Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1February 2017 ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

HASIL DISKUSI KELOMPOK RKD TBC PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

GAMBARAN PERAN DAN STRATEGI SUB RECIPIENT (SR) COMMUNITY TB CARE AISYIYAH DALAM PENANGGULANGAN TB DI KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING) PUSKESMAS MANIMPAHOI

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan


BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN Isma Yuniar 1 Kanthi Pamungkas Sari 2, Hendry Tamara Yudha 3 ¹²³ STIKES Muhammadiyah Gombong ABSTRACT Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian utama di banyak negara-negara berkembang. Diperkirakan sekitar 2,7 juta jiwa meninggal karena TB setiap tahunnya di seluruh dunia. Salah satu isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan maupun masyarakat Kabupaten Kebumen adalah angka kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular masih tinggi. Penyakit-penyakit menular/infeksi sampai saat ini belum semua dapat diatasi, disisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeratif cenderung meningkat. Hal tersebut juga diperparah dengan kondisi rendahnya kualitas dan cakupan kesehatan lingkungan masyarakat. Cakupan sanitasi dasar seperti cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah rendah, serta proporsi rumah sehat masih rendah. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kondisi penanggulangan penyakit TB secara komprehensif dengan menghubungkan berbagai aspek yang terkait lainnya. Berdasarkan hasil analisa situasi tersebut dapat dijadikan rekomendasi agar upaya mengatasi permasalahan TB secara optimal. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA + masih di bawah standar. Penyebab langsungnya: sumber daya tenaga kesehatan yang terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa rendah. Succes rate masih di bawah standar Penyebab langsungnya: terlambat mengambil keputusan untuk berobat dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat Penyebab langsungnya: kekebalan tubuh menurun dan pengobatanya terhenti. Rekomendasi terdiri dari tiga hal yaitu Penanggulangan TB di daerah merupakan tanggungjawab bersaama, mengembangkan jaringan kemitraan berdasarkan skema prioritas.program disusun secara implementatif dan realistis dilakukan secara berencana, terus menerus dan berkesinambungan. PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian utama di banyak negara-negara berkembang. Diperkirakan sekitar 2,7 juta jiwa meninggal karena TB setiap tahunnya di seluruh dunia. Jumlah wanita usia reproduktif yang meninggal karena TB lebih banyak dari sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena TB banyak dijumpai pada golongan usia produktif (15-59 tahun) 42

penyakit ini bertanggungjawab atas 2 hingga 4 dari beban penyakit nasional di banyak negara berkembang. Di negara maju, kecenderungan kesakitan dan kematian karena TB yang selama ini menurun, mulai tahun 1980 an menunjukan kenaikan terutama di negara dengan banyak kasus infeksi HIV/AIDS. Sejak tahun 1989 muncul wabah multidrug resistant pada penderita TB yang banyak dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi. Hampir dua dekade terakhir penanggulangan TB seolah-olah dilalaikan masyarakat internasional karena tidak termasuk dalam program prioritas Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000-400.000. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%. Visi Pembangunan Kebumen sebagaimana yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kebumen tahun 2010 2015 adalah: Mewujudkan Kebumen Sehat 2015 melalui pelayanan yang terjangkau dan berkualitas, didukung lingkungan sehat dan kemandirian masyarakat. Salah satu isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan maupun masyarakat Kabupaten Kebumen adalah angka kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular masih tinggi. Penyakit-penyakit menular/infeksi sampai saat ini belum semua dapat diatasi, disisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeratif cenderung meningkat. Hal tersebut juga diperparah dengan kondisi rendahnya kualitas dan cakupan kesehatan lingkungan masyarakat. Cakupan sanitasi dasar seperti cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah rendah, serta proporsi rumah sehat masih rendah. Permasalahan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular khusus TB pada umumnya berkaitan dengan isu utama antara lain pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap TB masih rendah, terbatasnya kualitas fasilitas maupun pelayanan yang memadai bagi masyarakat, pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal, terbatasnya kemampuan manajemen kesehatan, meliputi pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kondisi penanggulangan penyakit TB secara komprehensif dengan menghubungkan berbagai aspek yang terkait lainnya. Berdasarkan hasil analisa situasi tersebut dapat dijadikan rekomendasi agar upaya mengatasi permasalahan TB secara optimal. langsung dan penyebab mendasar. HASIL ANALISA SITUASI Tinjauan Situasi 43

