ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM

Transkripsi

1 ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM Elys Fauziah Jurusan Agribisnis ABSTRAK Komoditas jagung varietas lokal Madura memiliki peran yang cukup penting dalam mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga yang berada di Desa Larangan Dalam. Sebagian besar rumahtangga di desa ini memanfaatkan jagung lokal sebagai bahan pangan pokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis atribut komoditas jagung lokal Madura yang dijadikan pertimbangan oleh masyarakat untuk mengkonsumsi jagung lokal sebagai bahan pangan utama, dengan menggunakan metode analisis conjoint. Sampel dalam penelitian sebanyak 30 responden yang diambil dengan menggunakan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang dipertimbangkan oleh masyarakat dalam mengkonsumsi jagung lokal Madura berturut-turut adalah rasa manis, tekstur bijinya lebih lunak (punel), ukuran tongkol kecil, dan harga yang murah. Kata kunci : atribut jagung lokal Madura, conjoint. PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu komoditas yang tingkat permintaannya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini terkait dengan besarnya peran komoditas jagung dalam penyediaan pangan (konsumsi), industri, pakan, dan bahan baku energi alternatif (bio-fuel). Tabel 1. Menggambarkan produksi dan permintaan jagung di Indonesia. Tabel 1. Permintaan dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun Tahun Kebutuhan (000 ton) Pangan Industri Pakan Total Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2011) Bagi penduduk lokal Pulau Madura, jagung sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber pangan utama. Mereka telah mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok selama berabad-abad. Dalam penyajiannya, jagung dihaluskan untuk dijadikan beras yang dinamakan beras jagung. Melimpahnya panen tanaman jagung dibandingkan dengan beras menjadikan sebagian warga Madura terbiasa mengonsumsi nasi jagung sebagai makanan pokoknya. Menurut Dinas Pertanian Jawa Timur (2011), total produksi jagung di Madura setiap tahunnya mencapai ribu ton. Produksi jagung itu seluruhnya untuk konsumsi masyarakat Madura dan tidak dijual ke luar daerah karena jumlah tersebut masih belum mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan warga. Dari total produksi

2 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi jagung yang dapat dihasilkan, sebesar 70 persen merupakan jagung varietas lokal Madura. Salah satu daerah di Kabupaten Pamekasan yang berpotensi untuk ditanami jagung lokal adalah Kecamatan Larangan, khususnya di Desa Larangan Dalam. Hal ini disebabkan karena tanahnya yang kering dan berbatu sehingga sangat cocok untuk ditanami jagung lokal. Petani lebih banyak menanam jagung lokal karena jagung asli Madura ini memiliki kadar air yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Selain itu, rasanya lebih manis dan saat digiling tidak terlalu banyak menghasilkan serbuk seperti jagung dari luar Madura. Pada saat ini jagung varietas hibrida juga telah banyak dibudidayakan oleh petani, namun masyarakat lebih memilih jagung varietas lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. Keberadaan varietas jagung hibrida tidak mampu menggeser peranan jagung varietas lokal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat permintaan jagung lokal yang selalu lebih besar daripada tingkat produksinya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk adalah atribut yang melekat pada produk tersebut. Permintaan masyarakat Desa Larangan Dalam terhadap komoditas jagung lokal juga tidak bisa dilepaskan dari atribut yang terdapat dalam komoditas itu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atribut komoditas jagung lokal Madura yang dijadikan pertimbangan oleh masyarakat di Desa Larangan Dalam untuk mengkonsumsi jagung lokal sebagai bahan pangan utama. METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Larangan Dalam Kabupaten Pamekasan pada tahun 2011 dengan pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat di desa tersebut menjadikan jagung varietas lokal sebagai bahan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling terhadap 30 responden. Sedangkan metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis conjoint yang diolah dengan menggunakan software SPSS 16. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan atribut dan level atribut 2. Mengkonstruksi stimuli (kombinasi dari berbagai level atribut) 3. Meminta konsumen untuk menetapkan preferensi dengan memberi peringkat pada stimuli 4. Mencari nilai utility 5. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari masing-masing atribut untuk menentukan atribut yang pertimbangan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. HASIL DAN PEMBAHASAN Keputusan masyarakat Desa Larangan Dalam untuk mengkonsumsi komoditas jagung varietas lokal Madura tidak bisa dilepaskan dari atribut yang melekat pada

