 129,60 129,60 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Pelita Kecamatan Bajenis pada tanah kering sebanyak 2,20 ha dan penggunaan lahan untuk peruntukan sekarang berkurang sebanyak 2,20 ha.

Tabel 18. Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Durian kecamatan Bajenis Penggunaan No Jenis Lahan 2007 2011 Perubahan 1. Tanah Sawah 3,70 3,70 Tanah Kering 35,90 6,30 29,60 Pekarangan 73,40 106,70 33,30 Lahan Kosong 27,40 27,40 Jumlah 140,40 140,40 66,60 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Berdasarkan Data yang diperoleh pada tabel 18 telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang signifikan untuk tanah kering di kelurahan pelita sebanyak 29,60 ha sedangkan untuk penggunaan lahan pekarangan mengalami penambahan sebanyak 33,30 ha pada tahun 2011. Sebaliknya untuk jenis tanah sawah dan lahan kosong tidak mengalami penambahan maupun pengurangan. Tabel 19. Perubahan Penggunaan Lahan di kelurahan Bandar Sakti No Jenis Lahan Penggunaan 2007 2011 Perubahan

1. Tanah Sawah 3,70 3,70 Tanah Kering 6,90 3,50 3,40 Pekarangan 68,80 72,20 + 3,40 Lahan Kosong 2,40 2,40 Jumlah 81,80 78,10 3,70 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Berdasarkan pengamatan tabel 19 penggunaan lahan di kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi untuk Jenis Lahan Tanah Sawah tidak mengalami perubahan baik penambahan maupun pengurangan selama periode 5 tahun berbeda dengan jenis lahan tanah kering mengalami pengurangan 3,40 ha sedangkan untuk jenis lahan yang peruntukan nya pekarangan mengalami penambahan sebanyak 3,40 ha. Tabel 20. Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Teluk Karang Penggunaan No Jenis Lahan 2007 2011 Perubahan 1. Tanah Sawah Tanah Kering 9,70 7,67 2,03 Pekarangan 24,30 24,80 + 0,50 Lahan Kosong 2,17 3,70 + 1,53 Jumlah 36,17 36,17 Sumber: BPS Kota Tebing Tinggi

Berdasarkan Tabel 20 terjadi perubahan penggunaan lahan untuk jenis tanah kering mengalami pengurangan 2,03 ha selama periode 2007 2011 sedangkan untuk penggunaal lahan jenis pekarangan mengalami penambahan seluas 0,50 ha begitu juga pada lahan kosong mengalami penambahan 1,53 ha Tabel 21. Perubahan Penggunaan Lahan Di Kelurahan Pinang Mancung Penggunaan No Jenis lahan 2007 2011 Perubahan 1. Tanah Sawah 71,50 71,50 Tanah Kering 8,60 7,23 1,37 Pekarangan 42,40 44,30 + 2,10 Lahan Kosong 4,33 3,80 0,83 Jumlah 126,83 126,83 4,30 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Penggunaan lahan di kelurahan Pinang Mancung Kecamatan Bajenis pada mengalami beberapa perubahan pada tahun 2007 hingga tahun 2011 untuk jenis tanah kering mengalami pengurangan sebanyak 1,37 ha dan untuk jenis lahan kosong mengalami pengurangan sebanyak 0,8 Berbeda untuk penggunaan jenis lahan pekarangan mengalami penambahan sebanyak 2,10 ha. Tabel 2 Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis No Jenis Lahan Penggunaan 2007 2011 Perubahan

1. Tanah Sawah 0,50 Tanah Kering 27,40 25,70 1,7 Pekarangan 198,30 201,50 + 3,2 Lahan Kosong 20,40 19,40 1 Jumlah 246,60 246,60 5,90 Sumber : Kantor Kelurahan Berohol (2013) Berdasarkan Tabel tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Penggunaan Lahan di Kelurahan Berohol mengalami perubahan untuk jenis tanah kering mengalami penurunan sebanyak 1,70 ha begitu pula untuk jenis lahan kosong berkurang sebanyak 1 ha sedangkan untuk jenis lahan pekarangan mengalami penambahan sebanyak 3,20 ha selama periode 2007 hingga 2011. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pada tahun 2007 sampai 2011 ditinjau faktor social. a. Faktor Sosial Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis pada tahun 2007 sampai tahun 2011 ditinjau dari faktor sosial yaitu jumlah penduduk. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk setiap satuan luas lokasi yang dimana menunjukkan ratarata penduduk menempati setiap 1 kilometer persegi permukaan bumi. Kepadatan Penduduk Aritmatika (Kasar) adalah Jumlah penduduk suatu wilayah : Luas wilayah = Kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bajenis tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini:

