BAB I PENDAHULUAN. dalam bangunan. Kebutuhan masyarakat terhadap mal di Yogyakarta. Tabel 1. 1 Pertumbuhan Mal di Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TAMPILAN PENCAHAYAAN DAN TAMPILAN VISUAL INTERIOR TERHADAP KEBETAHAN PENGUNJUNG PADA RUANG PUBLIK MAL DI YOGYAKARTA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN DAN SARAN Pengaruh tampilan pencahayaan terhadap tampilan visual interior

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Metamerisme dan Iluminan Isi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri retail yang berkembang saat ini adalah restaurant dan cafe. Pemilik bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menarik perhatian konsumen. Salah satu cara untuk menarik konsumen agar

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

TESIS STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL, DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wajah kota Yogyakarta yang tampak seiring berkembangnya fasilitas komersial yang

ABSTRAK. Kata Kunci : Store Atmosphere, Kepuasan, Paris Van Java Mal

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 3, , ,59. 14,16 Rata-rata ,29 8,85

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2011 Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bisnis ritel menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang dilakukan diluar rumah termasuk kebiasaan mengikuti trend dan

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MALL ATMOSPHERE, QUALITY OF MERCHANDISE, CONVENIENCE, DAN ENHANCEMENTS TERHADAP SHOPPING ENJOYMENT PADA KONSUMEN GALAXY MALL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam dunia perekonomian di Indonesia saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. YOGYA SPORT SHOPPING MALLbelanjaan Perl

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. pengertian atmosfer toko adalah gambaran suasana keseluruhan dari sebuah toko yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen itu untuk mempromosikan produk perusahaan.

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku

BAB II GAMBARAN UMUM PLAZA AMBARRUKMO

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Situasi ekonomi dewasa ini sangat berkembang pesat. Persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TEoRI DAN DeSAIN TERPILIH

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB V. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang telah. dikemukakan pada bab bab terdahulu mengenai hubungan rancangan suasana toko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

Pemasaran Ritel. Sessi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan, industri, dan perdagangan. Banyak perusahaan besar yang

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN David W. Cravens, Pemasaran Strategi, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1996, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik

BAB I PENDAHULUAN. dalam triwulan I-2006 dan setelah itu terus meningkat. Hal ini konsisten dengan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya penduduk yang menempati wilayah Yogyakarta, maka semakin banyak dibutuhkan ruang-ruang rekreasi baik bersifat alami, maupun berbentuk mal (ruang tertutup) dan mengadaptasi langgam arsitektur modern. Bentuk mal yang tertutup membuat mal mengandalkan pencahayaan buatan di dalam bangunan. Kebutuhan masyarakat terhadap mal di Yogyakarta mengakibatkan perkembangan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir (Tabel 1.1). Tabel 1. 1 Pertumbuhan Mal di Yogyakarta No. Nama Mal Tahun Beroperasi Jumlah Lantai Fasilitas 1. Malioboro 1993 6 lantai Area parkir, food Mal court, 1 atrium 2. Galeria 1995 6 lantai Area parkir, food court, 2 atrium 3. Jogjatronik 2005 5 lantai Area parkir, food court, 1 atrium 4. Ambarrukmo 2006 7 lantai Area parkir, food Plaza court, 2 atrium, mushola 5. Jogja City Mal 6. Lippo Plaza Jogja 2015 8 lantai Area parkir, food court, 2 atrium, mushola 2015 6 lantai Area parkir, food court, 1 atrium 7. Hartono Mal 2016 7 lantai Area parkir, food court, 2 atrium 8. Sahid J-Walk 2016 6 lantai Area parkir, food court, 1 atrium Sumber : Perumbuhan Ekonomi DIY, BPS DIY, 2016 Gaya Adaptasi arsitektur tradisional Adaptasi arsitektur tradisional Arsiektur modern Perpaduan konsep arsitektur Jawa klasik dan desain interior moderen yang mewah Adaptasi arsitektur romawi Arsiektur modern impresif Arsiektur modern Arsiektur modern

