BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PENGARUH TERHADAP SISI PEMBANGKITAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN SISTEM TEGANGAN DAN FREKUENSI 220V/50HZ PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH PLN DENGAN 115V/400HZ PESAWAT TERBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Nama : Taufik Ramuli NIM :

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

PERCOBAAN 6 RESONANSI

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik

INDUKTANSI DIRI. 1. Menentukan nilai hambatan murni induktor

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

Antiremed Kelas 12 Fisika

Tujuan Mempelajari pengertian impedansi Mempelajari hubungan antara impedansi, resistansi, dan reaktansi pada rangkaian seri RC dan RL Mempelajari hub

SOAL SOAL TERPILIH 1. maksimum dan arus efektif serta frekuensinya?

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

BAB IV ANALISIS DATA

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Arus & Tegangan bolak balik(ac)

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih

ANALISIS RANGKAIAN RLC

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

I. Tujuan. 1. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik transformator 2. Agar mahasiswa dapat membandingkan rangkaian transformator berbeban R, L, dan C

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

atau pengaman pada pelanggan.

waktu. Gaya gerak listrik (ggl) lawan akan dibangkitkan sesuai persamaan: N p dt Substitute Φ = N p i p /R into the above equation, then

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

BAB II GENERATOR SINKRON

IMBAS ELEKTRO MAGNETIK.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

Sumber AC dan Fasor. V max. time. Sumber tegangan sinusoidal adalah: V( t) V(t)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

GENERATOR SINKRON Gambar 1

RANGKAIAN RLC. I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui sifat rangkaian RLC.

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan.

Rangkaian Arus Bolak- Balik dan Penerapannya

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA :

I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

PROBLEM SOLVING INDUKTANSI DIRI

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan

METODE NUMERIK PADA RANGKAIAN RLC SERI MENGGUNAKAN VBA EXCEL Latifah Nurul Qomariyatuzzamzami 1, Neny Kurniasih 2

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I


PERENCANAAN DAN ANALISIS PENENTUAN LETAK FILTER HARMONIK PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

Transformator (trafo)

PENDAHULUAN. - Persiapan :

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

Tugas Akhir STUDI DAN SIMULASI PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA MASUKAN PENYEARAH SATU FASA DIODA JEMBATAN DENGAN MEMAKAI FILTER PARALLEL-RESONANT

RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter

MODEL SISTEM.

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK

Transkripsi:

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PENGARUH TERHADAP SISI PEMBANGKITAN 4.1.1 PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP DESAIN GENERATOR Persamaan EMF yang dibangkitkan oleh generator, dengan menggunkan persamaan (2.4). E rms /fasa =4.44 x K c..k d.f.φ.t = 4 xk f.k c.k d.f.φ. T [1][7] Untuk melihat frekuensi terhadap desain generator maka faktor K d dan K f di anggap 1. Sehingga E rms /fasa = 1.11 x 4.f.Φ.T = 4.44 x f.φ. T E rms /fasa E rms /fasa 115Volt = 1.11 x 4.f.Φ.T = 1.11 x 4.f.Φ.T = 4.44 x f.φ. T = 4.44 x 400Hz. Φ. T Jika Φ adalah suatu nilai yang telah ditetapkan di awal desain maka frekuensi dan jumlah konduktor / fasa akan mempengaruhi e.m.f yang dibangkitkan. Untuk menentukan nilai flux dengan menggunkan persamaan (2.4) maka Φ = = V rms 4.44 x f xt 115 4.44 x 400 xt Nilai T ialah Z/2 yang dapat di ketahui dengan melihat gambar 4. 1, dan dengan menggunakan persamaan (2.5) 40

41 gambar 4. 1 Jumlah slot dan batang konduktor/slot Z = jumlah slot x jumlah konduktor/slot fasa Z = 30 x 2 3 = 20 [1] Nilai Fluks pada IDG : Φ = T = Z 2 = 20 2 = 10 115 = 0,00647 wb 4.44 x 400 x10 a. IDG 115V/400Hz pada Pesawat terbang : E rms /fasa = 1.11 x 4.f.Φ.T 220Volt = 4.44 x 50Hz. 0,00647wb. T

