ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PALA BASAH DAN KERING DI DESA PANITI HALMAHERA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN PETANI PALA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

KAJIAN BUDIDAYA TANAMAN PALA (Myristica fragrans Houtt) DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

Prospek dan Strategi Pengembangan Pala di Maluku

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

(Studi Kasus di Kecamatan Galela Barat, Tobelo Selatan dan Kao Utara) Zeth Patty dan Ariance Y. Kastanja Politeknik Perdamaian Halmahera Tobelo

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG DI UKM RIFA, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS TATANIAGA GABAH/BERAS DARI KENAGARIAN CUPAK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK SKRIPSI. Oleh : Prima Sari Esti Eysa

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI PALA DI KAMPUNG TALAWID KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE ABSTRACT

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

Arie Bororing Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Indonesia ABSTRAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

PEMASARAN GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) DI KENAGARIAN MANGGILANG KEC. KOTO BARU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara. dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa :

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP JENIS DAN UKURAN KEMASAN PENGAWET NIRA ALAMI INSTAN TANGKIS

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS PEMASARAN KAPULAGA (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ciamnggu I di Desa Cimanggu Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran) Abstrak

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA TERUNG ( Solanum melongena) DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

DAFTAR PUSTAKA. Aksi Agraris Kanisius Bercocok Tanam Lada. Yogyakarta: Kanisius.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Oleh: 1 Sohidal Farid, 2 Jafar Sidiq, 3 Cecep Pardani

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

PROSPEK PENGEMBANGAN PALA (Myristica fragrans Houtt) DI HUTAN RAKYAT EVA FAUZIYAH*, DEVY PRIAMBODO KUSWANTORO, & SANUDIN

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB IV METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN *

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

IV. METODE PENELITIAN

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

I. PENDAHULUAN. berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial. Pada awalnya di Negara

ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PALA BASAH DAN KERING DI DESA PANITI HALMAHERA TENGAH H a m k a Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, e-mail: hamka_agb@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan Menganalisis besar perbandingan pendapatan antara petani pala basah dan pendapatan petani pala kering. Lokasi penelitian di Desa Paniti, Kecamatan Patani, Kabupaten Halmahera Tengah, pada bulan September-Okbtober 2014. Sampel sebanyak 54 responden dipilih dengan metode sampling jenuh. Analisis data digunakan metode analisis uji t dengan software SPSS 16. Hasil penelitian menujukkan Hasil uji t, menunjukkan t hitung sebesar (9.339) sedangkan t tabel (0,305). Dengan demikian berdasarkan hipotesis t hitung > t tabel, yang berarti hipotesis (H0) di terima dan H1 di tolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani pala basah terhadap pendapatan petani pala kering. Kata Kunci: Pendapatan, Pala basah, Pala kering I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pala Banda (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditas ekspor potensial andalan pemerintah daerah Maluku, sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah tersebut. Pala merupakan tanaman rempah asli kepulauan Maluku (Purseglove et al., 1995), yang telah diperdagangkan dan dibudidayakan secara turun temurun dalam bentuk perkebunan rakyat di sebagian besar kepulauan Maluku. Pertanian pala baik di masyarakat maupun perusahaan perkebunan, merupakan hasil perbanyakan asal biji (generatif) sehingga masalah sex ratio tidak dapat diatur dari awal pertanaman dan bibit yang digunakan adalah asalan, dengan produktivitas rendah yaitu kurang dari 1500 3000 butir/pohon/tahun (Hadad, 1992). Pemakaian bibit unggul pala klonal (vegetatif) diperlukan pada program pengembangan pala ke depan sehingga masalah sex ratio dapat teratasi dan produksi serta mutu dapat lebih meningkat. Berdasarkan kondisi pala saat ini, Pemerintah Daerah seharusnya segera melakukan perbaikan dengan mengacu teknologi budidaya yang telah tersedia. Teknologi yang tersedia dari hasil penelitian, antara lain teknologi perbanyakan bibit pala unggul klonal (vegetatif), pengolahan biji pala dan fuli menjadi minyak atsiri, teknologi pengolahan minyak atsiri menjadi diversifikasi produk ikutan dan teknologi pengolahan daging buah pala menjadi berbagai macam makanan ringan belum diperoleh di tingkat petani. Pala adalah salah satu tanaman perkebunan rakyat yang menjadi sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat di Desa Peniti. Kecamatan Patani merupakan penghasil pala terbesar di Kabupaten Halmahera Tengah. Buah pala terdiri atas daging buah (pericarp) dan biji yang terdiri atas fuli, tempurung dan daging biji. Fuli adalah serat tipis (areolus) bewarna merah atau kuning muda, berbentuk selaput berlubang-lubang seperti jala yang terdapat antara daging dan biji pala (Hadad, dkk, 2006). Desa Peniti merupakan salah satu sentra produksi buah pala di Kecamatan Patani