Penilaian situasi dilakukan sebagai Penggambaran Besarnya dasar menemukan rumusan Permasalahan permasalahanberdasarkan data Berdasarkan beberapa sekunder dan primer yang permasalahan di atas maka dapat terkumpul sebagai ber ikut: ditentukan prioritas masalah Perumusan Masalah situasi. Dari analisis prioritas a. Jumlah kasus dan angka masalah di atas, maka diambil penemuan kasus TB Paru BTA skala prioritas untuk analisa + Kabupaten Kebumen pada situasi TB Kabupaten Kebumen tahun 2013 masih rendah adalah sebagai berikut: yaitu sebesar 51,88%. Jika a. Jumlah kasus dan angka dibandingkan dengan standar penemuan kasus TB Paru BTA MDGs yaitu sebesar 85% maka + pada tahun 2013 masih angka tersebut masih jauh. Di rendah yaitu sebesar 51,88% beberapa kecamatan angka b. Succes rate di berdasarkan penemuan kasus TB Paru BTA+ masih sangat rendah. data yang diperoleh masih di bawah standar yaitu sebesar b. Succes rate di Kabupaten 84,54%. Kebumen berdasarkan data c. Angka kematian akibat TB yang diperoleh pada tiga tahun menunjukan tren meningkat. terakhir masih di bawah d. Succes rate di berdasarkan standar yang ditetapkan yaitu sebesar 87%. Pada tahun 2013 data yang diperoleh masih di bawah standar yaitu sebesar sebesar 84,54%. Tiga peringkat 84,54%. Pengobatan yang succes rate terendah, adalah: belum maksimal dapat Kecamatan Mirit (60%); mendatangkan masalah yang Kecamatan Petanahan lebih besar lagi atau lebih (77,78%); Kecamatan Buayan dan Kecamatan Alian (80%). Sedangkan untuk Rumah Sakit yang succes ratenya terendah kompleks. Bila pasien penderita TB berhenti berobat atau DO maka akibatnya adalah MDR. Faktor yang menyebab succes adalah RS Purwogondo sebesar rate di bawah standar 36,36% ; PKU M Sruweng diantaranya pengambilan sebesar 56,6% dan RS keputusan, fasilitas pelayanan Purbowangi sebesar 60%. kesehatan, sosialisasi, c. Angka kematian akibat TB di transportasi, kondisi sosial Kabupaten Kebumen ekonomi masyarakat, budaya menunjukan tren meningkat. masyarakat, peran tokoh Pada tahun 2011 sebesar masyarakat dan tokoh agama, 1,43/ 100.000 penduduk, pada kerjasama lintas sektoral, SOP tahun 2012 sebesar pencegahan dan penanganan 2,06/100.000 penduduk dan TB dan regulasi dari pada tahun 2013 sebesar pemerintah daerah. 2,63/100.000 penduduk. Tren e. Angka kematian akibat TB yang terus meningkat ini akan menunjukan tren meningkat. sangat mungkin menjadi Faktor yang menjadi indikator masalah yang serius bagi dari permasalahan ini adalah masyarakat Kabupaten pengobatan, peran PMO, gizi, Kebumen. pola hidup, nilai-nilai budaya, 44