2 Pencahayaan buatan memegang peranan yang penting dalam sebuah tampilan interior. Pencahayaan memiliki peranan yang penting pada mood dari pengunjung dan mampu menciptakan atmosfer mal. Pengujung berpotensi memiliki ketertarikan terhadap tampilan pencahayaan yang dipadu dengan tampilan interior. Jenis pencahayaan, teknik penerangan, warna dari lampu dan hasil pantulan cahaya terhadap material interior mampu menimbulkan efek yang berbeda pada tiap individu yang melihatnya (Azis & Handoko, 2014). Tampilan pencahayaan berhubungan dengan Color Rendering Index (CRI) dan Correlated Color Temperature (CCT). CRI adalah ukuran seberapa ''nyata'' tampilan benda yang mendapatkan pencahayaan buatan. CRI dikembangkan pada awal 1960-an melalui upaya kolaborasi antara ilmuwan dan manufaktur. Para ilmuwan beranggapan bahwa cahaya matahari memiliki spektrum warna yang paling lengkap dan merupakan acuan sistem rendering warna karena membuat tampilan benda-benda nyata atau alami. Pencahayaan buatan dibuat menggunakan spektrum yang menyerupai matahari dan harus sesuai dalam acuan sistem rendering warna karena harus membuat tampilan benda-benda ''terasa nyata'' atau ''alami'' (Gambar 1.1). Pada industri manufaktur, CRI digunakan dalam industri pembuatan lampu yang mengadaptasi spektrum yang terdapat pada cahaya matahari sehingga dapat menimbulkan tampilan visual material lebih nyata dan alami (Rea & Freyssinier-Nova, 2007). Selain CRI terdapat CCT yang merupakan parameter yang digunakan untuk mengekspresikan karakteristik warna cahaya secara numerik. Hal ini berkaitan dengan cahaya yang terlihat sejuk atau hangat di mata manusia (Gambar 1.2) (El-Bialy, El-Ganainy, & El-Moghazy, 2011).

3 Gambar 1. 1 Perbedaan Warna (CRI) Yang Disebabkan Oleh Perbedaan Sumber Cahaya Sumber : http://www.eyelighting.com/resources/lighting-technology-education/generallighting-basics/color-rendering/, 2017 Gambar 1. 2 Correlated Color Temperature (CCT) Sumber : http://analisawarna.com/tag/color-temperature/, 2017 Pencahayaan merupakan atmosfer yang bekerja di bawah tingkat kesadaran langsung dan memiliki pengaruh pada pengunjung. Pencahayaan berpengaruh pada psikologi manusia dan berhubungan dengan suasana hati serta perilaku pengunjung (Quartier, Christians, & Cleempoel, 2008). Pencahayaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap emosi pengunjung. Artinya, semakin baik pencahayaan di dalam toko, maka akan

4 meningkatkan emosi pengujung. Adapun warna berpengaruh positif dan signifikan terhadap emosi pengunjung. Artinya, semakin baik aspek warna yang ada di dalam toko maka akan berdampak kepada keputusan pembelian pengunjung melalui emosi mereka (Pragita, DH, & Kumadji, 2013). Begitu pula pada mal, bangunan publik seperti mal membutuhkan kondisi yang nyaman dan aman, terutama dalam pencahayaan. Pencahayaan pada mal sangat berpengaruh untuk menarik perhatian pengunjung khususnya pencahayaan pada selasar dan atrium (Tanner, Olivia, Debora, Ekashandy, & Nathania, 2014). Begitu pula pencahayaan pada food court digunakan agar pengunjung tertarik berada di area tersebut. Atrium, selasar dan food court merupakan area publik atau ruang publik pada mal yang memungkinkan pengunjung saling berinteraksi. Manusia dan lingkungan merupakan dua faktor yang terus berinteraksi dan terus saling mempengaruhi. Sebaliknya lingkungan sangat berpengaruh terhadap cara manusia berperilaku. Pada hal, ini lingkungan dengan pencahayaan tertentu dapat mengundang dan mendatangkan perilaku (Nuqul, 2015). Efek psikologis yang ditimbulkan oleh pencahayaan dapat menimbulkan kebetahan pengunjung. Pengunjung akan merasa senang dan tertarik untuk tinggal lebih lama di dalam mal, hal tersebut yang memberikan kondisi kebetahan pada pengunjung. Area semi komersial pada mal yang berpotensi menimbulkan kebetahan pengunjung adalah atrium, selasar dan food court. Tingkat ketertarikan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan dan tradisi, terutama ketertarikan pada tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior suatu mal. Ketertarikan tersebut dapat menimbulkan kebetahan