Kabupaten Halmahera Tengah. Banyaknya tanaman pala yang tumbuh di Kecamatan Patani tersebar di beberapa Desa, diantaranya adalah Desa Peniti. Pada desa ini terdapat potensi yang cukup baik dalam hal tanaman pala. Tabel 1 akan menyajikan Luas Areal dan Produksi Pala di Desa Peniti pada tahun 2011 sampai dengan 2013. Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Pala di Desa peniti Tahun 2011-2013 Tahun Luas Areal/Lahan yang Ditempati (Ha) Produksi (Ton) 2011 73.21 2.45 2012 73.21 2. 49 2013 73.21 3.12 Sumber : Dishut Kab. Halteng, 2014 Potensi yang dimiliki, usahatani ini berpeluang untuk dibenahi baik secara teknis maupun dalam hal penataan kelembagaannya. Dalam hal ini lembaga pemasaran diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah pemasaran yang terjadi dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang baik. Adanya langkah tersebut diharapkan akan menghasilkan sejumlah tambahan pendapatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat. Petani pala di Desa Peniti ini menjual hasil panennya dalam bentuk basah dan kering. Dalam bentuk basah disini maksudnya setelah panen petani langsung dijual kepada pedagang pengumpul desa (PPD) tanpa dilakukan pengeringan / penjemuran. Sedangkan penjualan dalam bentuk kering disini maksudnya petani setelah melakukan pengupasan kulit pala, biji pala tersebut dipisahkan dengan fulinya. Biji pala dan fuli tersebut dijemur menggunakan sinar matahari (±2 hari tergantung cuaca) atau dengan pengasapan menggunakan api kecil (tumpukan sabut kelapa) selama empat jam atau satu hari tergantung banyak hasil produksi pala. Dalam penjualan pala baik yang basah maupun yang kering, petani di Desa Peniti ini tidak memanfaatkan daging buah pala. Pemasaran pala yang dilakukan oleh petani di desa peniti pada umumnya menjual palanya dalam bentuk basah 62,5 % kepada pedagang pengumpul desa seharga Rp. 1700 / biji. Sedangkan petani yang menjual pala dalam bentuk kering 37,5 % dengan harga jual biji kering Rp. 60.000 /kg dan harga jual fulinya Rp. 90.000 / kg. Penjualan fuli ini lebih mahal daripada penjualan biji palanya. Dalam hal ini terdapat perbedaan harga yang besar antara penjualan biji pala dalam bentuk basah dengan penjualan biji pala setelah dilakukan pengeringan. Apabila menjual dalam bentuk basah, maka fuli pala tidak terhitung. Secara tidak langsung petani pala akan rugi menjual pala dalam bentuk basah. Dengan demikian berapa besar signifikansi perbedaan pendapatan petani pala yang menjual dalam bentuk basah dan yang menjual dalam bentuk kering menjadi penting untuk diketahui. 1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Menganalisis besar perbandingan pendapatan antara petani pala basah dan pendapatan petani pala kering. II. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Peniti Kecamatan Patani. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Peniti merupakan salah satu sentral produksi pala di Kecamatan Patani Kabupaten Halmahera Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2014. 2.2. Metode Penentuan Sampel Jumlah responden yang menjual pala dalam bentuk basah adalah 31 orang. Sedangkan yang menjual pala dalam bentuk kering sebanyak 23 orang sehingga total responden berjumlah 54 orang, penarikan sampel menggunakan metode sampling jenuh dimana teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunkaan sebagai sampel (Sugiono, 2011). Pengambilan sempel dilakukan atas dasar pendekatan langsung ke responden dengan panduan dari peneliti. Dalam hal ini, penulis akan mewawancarai responden sehingga dapat diperoleh informasi lebih dalam. 37