kemiskinan, peran tokoh agama dan masyarakat, SOP dan regulasi pemerintah daerah Analisa Situasi Analisa RCA Berdasarkan penentuan prioritas masalah di atas dan hasil yang ditemukan di lapangan terkait penanganan TB di Kabupaten Kebumen dapat dianalisis sebagai berikut: a. Penemuan Kasus TB di bawah Standar Berdasarkan data yang diperoleh angka penemuan kasus TB di Kabupaten Kebumen pada tiga tahun terakhir tidak mengalami peningkatan mendekati standar MDGs namun menunjukan angka penurunan yang cukup berarti. Pada tahun 2011 penemuan kasus sebesar 60,44%,; tahun 2012 sebesar 59,95% dan tahun 2013 sebesar 51,88%. Pada gambar 6 terlihat bahwa terdapat dua faktor utama yang dominan menyebabkan secara langsung penemuan kasus TB masih di bawah standar MDGs (85%). Faktor tersebut adalah: tenaga kesehatan yang terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa rendah. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kesehatan terbatas Secara operasional yang memiliki fungsi untuk melakukan penanganan secara langsung baik secara promotif, preventif maupun kuratif adalah Puskesmas. Masingmasing puskesmas hanya memiliki satu orang petugas kesehatan yang khusus menangani TB. Sehingga bisa dirata-rata setiap petugas memiliki tanggung jawab menangani masalah TB di 17 atau 18 desa/kelurahan. Dari segi kuantitas, setiap petugas memiliki tugas yang cukup berat. Keterbatasan jumlah petugas yang melaksanakan fungsinya tersebut disebabkan karena : a) Pendanaan yang terbatas, b) Kerjasama lintas sektoral masih minimal 2) Kesadaran pasien untuk periksa a) Kurangnya pengetahuan tentang TB b) Jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau c) Nilai-nilai budaya setempat Nilai-nilai budaya setempat yang menjadi kendala dalam penemuan kasus TB diantaranya adalah: (1) Batuk yang tak kunjung sembuh dan sampai mengeluarkan darah merupakan akibat santet (2) Keyakinan atas agama yang dianut memunculkan persepsi bahwa segala macam penyakit itu obatnya semata-mata dari Tuhan. Sehingga kalau dengan penyakit TB sampai meninggal itu merupakan takdir yang juga datangnya dari Tuhan (3) Memandang penderita TB jangan sampai diketahui oleh banyak pihak karena anggapan TB merupakan penyakit yang memalukan Selain itu pada tempat-tempat komunitas seperti pesantren, panti asuhan, asrama dan lembaga pemasyarakatan hanya memiliki petugas kesehatan yang sangat minimal atau bahkan tidak memiliki sama sekali. Ketika penghuni tempat-tempat komunitas tersebut tidak terjamah oleh sosialisasi masalah kesehatan maka akan sangat potensial menjadi tempat penyebaran TB. Dan hal tersebut akan semakin parah jika penghuninya padat dan memiliki lingkungan yang kurang sehat.selama ini banyak anggapan bahwa masalah kesehatan 45