3 komoditas jagung tersebut. Menurut Hawkins, et al. (1992) berkaitan dengan komoditas pangan terdapat beberapa atribut yang biasa dipergunakan sebagai indikator untuk menilai keputusan konsumen dalam memilih suatu produk diantaranya : rasa, tekstur, harga, bentuk, kemasan, ukuran dan warna. Tabel 2. Atribut dan Level Atribut Komoditas Jagung Varietas Lokal Madura No Atribut Level atribut 1 Ukuran Besar Kecil 2 Rasa Manis Tidak manis 3 Tekstur Punel Keras 4 Harga Rp /tongkol Rp /tongkol Dalam penelitian ini, atribut yang digunakan dalam meneliti keputusan masyarakat untuk mengkonsumsi komoditas jagung varietas lokal Madura adalah ukuran jagung dengan level atribut besar seperti ukuran jagung hibrida dan kecil, rasa dengan level manis dan tidak manis, tekstur jagung setelah dimasak dengan level punel dan keras, serta harga (Tabel 2). Setelah atribut disusun, maka dibuat stimuli yang nantinya dijadikan sebagai bahan penilaian responden terhadap atribut komoditas jagung lokal yang dapat memberikan tingkat utility konsumen. Hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh stimuli sebagai berikut : Tabel 3. Daftar Stimuli Komoditas Jagung Varietas Lokal Madura Stimuli Ukuran Rasa Harga Tekstur 1 besar manis punel 2 kecil manis punel 3 besar hambar punel 4 kecil hambar punel 5 kecil hambar keras 6 kecil manis keras 7 kecil manis punel 8 kecil hambar keras 9 besar hambar punel 10 kecil manis keras 11 kecil hambar punel 12 besar manis keras 13 besar hambar keras 14 besar manis keras 15 besar manis punel 16 besar Hambar keras Sumber : Data diolah Penilaian responden terhadap stimuli akan dijadikan bahan untuk menilai atribut dan level atribut yang dipilih oleh masyarakat di Desa Larangan Dalam dalam mengkonsumsi jagung varietas lokal Madura. Hasil analisis utility dan nilai kepentingan relatif ditunjukkan dalam Tabel 4. Berdasarkan nilai kepentingan relatif didapatkan gambaran urutan atribut yang menjadi prioritas dalam mengkonsumsi jagung lokal Madura adalah rasa, tekstur, ukuran dan harga. Atribut pertama yang dipertimbangkan oleh masyarakat dalam