2.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian menggunakan dua macam metode pengambilan data yaitu data primer dan data sekunder, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Data Primer Data primer adalah yang diperoleh lewat wawancara dengan responden, dengan bantuan kuesioner. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lain. Dapat bersumber dari pustaka dan lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini bersumber dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Halmahera Tengah, dan instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. 2.4. Metode Analisis Data 2.4.1. Pendapatan Pendapatan petani pala basah dan petani pala kering dianalisis dengan rumus Hadisapoetra (1973) : Pd U = H x Y. (1) Keterangan : PdU : Pendapatan Petani Pala Basah dan Petani Pala Kering (Rp/Th). H : Harga Produksi Usahatani Pala Basah dan Pala Kering Rp/Kg. Y : Hasil Produksi Petani Pala asah/petani Pala Kering Untuk mendapatkan sampel yang dapat mengambarkan dan mencandrakan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus FormulaSlovin (dalam Umar, 2004:108) sebagai berikut :....(2) Diman : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian kerena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian sebesar 10%. 2.4.2. Uji T Untuk mengetahui apakah ada perbedean pendapatan petani yang menjual pala basah dan pala kering, maka dilakukan uji t. Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut : ( ) ( ) ( )... (3) Kriteria dari uji t untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara petani yang menjual pala dalam bentuk basah dan petani pala yang menjual dalam bentuk kering (Usman dan Purnomo, 2003) adalah sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel, maka H0 diterima, berarti ada perbedaansignifikan antara pendapatan pada petani yang menjual pala kering dengan pendapatan petani yang menjual pala basah. b. Jika t hitung < t tabel, maka H1 di tolak, berarti tidak ada perbedaan signifikan antara pendapatan petani yang menjual pala basah dengan petani yang menjual pala kering. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kepemilikan pohon pala yang dimiliki oleh petani pala di Desa Peniti tidak sama antara satu petani dengan petani lain. Sebaran pohon pala di Desa Peniti tidak hanya pada areal perkebunan masyarakat tetapi juga di pekarangan-pekarangan rumah masyarakat desa Paniti. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kepemilikan pohon pala semakin banyak dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Adapun jumlah kepemilikan pohon pala di Desa Paniti dapat di lihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 1 menunjukkan bahwa (31.48 %) adalah petani yang memiliki pohon pala dari di atas 40 pohon. Sedangkan petani yang memiliki jumlah pohon pala 25-29 sebesar (57.41 %) dan (11.11 %) adalah petani yang memiliki jumlah pohon pala di bawah 25 pohon. Produksi yang diperjual belikan oleh petani adalah pala dalam bentuk biji basah dan 38

dan biji kering. Nilai produksi merupakan nilai dari pala yang dihasilkan petani, diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual. Besarnya nilai produksi antar petani akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya pohon pala yang dimiliki dan juga mutu pala yang akan dijual. Pendapatan petani pala merupakan penerimaan petani selama dalam kegiatan usahatani pala. Pada saat penelitian, harga ratarata penjualan dalam bentuk pala basah adalah Rp 1700 per biji, Rp 60.000 per kilogram untuk penjualan dalam bentuk biji kering dan penjualan fuli adalah Rp 90.000 per kilogram. Tabel 2 akan menggambarkan nilai produksi petani pala di lokasi penelitian. Tabel 1. Kepemilikan Pohon Pala Petani Responden No Jumlah Pohon Jumlah Petani Responden Presentase (%) 1 >40 17 31.48 2 25-39 31 57.41 3 <25 6 11.11 Total 54 100.00 Tabel 2. Nilai Produksi Rata-rata per Pohon Pala di Desa Peniti Kecamatan Patani Kabupaten Halmahera Tengah 2014 Jumlah produksi (biji/kg) Harga Penerimaan Usahatani pala (biji/kg) (Rp) Petani pala basah - Biji basah Petani pala kering - Biji kering - Fuli 90 biji 3 Kg 0,7 Kg Sumber : data Primer setelah di olah, 2014 Rp 1700 Rp 60.000 Rp 90.000 Rp 153.000,- Rp 180.000,- Rp 63.000,- Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi per pohon adalah sebanyak 90 biji untuk pala biji basah, sedangkan untuk pala biji kering 3 kg dan fuli 0,7 kg. Petani pala sebagian besar (62,5 persen) menjual hasil produksi pala dalam bentuk biji basah dan (37,5 persen) menjual dalam bentuk biji kering. Petani yang melakukan penjualan dalam bentuk ini dengan alasan tidak memerlukan banyak waktu untuk mendapatkan uang. Sedangkan petani yang melakukan penjualan dalam bentuk biji kering, karena harganya cukup berbeda jauh dengan harga biji basah, mereka harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan biji pala yang benar-benar kering. Adapun penjualan pala yang dijual oleh petani dapat dilihat pada Tabel 3 3.1. Pendapatan Usahatani Pala Rata-rata pendapatan petani pala basah dan petani pala kering dapat disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani pala basah sebesar Rp 54,085,512 per panen. Sedangkan rata-rata pendapatan petani pala kering sebesar Rp 109,710,012 per panen. Perbedaan antara pendapatan tingkat petani pala kering lebih besar dari pada tingkat pendapatan petani pala basah. 3.2. Analisis Uji t Analisis perbandingan pendapatan usahatani pala basah dan usahatani pala kering dilakukan dengan analisis uji t. tabel 7 akan menyajikan hasil rata-rata pendapatan petani pala basah dan petani pala kering. 39