khususnya TB merupakan urusan petugas kesehatan, terlebih jika tokoh-tokoh agama dan masyarakat kurang dilibatkan maka permasalahan di atas akan terus tetap terjadi. Dari dua penyebab langsung di atas apabila di tarik akar permasalahannya adalah sebagai berikut: (1) peraturan daerah (perda) atau regulasi tertulis dari pemerintah daerah terkait penanganan dan atau pengendalian TB belum ada. Jika perda atau regulasi dari pemerintah daerah ada maka komitmen politik, sosial dan ekonomi dari berbagai pihak akan dapat terbangun dengan baik. (2) standar operating procedure (SOP) terkait penanganan TB di Kabupaten Kebumen yang ditetapkan oleh pemerintah daerah belum ada. Manakala SOP belum ada maka mekanisme, jejaring kemitraan akan berjalan apa adanya. Sehingga hasil yang di capai belum optimal. a. Succes rate di bawah standar Succes rate di Kabupaten Kebumen berdasarkan data yang diperoleh pada tiga tahun terakhir masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu sebesar 87%. Pada tahun 2011 penemuan kasus sebesar 85,64%,; tahun 2012 sebesar 81,54% dan tahun 2013 sebesar 84,54%. Pada gambar 7 terlihat bahwa terdapat dua faktor utama yang dominan menyebabkan secara langsung penemuan kasus TB masih di bawah standar MDGs. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Pasien terlambat mengambil keputusan Keterlambatan pasien TB di dalam mengambil keputusan untuk berobat disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu : a) Kurangnya pengetahuan pasien tentang TB; b) Nutrisi atau gizi buruk; c) Nilai budaya setempat 2) Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan a) Jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau Sebagaimana permasalahan yang disampaikan di atas bahwa jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Permasalahan tentang jarak dan fasilitas pelayanan kesehatan terutama untuk desa-desa yang jauh dari ibukota kecamatan dan transportasi umum yang tersedia adalah ojek. Angkutan pedesaan memang tersedia tetapi jumlahnya tidak banyak dan hanya beroperasi pada waktu tertentu. Penggunaan ojek akan mengakibatkan biaya transportasi mahal. Ketika pertimbangan biaya transportasi mahal maka masyarakat terutama bagi penderita TB yang akan pergi berobat harus menyisihkan uang yang cukup. Bagi pasien yang ada pada kategori miskin atau hampir miskin maka uang yang mereka miliki akan lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan primer. b) Peran kader yang kurang optimal Peran kader yang kurang optimal karena keterbatasan sumber daya yang ada baik secara kualitas maupun 46

kuantitas. Selama ini kader yang telah bekerjasama dengan pemerintah dalam penanganan TB di daerah adalah SSR dari Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Kebumen dan kader posyandu. Saat ini kader (relawan) aktif dari SSR memiliki 72 orang, 2.087 posyandu aktif. Secara operasional bersama-sama petugas kesehatan dari puskesmas mereka melakukan penanganan secara langsung baik secara promotif, preventif maupun kuratif adalah Puskesmas. Kabupaten Kebumen memiliki 35 puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan. Dari 26 kecamatan tersebut memiliki sejumlah 460 desa/kelurahan. Relawan yang berasal dari SSR masing-masing membawahi atau beroperasi rata-rata pada 6 sampai dengan 7 desa/kelurahan. Mereka berkomitmen untuk terlibat mulai dari proses penanganan TB secara promotif dan preventif (bekerjasama dengan kader posyandu atau pemerintah desa dan petugas kesehatan setempat), maupun kuratif sampai sembuh (bekerjasama dengan petugas yankes). Memberikan pelatihan PMO pasien TB. Dari segi kuantitas dan kualitas, setiap petugas maupun relawan memiliki tugas yang cukup berat. Selama ini tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat belum terlibat secara aktif. a) Peran PMO kurang optimal. Hampir semua PMO berasal dari orang yang terdekat dengan pasien, yaitu isteri atau suami atau anak atau anggota keluarga terdekat dari pasien. Namun karena informasi yang terbatas dan tidak ada pelatihan atau pembekalan untuk PMO, maka peran PMO menjadi kurang optimal. Diantara kasus yang muncul adalah karena aktivitas yang berbeda dengan pasien maka PMO jarang mengontrol apakah pasien sudah minum obat atau belum. Jika yang mengantar berobat adalah anaknya, anak tersebut yang beda rumah dengan pasien TB dan hanya pasrah obat kepada anggota keluarga lain yang serumah dengan pasien. Fungsi pengawasanpun menjadi kurang optimal. Selama ini pembekalan untuk PMO dari petugas kesehatan hanya dilakukan pada saat anggota keluarga mengantarkan obat ke puskesmas. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas ratarata petugas kesehatan harus membawahi 17 sampai 18 desa/kelurahan. Meskipun demikian secara periodik yaitu 3 atau 4 bulan sekali SR mengadakan pembekalan bagi PMO. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi munculnya kasus DO sehingga akan lebih memberikan kontribusi positif terhadap succes rate di Kabupaten Kebumen. Dari permasalahan dapat di tarik akar permasalahannya adalah perlu adanya peraturan daerah (perda) atau regulasi tertulis dari pemerintah daerah 47