Tabel 2 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bajenis Tahun 2007 No. Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) 1. Bulian 1,5010 4698 3132 Pelita 1,2960 2629 2092 Durian 1,4040 7716 5496 Bandar Sakti 0,7810 5238 6707 5. Teluk Karang 0,3617 2117 5853 6. Pinang Mancung 1,2683 2670 2117 7. Berohol 2,4460 5216 2670 Jumlah 9,0780 30.283 28.067 Sumber: Kantor Camat Bajenis, 2007 Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Bajenis tahun 2007 termasuk dalam kategori sangat padat dibuktikan dengan kepadatan penduduk sebanyak 28.067 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk yang terbanyak di Kecamatan Bajenis terdapat di

Kelurahan Bandar Sakti sejumlah 6707 jiwa/km 2 dan kepadatan penduduk yang terendah di Kecamatan Bajenis terdapat di Kelurahan Pelita sejumlah 2092 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bajenis tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 25 di bawah ini: Tabel 25. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bajenis Tahun 2011 No. Kelurahan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) 1. Bulian 1,5010 5852 3898 Pelita 1,2960 2574 1986 Durian 1,4040 7342 5229 Bandar Sakti 0,7810 5106 6537 5. Teluk Karang 0,3617 2445 6759 6. Pinang Mancung 1,2683 4194 3306 7. Berohol 2,4460 5899 2392 Jumlah 9,0780 3512 30.107 Sumber: Kantor Camat Bajenis, 2011 Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Bajenis tahun 2011 juga termasuk kepadatan penduduk yang sangat padat dibuktikan dengan kepadatan penduduk sebanyak 30.107 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk yang terbanyak di Kecamatan Bajenis terdapat di Kelurahan Teluk Karang sejumlah 6759 jiwa/km 2 dan kepadatan penduduk yang terendah di Kecamatan Bajenis terdapat di Kelurahan Pelita sejumlah 1986 jiwa/km 2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk yang bertempat tinggal atau berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang belaku di daerah tersebut(http//wikipedia.com). Jumlah penduduk di Kecamatan Bajenis dapat dilihat pada tabel 26 sebagai berikut : Tabel 26.Jumlah Penduduk di Kecamatan Bajenis No. Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2007 2011 Pertambahan Jumlah Penduduk 1. Bulian 4698 5852 1154 Pelita 2629 2574 55 Durian 7716 7342 374 Bandar Sakti 5238 5106 132 5. Teluk Karang 2117 2445 328 6. Pinang Mancung 2670 4194 1524 7. Berohol 5216 5899 683 Jumlah 30.283 3512 3128 Sumber: Kantor Camat Bajenis, 2011 Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Pinang Mancung sebanyak 1524 jiwa, sedangkan yang pertambahan terendah di Kelurahan Teluk Karang sebanyak 328 jiwa. Selain itu, terdapat juga beberapa kelurahan yang tidak mengalami penambahan tetapi pengurangan. Namun penambahan tetap lebih

banyak dari pengurangan selama 20072011.Hal ini disebabkan tingkat kelahiran dan perpindahan penduduk. Dari hasil angket yang diperoleh dari warga sekitar dapat disimpulkan bahwa ada sebagian masyarakat yang setuju dan tidak setuju dengan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Bajenis ini dikarenakan dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkannya. Seperti halnya dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu lahan pertanian yang berkurang akan menimbulkan ke kuatiran sendiri di masyrakat, arus urbanisasi yang tidak terbendung, kesenjangan sosial hingga konflik sosial di masyrakat. Tetapi, tidak hanya dampak negatif saja yang dirasakan oleh masyarakat sekitar adapula dampak positif yang dirasakan mereka yaitu dapat memajukan wilayah tersebut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan penduduk, hingga kemjuan informasi dan teknologi lebih mudah di peroleh.