4 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi mengkonsumsi jagung varietas lokal adalah rasa yang manis dibandingkan dengan rasa jagung hibrida. Kepuasan tertinggi yang diperoleh konsumen berasal dari atribut ini. Berdasarkan hasil survey 85 persen responden menyatakan bahwa jagung lokal memiliki rasa manis diban-dingkan dengan jagung yang lainnya. Tabel 4. Nilai utility Komoditas Jagung Varietas Lokal Madura No Atribut Level atribut Utility Nilai Kepentingan relative 1 Ukuran Besar Kecil Rasa Manis Tidak manis Harga Rp Rp Tekstur Punel Keras Pearson s R signifikansi Kendall s tau signifikansi Sumber : Data diolah Atribut kedua yang dipertimbangkan oleh masyarakat adalah tekstur jagung lokal Madura setelah dimasak memiliki rasa punel dan tidak keras. Kondisi ini didukung oleh pernyataan 90 persen responden yang menyatakan bahwa jagung lokal Madura memiliki tekstur punel. Atribut ketiga yang dipertimbangkan masyarakat adalah ukuran jagung lokal tidak terlalu besar seperti jagung hibrida, dan harga merupakan atribut yang tidak begitu dipertimbangkan dalam konsumsi komoditas jagung lokal. Diversifikasi pangan sebagai salah satu upaya menciptakan ketahanan pangan rumahtangga dapat dilakukan dengan memanfaatkan komoditas lokal yang ada dalam suatu wilayah seperti jagung lokal di pulau Madura, sagu di pulau Sulawesi, dan lainlain. Tingkat keberhasilan program diversifikasi pangan ditingkat rumahtangga akan lebih besar jika didasarkan pada kebiasaan yang tumbuh di lingkungan sekitar. Walaupun komoditas jagung secara umum berperan dalam penciptaan ketahanan pangan rumahtangga, namun tidak semua varietas jagung bisa diterima oleh masyarakat sebagai bahan pangan pokok. Kondisi ini terjadi pada masyarakat Madura khususnya di Desa Larangan Dalam. Keberadaan jagung hibrida yang memiliki ukuran besar dan produktivitas yang tinggi, tidak serta merta membuat masyarakat Madura beralih pada komoditas tersebut. Sekitar 95 persen masyarakat masih memanfaatkan jagung lokal sebagai bahan pangan utamanya, karena atribut yang terdapat dalam jagung varietas lokal tidak sama dengan atribut yang terdapat dalam jagung varietas hibrida. Pertimbangan masyarakat untuk menjadikan suatu komoditas sebagai bahan pangan utama berkaitan erat dengan kesediaan konsumen untuk menerima atributatribut yang terdapat dalam komoditas tersebut. Secara umum masyarakat menyukai bahan pangan yang memiliki rasa manis dan bertekstur lembut/empuk/punel. Kondisi ini juga terjadi pada pilihan masyarakat Madura terhadap jagung varietas lokal. Sehingga upaya diversifikasi pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga masyarakat Madura akan berhasil jika komoditas jagung yang diintroduksikan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan komoditas jagung lokal yang selama ini sudah biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu upaya

5 perbaikan kualitas komoditas jagung lokal yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan atribut-atribut yang dikehendaki oleh masyarakat Madura. Menurut Balai Penyuluhan Pertanian komoditas jagung lokal Madura memiliki tingkat produktivitas yang masih rendah yaitu sekitar 1,2-1,5 ton/ha jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan jagung hibrida ( ton/hektar). Kondisi ini disebabkan karena teknologi yang digunakan oleh petani untuk usahatani jagung lokal tidak sesuai dengan rekomendasi, dan usahatani jagung dijadikan sebagai usaha sampingan. Oleh karena itu upaya perbaikan produktivitas jagung lokal dengan tetap mempertahankan atribut rasa dan tekstur yang dipilih oleh masyarakat Madura perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan jagung lokal dan meningkatkan keberhasilan upaya diversifikasi pangan. SIMPULAN DAN SARAN Atribut komoditas jagung lokal Madura yang dijadikan pertimbangan oleh masyarakat di Desa Larangan Dalam untuk mengkonsumsi jagung lokal sebagai bahan pangan utama adalah rasa manis, tekstur jagung yang punel, ukuran kecil dan harga yang murah. Upaya peningkatan diversifikasi pangan di Pulau Madura dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan jagung lokal melalui perbaikan produktivitas dengan mempertahankan atribut rasa manis dan tekstur punel yang menjadi pilihan masyarakat Madura. DAFTAR PUSTAKA Hawkins, D. I., Roger J. B. dan Kennet A. Coney Consumer Behavior Implication for marketing Strategy. 5th Edition. Richard D. Irwin, New York. Schiffman, L.G. & Kanuk, L.L Consumer Behavior. 5th Edition. Prentice Hall, New Jersey. Santoso, S Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, Elex Media Komputindo, Jakarta Setiadi, N. J Perilaku Konsumen : Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Kencana-Prenada Media, Jakarta.