terkait penanganan dan atau pengendalian TB belum ada. Jika perda atau regulasi dari pemerintah daerah ada maka komitmen politik, sosial dan ekonomi dari berbagai pihak akan dapat terbangun dengan baik. Selama ini di Kabupaten Kebumen belum ada regulasi tentang hal tersebut. Dari regulasi pemerintah selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan a) standar operating procedure (SOP) terkait penanganan TB, b) kerjasama lintas sektoral dan perluasan jejaring kemitraan dalam penanganan dan pengendalian TB yang lebih fungsional, c) pendanaan penanganan TB yang lebih memadai b. Kematian akibat TB menunjukan tren meningkat Pada gambar 8 terlihat bahwa kematian akibat TB yang menunjukan tren meningkat disebabkan oleh satu faktor utama yang berkontribusi secara langsung terhadap terjadinya kasus kematian akibat TB yaitu tertular Mycobacterium Tubercolusis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen angka pada tiga tahun terakhir adalah 1,43/100.000 penduduk (2011), 2,06/100.000 penduduk (2012) dan 2,63/100.000 penduduk (2013). Angka tersebut memang masih di bawah standar MDGs (39) namun tren yang meningkat menunjukan bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak belum berhasil menurunkan angka kematian akibat TB. Potensi tersebut bisa jadi akan terus berlanjut dan angka yang terus meningkat jika tidak ada tindakan yang berarti sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Pada gambar 8 terlihat bahwa terdapat dua faktor utama yang dominan menyebabkan secara langsung seseorang tertular Mycobacterium Tubercolusis. Faktor tersebut adalah: kekebalan tubuh menurun dan pengobatan terhenti. 1) Kekebalan tubuh menurun Kekebalan tubuh pasien TB disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: gizi atau nutrisi buruk; lingkungan tempat tinggal dan atau lingkungan kerja yang tidak sehat; pola hidup yang tidak sehat; dan aktifitas fisik yang tidak sehat pula. Faktor-faktor tersebut disebabkan oleh kemiskinan tingkat pendidikan yang rendah dan nilai-nilai budaya yang kurang mendukung kesehatan masyarakat. 2) Pengobatan terhenti Pengobatan terhenti tersebut disebabkan oleh: 1) Kurangnya pengetahuan pasien TB tentang proses pengobatan. Proses pengobatan yang lama kadang membuat lelah atau bosan pasien sehingga kurangnya pengetahuan pasien mengakibatkan berhenti di tengah proses pengobatan, 2) Peran PMO yang kurang optimal, 3) Jarak yang jauh dan kondisi geografis yang sulit bagi pasien TB. 48