42 (T) jumlah koil/putaran seri/ fasa : T = 115 4.44x400 x0,00647 = 10 (Z) Jumlah konduktor seri/fasa : Z = 2T = 20 Jumlah konduktor / per slot dengan design 30 slot Z = jumla slot x jumla konduktor/slot fasa Jumla Konduktor/slot = jumla konduktor/slot = 20 x 3 30 z x fasa jumla slot = 2batang/slot Jumlah Slot dengan desain 2 konduktor /slot Z = jumla slot x jumla konduktor/slot fasa jumla slot = jumla slot = Z x fasa jumla konduktor/slot 20 x 3 2 = 30slot b. Generator 220/50Hz pada Tegangan rendah PLN : E rms /fasa 220Volt = 1.11 x 4.f.Φ.T = 4.44 x 50Hz. 0,00647wb. T (T) jumlah konduktor seri/ fasa : T = 220 4.44x50 x0,00647 = 154 (Z) Jumlah konduktor seri/fasa Z = 2T = 308

43 Jumlah konduktor / per slot dengan design 30 slot Z = jumla slot x jumla konduktor/slot fasa Jumla Konduktor/slot = jumla konduktor/slot = 308 x 3 30 z x fasa jumla slot = 31 batang/slot Jumlah Slot dengan desain 2 konduktor /slot Z = jumla slot x jumla konduktor/slot fasa jumla slot = jumla slot = Z x fasa jumla konduktor/slot 308 x 3 2 = 462slot Untuk lebih mempermudah maka data dimasukkan ke dalam tabel 4. 1 dan 4. 2, Tabel 4.1 menunjukkan data perbandingan jumlah slot pada generator 220V/50Hz dengan 115V/400Hz yang di desain dengan jumlah konduktor / slot sebanyak 2 buah. Tabel 4. 1 Perbandingan jumlah slot generator (sistem pesawat terbang) 115 V/400 Hz (sistem tegangan rendah PLN) 220 V/ 50 HZ Jumlah slot 30 462 Konduktor/slot 2 2 Tabel 4.2 memperlihatkan data perbandingan jumlah konduktor/slot generator 220V/50Hz dengan 115V/Hz yang jumlah slot nya di disain sebanyak 30 slot Tabel 4. 2 Perbandingan Jumlah batang Konduktor dalam 1 slot (sistem pesawat terbang) 115 V/400 Hz (sistem tegangan rendah PLN) 220 V/ 50 HZ Jumlah slot 30 30 Konduktor/slot 2 31

44 Pada hasil perhitungan di dapat bahwa jumlah batang konduktor atau jumlah slot akan bertambah jika frekuensi yang dihasil kan lebih rendah dan atau tegangan yang di hasilkan lebih tinggi. Meningkat nya jumlah konduktor atau pun jumlah slot akan mempengaruhi dimensi dan berat dari IDG. Jika rating IDG diubah menjadi 220V/50Hz maka jumlah sebanyak 462 slot tentunya akan membuat diameter stator jauh lebih besar, seiring bertambah nya diameter maka berat stator juga akan bertambah karena bahan yang di gunakan untuk membentuk stator juga bertambah. Begitupun dengan pertambahan batang konduktor pada 1 slot. Walaupun jumlah slot nya tetap, tetapi untuk memuat 31 batang konduktor, maka diameter slot juga harus di perbesar sekitar 15 kali lipat dari ukuran IDG pada spesifikasi 115/400Hz. melebar nya slot juga akan memaksa dimesi stator menjadi lebih besar dan juga akan menambah berat stator. 4.2 PENGARUH TENGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP BEBAN Beban rangkaian listrik, beban bisa berupa resistansi murni ( cosφ= 1), induktansi dan capasitansi ataupun gabungan dari ketiga nya. Sebelum melihat pengaruh tengan dan frekuensi pada beban RLC, pada gambar 4.1.3 meperlihatkan beda bentuk gelombang 115/400hz dan 220/50hz. untuk mengambarkan bentuk tegangan digunakan MATLAB R2010. Gambar 4. 1 rangkaian tengangan tampa beban pada matlab