B. Pembahasan Pembahasan ini menyajikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis tahun 20072011, dan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis tahun 20072011. 1. Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Bajenis Sejak Tahun 20072011 Menurut Wahyunto (2010), perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. Pembahasan dalam sub ini yaitu untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang dilihat dari jenis, luas dan perubahan yang paling dominan yang terjadi di Kecamatan Bajenis. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis sejak tahun 20072011 dapat dilihat secara garis besar, penggunaan lahan di Kecamatan Bajenis dapat dibagi atas enam yaitu: (1) lahan pertanian, (2) lahan perkebunan rakyat (3) lahan permukiman, (4) lahan kosong, (5) lahan sarana dan prasarana, (6) lahan industri..

Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Bajenis sejak tahun 20072011 secara keseluruhan berkurang luasnya sebesar 42,20 Ha. Perubahan penggunaan lahan pertanian yang paling luas terdapat di Kelurahan Bulian seluas 38,5 Ha, pengurangan luas lahan ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang membangun rumah, RUKO (Rumah Toko), dan wahana hiburan, demi memenuhi kebutuhan hidup dan pertambahan penduduk, secara teoritis dapat dikaji sebagai ciriciri perkembangan suatu wilayah ke arah positif walaupun pada akhirnya perubahan tersebut membawa dampak negatif seperti semakin sempitnya wilayah hijau di kelurahan ini. Gambar 4 : Pembangunan Ruko di Areal Bekas Timbunan Sawah Di Kecamatan Bajenis Perubahan penggunaan lahan perkebunan rakyat di Kecamatan Bajenis sejak tahun 20072011 berkurang luasnya 88,20 Ha. Perubahan penggunaan lahan perkebunan rakyat yang paling luas terdapat di Kelurahan Bulian seluas 50,80 Ha, perubahan lahan ini

dialihfungsikan ke lahan permukiman dan lahan saranaprasarana hal ini dikarenakan kelurahan ini memiliki lahan perkebunan rakyat yang cukup luas, dan daerah ini merupakan salah satu dari kelurahan yang lahannya banyak digunakan untuk permukiman dan sarana prasarana. Sedangkan perubahan penggunaan lahan perkebunan rakyat yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Pinang Mancung seluas 1,7 Ha. Perubahan lahan perkebunan rakyat ini dominannya pada setiap kelurahan di kecamatan ini dialihfungsikan ke lahan permukiman serta sarana dan prasarana. Gambar 5: Areal pertanian yang berubah menjadi kios terbangun Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Bajenis tahun 20072011 a. Faktor Sosial

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal atau berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku di daerah tersebut Kepadatan penduduk sangat mendukung perubahan penggunaan lahan. Semakin padat tingkat kepadatan penduduk akan semakin banyak perubahan penggunaan lahan terjadi. Hal ini disebabkan tingginya tingkat kebutuhan hidup. Jumlah penduduk yang meningkat 3128 dalam periode 2007 2011 akan sangat mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk. Sugiharto,2007 menyatakan penggunaan lahan merupakan keterkaitan antara aktifitas manusia dengan sebidang lahan. Hal itu menunjukan bahwa semakin banyak manusia yang bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besar intervensi manusia dalam mengubah fungsi lahan untuk berbagai macam bentuk kegitan. Perubahan fungsi lahan tersebut akan menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan Ketersediaan sumberdaya alam dan standar hidup akan semakin menurun sejalan dengan perkembangan kota dan berbanding terbalik dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pencemaran lingkungan. Selain itu, meningkatnya luasan areal terbangun di perkotaan yang umumnya dicirikan dengan bangunan beton dan aspal akan meningkatkan suhu udara. Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi yang makin pesat, tekanan terhadap lingkungan juga semakin berat.

Gambar 6: Perumahan di Kelurahan Pinang Mancung Kecamatan Bajenis. Masalahmasalah lingkungan pun bermunculan mulai dari pencemaran udara, banjir, kebisingan, peningkatan suhu udara dan penurunan kualitas lingkungan lainnya dari hari ke hari semakin meningkat. Perkembangan kota yang pesat ditandai dengan meningkatnya aktivitas manusia seperti pemanfaatan lahan, permukiman, perindustrian, sarana prasarana dan sebagainya. Hal ini menyebabkan kualitas lingkungan hidup di perkotaan cenderung menurun.(budiharjo dan Sudanti, 1993).