PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hutan adalah masyarakat tumbuh tumbuhan yang didominasi oleh pohonpohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar hutan (Smith, 1978). Berdasarkan kepemilikan lahan hutan dibagi menjadi dua yaitu hutan negara dan hutan hak, hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah sedangkan hutan hak atau sering disebut dengan hutan rakyat adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (simon, 2010). Sumber daya yang di hasilkan dari hutan dapat berupa kayu dan non kayu. Hasil hutan non kayu dapat berupa jasa lingkungan atau produk riil (berupa barang). Salah satu sumber daya hutan yang dihasilkan dari hutan rakyat adalah bamboo (Kasmudjo, 2013). Jenis Bambu dapat mencapai lebih dari 65 jenis dan di jawa jumlahnya ada 27 jenis bambu. Bambu merupakan tumbuhan family rumput- rumputan (Graminae) yang terdiri atas 5 genus, yaitu genus dendrocalamus, Bambusa, Phyllostachys, Gigantochla dan Schirotachyum. Dari 5 genus tersebut yang paling potensial adalah dari genus Bambusa dan Gigontochla, kemudian genus Dendrocalamus Berdasarkanhasil inventarisasi per provinsi tahun 2003, maka tiap tiap Provinsi terdapat jenisjenis bambu sebagai berikut : Bali 19 jenis, Banten 25 jenis, Bengkulu 18 jenis, NAD 14 jenis,diy 13 jenis, Gorontalo 2 jenis, Irian Jaya/Papua 7 jenis, Jambi 12 jenis, 1
DKI 1 jenis, Jawa Barat 25 jenis, Jawa Tengah 12 jenis, Jawa Timur 14 jenis, Kalimantan Barat 6 jenis, Kalimantan Selatan/Kalimantan Tengah/Kalimantan Timur 5 jenis,bangka Belitung 12 jenis, Lampung 16 Jenis, Maluku/Maluku Utara 7 jenis, NTB/NTT 3 jenis, Riau 12 jenis, Sulawesi Selatan/Barat 6 jenis,sulawesi Utara/Tengah/Tenggara 7 jenis, Sulawesi Utara/Tengah/Tenggara 7 jenis, Sumatra,Sumatra Barat 12 jenis, Sumatra Selatan 17 jenis, dan Sumatra Utara 13 jenis (Kasmudjo, 2013). Bambu merupakan kekayaan hasil hutan non kayu yang merupakan bagian dari sumber daya hutan Indonesia. Keberadaan bambu dapat menjadi alternatif dalam memenuhi kekurangan kebutuhan kayu yang semakin besar. Penggunaan kayu dapat menggantikan kayu karena harganya yang semakin mahal dan sulit diperoleh. Bambu dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti: kerajinan, meubel, lantai, papan partikel dan tulang beton. Selain itu bambu juga dapat digunakan sebagai bahan kontruksi rumah, seperti dinding, tiang, reng, usuk, pagar, pipa/talang air dan atap. Penggunaaan bambu sebagai bahan bangunan, mebel dan kerajinan dapat menekan penggunaan kayu yang dihasilkan oleh hutan alam maupun hutan tanaman. Rebung dari bambu juga dapat digunakan sebagai bahan makanan. Sehingga keberadaan bambu dapat dikategorikan sebagai penunjang ekonomi masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Beberapa keunggulan dalam menanam bambu antara lain dapat digunakan sebagai tanaman konservasi tanah dan air yang biasanya ditanam dipinggiran sungai. 2
Bambu yang memiliki perakaran serabut mampu menahan tanah dari erosi. Penanaman bambu hanya dilakukan sekali saja karena bambu akan berkembang biak dengan sendirinya dan selanjutnya tinggal dipanen secara terus menerus dengan perawatan yang relatif mudah. Masyarakat pedesaan menganggap bambu sebagai tabungan suatu sumber daya yang dapat diandalkan ketika sedang terjadi kesulitan ekonomi. Wilayah Provinsi DIY khususnya Kabupaten Sleman merupakan daerah penghasil bambu, di Kabupaten Sleman daerah penghasil bambu anatara lain di Kecamatan Turi, Kaliurang dan Cangkringan. Bambu banyak tumbuh di tanah-tanah tegalan, hutan rakyat, sepadan sungai atau pekarangan yang lahanya masih cukup luas. Letak daerah tersebut sangat dekat dengan Gunung Merapi. Pada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 banyak menyebabkan kerusakan yang sangat besar diempat kabupaten yaitu: Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Hal ini menyebabkan kerusakan di berbagai sektor seperti perumahan, infrastruktur umum, peternakan, pertanian dan lain sebagainya. Vegetasi yang ada di lereng merapi juga tidak lepas dari dampak erupsi Gunung Merapi. Tegakan bambu yang berada di daerah sekitar sungai rusak karena terkena aliran larva maupun lahar dingin. Hal tersebut nampak jelas pada kenampakan struktur vegetasi dan komposisi pada kawasan tersebut. Pasca erupsi masyarakat pedesaan mulai menanam bambu kembali untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu jenis yang ditanam adalah jenis bambu 3
petung. Di pedesaan bambu petung digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan, pipa air, pagar dan rebungnya untuk dikomsumsi masyarakat. Bambu ini banyak di temukan dipedesaan dan banyak di tanam masyarakat di pekarangan atau kebunkebun. Umumnya bambu ini banyak ditanam di dataran rendah tetapi masih dapattumbuh baik pada ketinggian 750 m dpl (Sastrpradja,1977). Saat ini belum ada data informasi tentang potensi dan sebaran bambu petung di daerah Kabupaten Sleman. Data tersebut sangat penting untuk peningkatan pemanfaatan bambu Petung yang potensial di kembangkan di Kabupaten Sleman sebagai penghasil bambu terbesar di Provinsi Yogyakarta. 1.2 TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui sebaran bambu petung (Dendrocalamus asper) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman 2. Untuk mengetahui dinamika pertumbuhanbambu petung (Dendrocalamus asper) 1.3 MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai sebaran bambu petung yang dapat digunakan untuk melengkapi data monograf di Kecamatan Cangkringan seta membantu melengkapi database bambu di Kabupaten Sleman. 4
Database tersebut dapat digunakan oleh semua pihak yang ingin mengembangkan komoditas bambu petung khususnya di Kecamatan Cangkringan dan Kabupaten Sleman pada umumnya. 1.4 PERUMUSAN MASALAH Pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 banyak menyebabkan kerusakan pada berbagai infrastruktur seperti: rumah,sekolahan, tempat ibadah dan lain sebagainya. Vegetasi yang ada di lereng Gunung Merapi juga mengalami kerusakan yang sangat parah. Tanaman bambu petung yang ada saat ini sebagian besar adalah tanaman yang baru di tanam pasca erupsi Gunung- Merapi sehingga di perlu di ketahui seberapa luas penyebaran bambu petung di Kecamatan Cangkringan. Bambu petung merupakan sumber daya alam yang memperlukan sebuah pemeliharaan, pelestarian dan pengembangan seoptimal mungkin. Bambu petung memiliki ekonomi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis lainya. Walaupun demikian data sebaran bambu petung di Kecamatan Cangkringan belum ada. 5