Tabel 3. Petani Pala Desa Peniti Kecamatan Patani Dalam Menjual Pala No Jumlah Bentuk Persentase Petani Penjualan (%) Alasan Pemilihan Bentuk Penjualan (orang) 1 Biji Basah 31 57.41 - lebih cepat mendapatkan uang 2 Biji kering dan fuli 23 42.59 -. Harga yang menguntungkan Total 54 100.00 Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Petani Pala Basah dan Petani Pala Kering Tahun 2014 Uraian Pendapatan Rata-Rata Petani Pala Pala Basah Pala Kering Pendapatan (Rp) Rp 54,085,512 Rp 109,710,012 Tabel 5. Uji t Pendapatan Petani Biji Pala Basah dengan Pendapatan Petani Biji Pala Kering. Uraian t hit Uji t ttabel ( = 0.05) Perbandingan Pendapatan (Rp.) 9.339 0.305 52 % Berdasarkan Tabel 5, perbandingan pendapatan antara pendapatan petani pala basah dan pendapatan petani pala kering sebesar 52 %, diterima pendapatan petani pala kering dua kali lipat, pendapatan petani pala basah dengan perbandingan 1:2. Hasil uji t, menunjukkan t hitung sebesar (9.339) sedangkan t tabel (0,305). Dengan demikian berdasarkan hipotesis t hitung > t tabel, yang berarti hipotesis (H0) di terima dan H1 di tolak. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani pala basah terhadap pendapatan petani pala kering. IV. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, tentang analisis perbandingan pendapatan petani pala basah dan petani pala kering di Desa Peniti Kecamatan Patani Utara, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani pala basah dan pendapatan petani pala kering. 4.2. Saran 1. Petani yang melakukan penjualan pala basah beralih ke penjualan pala kering karena pendapatan yang akan diterima lebih lebih besar daripada pendapatan apabila menjual dalam bentuk kering, apalagi tidak mengeluarkan biaya untuk pengeringan pala dan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan juga tidak begitu lama. 2. Perlunya dukungan dari pemerintah dalam hal penyuluhan mengenai informasi pasar hasil produksi pala DAFTAR PUSTAKA BPS Maluku. 2006. Maluku dalam angka. Maluku in figures 2005/2006 Penerbit BPS Maluku. Ambon. Hlm 253-258. Departemen Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 40

Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. Statistik Perkebunan Indonesia (Pala : 1986-2001). (Jakarta : 2001). Hadad, E.A. 1992.Pala. Edisi Khusus LITTRO. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 8(2):26-37. Hadad, dkk, 2006. Budidaya Pala. Circular No. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Hadad dan Cecep Firman. 2003. Budidaya Pala. Circular No. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Hadisapoetra, S. 1973. biaya dan pendapatan di dalam usaha tani. Departemen Ekonomi Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Hana Bohusova dan Danuse Nerudova. 2009. US GAAP and IFRS Convergence In The Area Of Revenue Recognition. Jurnal Economics dan Management. Larasati, dkk. 2008. Pengembangan Usahatani Pala dan Usaha Peningkatan Nilai Tambah Produk melalui Pemasaran dengan Pembentukan Kelompok Usaha. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa. Institut Pertanian Bogor. Bogor Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. Kartasapoetra,G, 1992. Marketing produk pertanian dan industri. Penerbit Renika Cipta. Jakarta Marzuki, I. 2007. Karakteristik produksi, proksimat atsiri pala Banda. Makalah Pada Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan. BPTP Maluku 29-30 Oktober 2007. Masdirwan, Herry. 2006. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Manisan Buah Pala di Desa Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Naiborhu, 2004. Analisis Kelayakan Finansial da Pemasaran Minyak Pala Studi Kasus PT. Pavettia Atsiri Indonesia Di Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Purseglove, J.W., Brown E.G., Green S.L., and Robbins S.R.J. 1995. Spices. New York: Longmans. pp175-228. Reny H, 2011. Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan petani pala. Skripsi Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunanto, H. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Syukur, Cheppy. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Swastha, Basu dan Irawan. 2005, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta. Sofyan Syafri Harahap. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi Ketiga). Yogyakarta: BPFE. Teken, I. B., 1965. Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metoda Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. 2003. Statisika Penelitian. PT Bumi Aksara. Jakarta. Umar Husen, 2004:108, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet ke 6, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 41