45 gambar 4. 2 memperlihatkan rangkaian simulasi sumber tegangan tampa beban untuk melihat bentuk gelombang nya. Pada simulasi digunakan 2 sumber tegangan AC 220V /50 Hz dan 115V /400 Hz. Sumber tegangan di hubungkan ke masingmasing Voltage measurement, output dari masing-masing pengukuran di gabungkan dengan menggunakan Mux lalu bentuk tegangan akan di tampilkan oleh scope ( pengganti osilator). Untuk nilai RMS dari masing-masing sumber di tampilkan pada display. Gambar 4. 2 bentuk tegangan PLN (kuning) dan Pesawat Terbang (ungu) pada display scope sumbu vertical adalah nilai tegangan dan sumbu horizontal adalah perioda. Pada perioda 0.02 detik gelombang kuning (Tegangan PLN) menghasilkan satu gelombang penuh, sedangkan gelombang Ungu (tegangan pesawat terbang) menghasilkan 8 gelombang penuh. Secara matematis dapat diperoleh dengan persamaan (2.1) : T = 1 F = 1 = 0.02 untuk frekuensi pada Pln 50 T = 1 F = 1 = 0.0025 untuk frekuensi pada Pln 400 Perbandingan jumla gelombang = 0,02 0,0025 = 1: 8 4.2.1 Beban R Murni Pada Sistem tegangan Rendah PLN Gambar 4. 4 menunjukkan rangkaian simulasi 220V/50Hz pada beban R murni.

46 Gambar 4. 3 220v/50Hz pada beban R murni sumber 220V/50Hz di simulasikan dengan bedan R murni 2ohm, pada hasil simulasi di dapat bahwa arus dan tegangan saling bertindih atau sefasa, yang di tunjukan oleh gambar 4. 5 Gambar 4. 4 gambar tegangan dan gelombang pada beban R murni 4.2.2 Beban R Murni Pada Sistem tegangan Pesawat Terbang pada tegangan 115V/400Hz di lakukan simulasi yang serupa, dan hasil nya tegangan dan frekuensi sepasa, ditunjukkan oleh gambar 4. 6

47 Gambar 4. 5 gambar tegangan(115v/50hz) dan arus pada beban R murni 4.2.3 Beban RL pada Sistem tegangan Rendah PLN Gambar 4. 7 menunjukkan rangkaian simulasi 220V/50Hz pada beban RL Gambar 4. 6 Rangkaian Simulasi Beban RL pada 220V /50Hz Pada simulasi kali ini, sumber di berikan beban RL seri 2Ω dan 20mH, dan di dapat hasil gelombang :

48 Gambar 4. 7 Bentuk Tegangan Dan Arus Beban RL Pada Simulasi Pada 220V/50Hz pada hasil simulasi, jelas sekali terlihat bahwa arus (ungu) tertinggal selama 0.004 detik atau 2 5 π dari tengangan (kuning). Induktansi 20mH mempuyai nilai tahanan XL yang dapat di peroleh dengan persamaan (2.6) : reaktansi Induktif xl = ωl = 2πfL xl = 2π x 50 x 20x10 3 = 6, 28Ω Impedansi dalam rangkaian ini, persamaan (2.8) : Z = R 2 + X L 2 Faktor Daya, persamaan (2.10) : Z = 2 2 + 6,28 2 = 6, 6 Ω < 72,3 cosφ = R Z cosφ = 2 = 0, 3 6,6

49 4.2.4 Beban RL pada Sistem tegangan Pesawat Terbang Dan dilakukan lagi simulasi pada nilai beban yang sama untuk sumber tegangan 115V/400Hz. Gambar 4. 8 Rangkaian Simulasi Beban RL pada 115V /400Hz gambar 4. 9 menunjukkan rangkaian simulasi beban RL seri pada sumber tegangan 115V/400Hz, hasil simulasi di perlihatkan pada gambar 4.1 10 Gambar 4. 9 Bentuk Tegangan Dan Arus Beban RL Pada Simulasi pada 115V/400Hz dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa Arus tertinggal selama 0.6x10-3 detik atau 3 π dari tegangan nya, dan nilai induktasi 20mH pada simulasi dapat diketahui 5 dengan persamaan (2.6) :