5 pengunjung terhadap mal. Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior serta pengaruh keduanya tehadap kebetahan pengunjung ruang publik mal di Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh tampilan pencahayaan terhadap tampilan visual interior pada ruang publik mal di Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh secara bersama-sama tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior terhadap kebetahan pengunjung pada ruang publik mal di Yogyakarta? 1.3 Batasan Penelitian Penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh tampilan pencahayaan terhadap tampilan visual interior yang berkaitan dengan kebetahan pengunjung pada ruang publik mal. 1.4 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh tampilan pencahayaan terhadap tampilan visual interior pada ruang publik mal 2. Mengetahui pengaruh secara bersama-sama tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior terhadap kebetahan pengunjung pada ruang publik mal 1.5 Manfaat 1. Sebagai acuan perancangan interior mal pada masa yang akan datang

6 2. Sebagai acuan untuk merenovasi ruang publik mal sehingga dapat mencapai target yang diinginkan 3. Menambah wawasan perancangan bangunan yang berkaitan dengan ruang publik yang memperhatikan perilaku pengunjung 1.6 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan tema, oleh sebab itu perlu dijabarkan macam-macam penelitian tersebut untuk melihat keaslian dari penelitian ini ( Tabel 1.2 ) Tabel 1. 2 Penelitian Terdahulu No. Penulis Tujuan Hasil Pencahayaan dan Pengunjung 1. (Deepikal & Neeraja, 2014) Lighting Impact on Consumer s Shopping Behaviour in Retail Cloth Stores. International Journal of Science and Research (IJSR) Mengeksplorasi pengaruh pencahayaan di toko-toko ritel pakaian pada perilaku pembelian konsumen Volume 3 Issue 11, 933-938. waktu dan uang 2. (Hadianto, Nilasari, & Sumartono, 2013) Pengaruh Pencahayan Buatan terhadap Kenyamanan Visual Pengunjung pada Interior Boutique Banana Republic di Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No. 1, 1-9. 3. (Quartier C. P., 2008) Retail Design: Lighting As An Atmospheric Tool, Creating Experiences Which Influence Consumers Mood And Behaviour In Commercial Spaces. 4. CRI (Color Rendering Index) 5. (Viliunas, Vaitkevicius, Stanikunas, Svegzda, & Pencahayaan buatan pada ruang dan pengaruhnya pada kenyamanan visual pengunjung pada Boutique Banana Republic Melakukan percobaan dan desain terhadap pencahayaan dan pengaruhnya terhadap suasana hati dan perilaku konsumen. Membuktikan sumber cahaya putih berdasarkan LED multi- Kondisi pencahayaan di toko-toko ritel pakaian bukan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku belanja konsumen, rencana pembelian, pembelian impuls, Boutique Banana Republic mempertimbangkan penempatan distribusi cahaya yang kurang merata agar dapat meningkatkan kualitas estetika pencahayaan dan memberikan kenyamanan pada pengunjung. Desain ruang dengan pencahayaan yang mempengaruhi suasana hati dan perilaku konsumen Terbukti bahwa amplitudo dan panjang

7 Bliznikas, 2011) LED-Based Metameric Light Sources: Rendering The Colours Of Objects And Other Colour Quality Criteria. Lighting Res. Technol 43, 321 330. 6. (Narendran & Deng, 2002) Color Rendering Properties of LED Light Sources. Solid State Lighting II : Proceeding of SPIE (pp. 1-8). New York: Society of Photo- Optical Instrumentation Engineers. chip dapat digunakan untuk memenuhi permintaan pengguna sesuai dengan aspek yang berbeda dari kualitas warna tanpa mengubah tampilan visual dari sumber cahaya (yaitu referensi putih). Percobaan ini menggunakan kalkulasi CRI dengan menyeleksi 14 sampel warna Munsell. Membuktikan bahwa RGB yang digabung dengan sumber cahaya putih LED akan mendapatkan karakteristik yang baik jika digunakan untuk membaca atau bekerja. Percobaan ini dengan menggunakan pengujian CRI. gelombang mengalami pergeseran kecil dalam output cahaya LED dan dapat menyebabkan perbedaan warna pada sumber cahaya LED. Pemantauan output cahaya dari LED dan menstabilkan keluaran cahaya dengan umpan balik tidak cukup untuk menjamin stabilitas penampilan warna di bawah sumber cahaya LED CRI tidak memiliki hubungan terhadap preferensi warna pada manusia 7. (El-Bialy, El-Ganainy, & El- Moghazy, 2011). Uncertainty Determination Of Correlated Color Temperature For High Intensity Discharge Lamps Journal of American Science, 2011; 7(1) Sumber : Analisis Penulis Membuktikan koordinat kromatisitas dari sumber tersebut dapat ditunjukkan oleh CCT. CCT untuk lampu HID (High Intensity Discharge) berasal dari koordinat warna. Standar suhu warna yang diraih dengan ketidakpastian ini adalah ± 30 K untuk lampu merkuri, ± 10 K untuk lampu natrium dan ± 29 K untuk lampu halida logam. Berdasarkan tabel 1.2 penelitian terdahulu hanya terfokus pada pengaruh langsung dari pencahayaan buatan terhadap keputusan pembelian dari pengunjung yang berkunjung ke toko retail. Penelitian yang lain hanya terfokus pada tampilan pencahayaan pada suatu ruangan dengan pengujian CRI terhadap LED dan pengujian CCT pada lampu HID. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini tidak membahas pengujian CRI dan CCT akan tetapi membahas tentang tampilan pencahayaan yang