Dari permasalahan dapat di tarik akar permasalahannya adalah perlu adanya peraturan daerah (perda) atau regulasi tertulis dari pemerintah daerah terkait penanganan dan atau pengendalian TB belum ada. Jika perda atau regulasi dari pemerintah daerah ada maka komitmen politik, sosial dan ekonomi dari berbagai pihak akan dapat terbangun dengan baik. Selama ini di Kabupaten Kebumen belum ada regulasi tentang hal tersebut. Dari regulasi pemerintah selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan a) standar operating procedure (SOP) terkait penanganan TB, b) kerjasama lintas sektoral dan perluasan jejaring kemitraan dalam penanganan dan pengendalian TB yang lebih fungsional, c) pendanaan penanganan TB yang lebih memadai SIMPULAN Analisa Profil Angka penemuan kasus TB Paru BTA + pada tahun 2013 masih rendah yaitu sebesar 51,88%. Berdasarkan data yang diperoleh succes rate masih di bawah standar yaitu sebesar 84,54%. Angka kematian akibat TB dalam 3 tahun terakhir di Kabupaten Kebumen menunjukan tren meningkat Analisa RCA Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA + masih di bawah standar. Penyebab langsungnya: sumber daya tenaga kesehatan yang terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa rendah. Penyebab tidak langsungnya adalah: pendanaan terbatas, kerjasama lintas sektoral masih minim, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru, jarak fasilitas kesehatan cukup jauh, nilai-nilai budaya setempat, tingkat pendidikan rendah, transportasi mahalterbatas, peran kader belum optimal, kemiskinan, tokoh agama dan masyarakat kurang terlibat, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai yang diharapkan. Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit menular secara komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada Succes rate masih di bawah standar Penyebab langsungnya: terlambat mengambil keputusan untuk berobat dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyebab tidak langsungnya adalah: kurang pengetahuan tentang TB, gizi buruk, nilai-nilai budaya setempat, jarak jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi geografis yang sulit, peran kader kurang optimal, peran PMO kurang optimal, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai yang diharapkan. Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit menular secara komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat Penyebab langsungnya: kekebalan tubuh menurun dan pengobatanya terhenti. Penyebab tidak 49

langsungnya adalah: kurangnya pengetahuan tentang TB, peran PMO kurang optimal, jarak jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi geografis yang sulit, gizi buruk, lingkungan tempat tinggal dan/lingkungan kerja tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, aktifitas fisik yang tidak sehat, kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum dilaksanakan, anggaran penanganan TB masih sangat terbatas, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum sesuai yang diharapkan. Penyebab yang mendasar adalah regulasi atau peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit menular secara komprehensif di Kabupaten Kebumen belum ada Rekomendasi Rekomendasi terdiri dari tiga hal yaitu : Penanggulangan TB di daerah merupakan tanggungjawab bersamasama maka diupayakan adanya rencana aksi utama yang dilakukan secara koprehensif oleh penderita TB Paru, Keluarga dan PMO, Stakeholders, Petugas Kesehatan dan Dinkes/Bappeda/Bupati/DPRD. Dalam melaksanakan program penanganan dan pengendalian TB di Kabupaten Kebumen hendaknya mengembangkan jaringan kemitraan berdasarkan skema prioritas. Prioritas pertama yaitu pemerintah daerah, DPRD terutama dalam memberikan dukungan politik untuk meningkatkan komitmen semua pihak. Prioritas kedua adalah masyarakat peduli TB paru melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam semua bidang. Prioritas ketiga adalah pengelola program TB, Mantan pasien TB, keluarga dan PMO. Prioritas keempat adalah pasien TB. Rancangan program diwujudkan dengan aktivitas di tingkat daerah dan di tingkat kecamatan. Program disusun secara implementatif dan realistis dilakukan secara berencana, terus menerus dan berkesinambungan. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun 2013. Kebumen 2011. Profil Kebumen Tahun 2012. Kebumen 2012. Profil Kebumen Tahun 2013. Kebumen 2013. Profil Kebumen Tahun 2014. Harry Budiman. 2011. Analisis Pelaksanaan Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial dalam Pengendalian Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011. http://www.pasca.unand.ac. id Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Publik Private Mix Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal 50

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Makalah pelatihan Analisa Situasi, 2013, Bappenas-Pimpinan Pusat Muhammadiyah Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Rikesdas. 2010. Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.i d Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kebumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun 2013. Kebumen 2011. Profil Kebumen Tahun 2012. Kebumen 2012. Profil Kebumen Tahun 2013. Kebumen 2013. Profil Kebumen Tahun 2014. Harry Budiman. 2011. Analisis Pelaksanaan Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial dalam Pengendalian Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011. http://www.pasca.unand.ac. id Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kemenkes RI, 2011. Rencana Aksi Nasional Publik Private Mix Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Makalah pelatihan Analisa Situasi, 2013, Bappenas-Pimpinan Pusat Muhammadiyah Moleong, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Rikesdas. 2010. Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.i d Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kebumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen 51