50 reaktansi induktif : xl = ωl = 2πfL xl = 2π x 400 x 20x10 3 = 50,26Ω Impedansi dalam rangkaian ini,persamaan (2. 8) : Z = R 2 2 + X L Z = 2 2 + 50,26 2 = 50,3 Ω < 87,72 Faktor daya, persamman (2. 10) : cosφ = R Z cosφ = 2 50,3 = 0.04 Pada simulasi ini terlihat bahwa dari nilai induktansi yang sama nilai XL yang dihasilkan berbeda, nilai XL jauh lebih besar pada frekuensi 400Hz dibandingkan dengan 50Hz, perbedaan arus yang tertinggal (lagging) juga terlihat berbeda. Pada 220/50Hz arus tertinggal 2 π dari tegangan sedangkan pada 115V/400Hz arus 5 tertinggal sejauh 3 π dari tegangan. 5 4.2.5 beban RLC pada Sistem tegangan Rendah PLN Pada simulasi kali ini, rangkaian RL diasumsikan sama dengan simulasi sebelumnya dan di tambahkan capasitansi seri. Tegangan Sumber 220V/50Hz disimulasikan dengan Beban RLC Seri seperti yang di tunjukkan gambar 4. 11 Gambar 4. 10 Rangkaian Simulasi Beban RLC pada 220V /50Hz

51 pada rangkian simulasi diberikan capasitor 500μF seri dengan beban R dan L,.gambar 4. 12 memperlihatkan bentuk tegangan dan Arus pada simulasi kali ini. Gambar 4. 11 beban R(2 ohm), L ( 20 mh ) dan C (500 µf) pada 220V/50Hz dapat dilihat bahwa arus yang tertinggal pada saaat beban RL kembali sefasa dengan Tegangan. Hal ini menunjukkan bahwa lagging pada beban RL dapat di koreksi oleh kapasitor. Dalam percobaan ini Nilai 500 µf mengoreksi 2 π, yang 5 menunjukkan arus pada kapasitor mendahului (leading) tegangan selama 0.004 detik atau sekitar 2 π. Nilai-nilai pada simulasi dapat dihitung menggunakan persamaan : 5 Reaktansi induktif, persamaan (2.6): xl = ωl = 2πfL xl = 2π x 50 x 20x10 3 = 6,28Ω Reaktansi Kapasitif, persamaan (2.7) : Xc = 1 ωc 1 Xc = = 6,3Ω 2π x 50 x 500x10 6 Impedansi pada rangkaian ini (2.8) : Z = R 2 + (X L 2 X c 2 )

52 Z = 2 2 + (6,28 2 6,3 2 ) = 2,009 Ω < 0,57 Power faktor,persamman (2.10) : cosφ = R Z cosφ = 2 2,009 = 0,995 4.2.6 beban RLC pada Sistem Tegangan Pesawat Terbang Lalu dengan rangkaian dan nilai yang sama, sumber tengangan di ubah menjadi 115V/400Hz. Rangkaian dan Bentuk gelombang masing-masing di perlihatkan oleh gambar 4. 13 dan 4. 14 Gambar 4. 12 Rangkaian Simulasi Beban RLC pada 115V /400Hz Gambar 4. 13 beban R(2 ohm), L ( 20 mh ) dan C (500 µf) pada 115V/400Hz

53 dilihat dari simulasi terlihat arus kembali tertinggal dari tegangannya selama 0.6x10-3 detik,padahal pada tegangan Rendah PLN dengan nilai beban yang sama arus kembali sejajar dengan tegangan yang membuat faktor daya kembali mendekati 1. Untuk melihat nilai-nilai simulasi ini digunakan: Reaktansi induktif, Persamaan (2. 6) : Reaktansi Kapasitif, Persamaan (2. 7) : xl = ωl = 2πfL xl = 2π x 400 x 20x10 3 = 50,26 Ω Xc = 1 ωc 1 Xc = = 0,795Ω 2π x 400 x 500x10 6 Impedansi pada rangkaian ini, persamaan (2. 8) : Z = R 2 + (X L 2 X c 2 ) Power faktor, persamaan(2. 10) : Z = 2 2 + (50,26 2 0,795 2 ) = 49,50 < 87,68 cosφ = R Z cosφ = 2 49,5 = 0,04 Keseluruhan hasil simulasi dan perhitugan dapat dilihat pada tabel 4. 3 Tabel 4. 3 Ringksan Analisa Beban RLC Impedansi (Ohm) Faktor daya (Cos φ ) Sumber Beban R (2 ohm) Beban RL(10Ω,20 mh) Beban RLC(2Ω,20 mh,500μf) Beban R (10 ohm) Beban RL(10Ω,20 mh) Beban RLC(2Ω,20 mh,500μf) 220V/50Hz (PLN) 2 6,6 2,009 1 0,3 0,995 115V/400Hz (Pesawat 2 50,3 49,50 1 0,004 0,04 Terbang)

54 Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai impedansi pada sumber 115V/400Hz jauh lebih besar dari nilai impedansi pada sumber 200V/50Hz, dari hasil analisa diketahui bahwa nilai tegangan tidak mempengaruhi nilai impedansi suatu rangkaian beban, rangkaian impedansi suatu rangkaian di pengaruhi oleh frekuensi tegangan tersebut. Nilai impedansi akan mempengaruhi faktor daya pada suatu rangkian beban. Berikut adalah data pengkalkulasian nilai resistansi dan induktasi pada sistem tegangan PLN dan Pesawat Terbang yang di tunjukkan tabel 4. 4 Tabel 4. 4 pengaruh Frekuesi terhadap beban Pesawat terbang PLN (220V/50Hz) (115/400Hz) resistansi(ohm) induktansi(mh) impedansi Power Impedansi power (ohm) faktor (ohm) faktor 1000 100 1000.49 1.00 1031.07 0.97 1000 200 1001.96 0.998 1119.11 0.89 1000 300 1004.42 0.996 1252.16 0.80 1000 400 1007.85 0.99 1417.61 0.71 1000 500 1012.24 0.99 1605.47 0.62 1000 600 1017.59 0.98 1808.77 0.55 1000 700 1023.87 0.98 2022.86 0.49 1000 800 1031.06 0.97 2244.66 0.45 1000 900 1039.16 0.96 2472.09 0.40 1000 1000 1048.14 0.95 2703.73 0.37 Dari data pada tabel dapat ambil kesimpulan bahwa semakin besar frekuensi pada suatu sistem tenaga listrik maka akan semakin besar pula nilai impedansi nya, dan akan semakin kecil pula faktor daya nya.

55 4.3 PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUESI TERHADAP FAKTOR KEAMANAN 4.3.1 Tegangan sentuh langsung pada sistem tegangan rendah PLN (220V/50Hz) Untuk mengetahui besar arus yang mengalir didalam tubuh jika terjadi tegangan sentuh diperlukan rangkaian pengganti. Gambar 4. 14 Ilustrasi Tegangan Sentuh Langsung gambar 4. 15 adalah ilustrsi terjadi nyategangan sentuh langsung, perhitungan dilakukan pada simulas kasus ektrim dimana manusia memegang salah satu kabel fasa yang terkelupas dan kaki menyentuh rangka pesawat, dimana pada pesawat terbang seluruh rangka pesawat adalah ground. diketahui : Vs R UI R U2 R ki =220V/50Hz =0 ohm =0 ohm =1000 ohm Maka, dengan menggunakan persamaan (2. 11) : I k = V s I k = R KI + R UI + R U2 220 1000 + 0 + 0 = 220mA

56 Dari nilai grafik pada Ik = 220mA manusia akan masuk dalam zona berbahanya dalam waktu 363 mili detik Gambar 4. 15 grafik karateristik tubu hmanusia terhadap arus Detail perhitungan karateristik tubuh manusia bisa dilihat pada halaman lampiran 4.3.2 Tegangan sentuh langsung pada sistem Tegangan Pesawat Terbang (115V/400Hz) Sama seperti perhitungan sebelum nya,untuk mengetahui besar arus yang mengalir didalam tubuh jika terjadi tegangan sentuh diperlukan rangkaian pengganti.

57 Gambar 4. 16 Ilustrasi Tegangan Sentuh Langsung gambar 4. 17 adalah ilustrsi terjadi nya tegangan sentuh langsung, perhitungan dilakukan pada simulas kasus ektrim dimana manusia memegang salah satu kabel fasa yang terkelupas dan kaki menyentuh rangka peasawat, dimana pada pesawat terbang seluruh rangka pesawat adalah ground. Jika diketahui : Vs R UI R U2 R ki =115V/400Hz =0 ohm =0 ohm =1000 ohm Maka,dengan menggunakan persamaan (2. 11) : I k = V s I k = R KI + R UI + R U2 115 1000 + 0 + 0 = 115mA Dari nilai grafik yang di perlihatkan pada gambar 4. 18, saat Ik =115mA manusia akan masuk dalam zona berbahanya dalam waktu 500 mili detik

58 Gambar 4. 17 grafik karateristik tubu hmanusia terhadap arus Detail perhitungan karateristik tubuh manusia bisa dilihat pada halaman lampiran