8 berhubungan dengan CRI dan CCT yang mempengaruhi tampilan visual interior. Pengaruh secara bersama-sama tampilan pencahayaan dan tampilan visual interior kemudian mempengaruhi kebetahan konsumen pada mal di kota Yogyakarta. Kebetahan ini yang kemudian akan mengikat pembeli untuk berada di dalam mal dalam waktu yang cukup lama sehingga mampu memberikan manfaat terhadap fasilitas yang ada di dalam mal tersebut.

1.7 Kerangka Berpikir 9

10 1.8 Jadwal Penelitian Tabel 1. 3 Jadwal Kegiatan Penelitian N Minggu Tanggal Kegiatan o 1. Minggu ke 1 Februari 2017 Merumuskan latar belakang dan rumusan masalah 2. Minggu ke 2 Februari 2017 Merumuskan landasan pustaka 3. Minggu ke 3 Februari 2017 Merumuskan landasan teori 4. Minggu ke 4 Februari 2017 Merumuskan metode penelitian 5. Minggu ke 5 Maret 2017 Draf akhir proposal 6. Minggu ke 6 Maret 2017 Perbaikan Proposal 7. Minggu ke 7 Maret 2017 Merumuskan bab I 8. Minggu ke 8 Maret 2017 Merumuskan bab II 9. Minggu ke 9 April 2017 Merumuskan bab III 10. Minggu ke 10 April 2017 Mengambil data 11. Minggu ke 11 April 2017 Mengambil data 12. Minggu ke 12 April 2017 Mengambil data 13. Minggu ke 13 Mei 2017 Pengolahan data 14. Minggu ke 14 Mei 2017 Pengolahan data 15. Minggu ke 15 Mei 2017 Pengolahan data 16. Minggu ke 16 Mei 2017 Merumuskan bab IV 17. Minggu ke 17 Juni 2017 Merumuskan bab IV 18. Minggu ke 18 Juni 2017 Merumuskan bab IV 19. Minggu ke 19 Juni 2017 Merumuskan bab V 20. Minggu ke 20 Juni 2017 Revisi 21. Minggu ke 21 Juli 2017 Revisi Sumber: Data Penulis, 2017 1.9 Sistematika Penulisan Secara singkat pembahasan meliputi: 1. BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan memuat latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, manfaat yang diharapkan, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Keunikan atau keaslian penelitian perlu diungkapkan dalam latar belakang penelitian.

11 2. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini mencakup tinjauan atas teori-teori dan/atau penelitian-peneitian sebelumnya yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tesis. 3. BAB III Metodologi Penelitian Pada metodologi dirinci uraian tentang bahan atau materi penelitian, alat, langkah-langkah penelitian, analisis hasil dan kesulitan-kesulitan serta cara pemecahannya. 4. BAB IV Hasil Penelitian, Pembahasan dan Temuan Bab ini memuat hasil penelitian, pembahasan dan temuan secara terpadu. Hasil penelitian memuat uraian secara jelas dan tepat. Pembahasan berisi tentang analisis yang dilakukan terhadap hasil yang diperoleh. Temuan berisi penyajian yang berupa paparan tentang sesuatu yang sesungguhnya ada dibalik paparan data yang disajikan. 5. BAB V Kesimpulan, Implikasi Penelitian dan Saran a. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan. b. Implikasi Penelitian berisi tentang manfaat atau kontribusi hasil penelitian terhadap penelitian atau pengetahuan yan telah ada selama ini. c. Saran dibuat berdasarkan pengamatan dan pertimbangan penyusun tesis yang ditujukan kepada para peneliti dalam bidang sejenis, yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan. Saran juga berisikan keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan.