ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI. Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALYSIS OF BOTTOM GILLNET FISHING AND DEVELOPMENT IN DUMAI CITY

THE BUSINESIS ANALYSIS OF GILL NET, IN TENGGAYUN VILLAGE, BUKIT BATU SUB-DISTRICT, BENGKALIS DISTRICT OF RIAU PROVINCE

ANALISIS USAHA PENANGKAPAN SONDONG DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI ANALYSIS OF SONDONG FISHING AND DEVELOPMENT AT KOTA DUMAI

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Ridwan Syahputra Situmorang 1), Zulkarnaini 2), Hamdi Hamid 3) ABSTRACT

STUDI KOMPARATIF USAHA PENANGKAPAN ANTARA ALAT TANGKAP AMBAI DAN PENEGERIH DI DESA MESKOM KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

Eri Suwito 1), Pareng Rengi 2), Bustari 2) ABSTRACT

STUDY TECNOLOGY OF LONGLINE FISHING GEAR IN THE MUARA SAKO KAMPAR KIRI WATER S LANGGAM VILLAGE PELALAWAN REGENCY BY :

Business Analysis of Hand Line Fishing Technique in Pariaman City West Sumatera Province of Indonesia

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

C E =... 8 FPI =... 9 P

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DENGAN ALAT TANGKAP BUBU LIPAT (TRAPS) DI PERAIRAN TEGAL

STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN PENGERIH DI DESA TELUK KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

Oleh. Fathur Rahman 1), Ridar Hendri 2) dan Hamdi Hamid 2) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Dengan Jaring Insang (Gillnet) di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm ISSN

III. METODE PENELITIAN

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN JARING ARAD (BABY TRAWL) DI PANGKALAN TAMBAK LOROK KOTA SEMARANG

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

NAGARI SASAK KECAMATAN SASAK RANAH PASISIE KABUPATEN PASAMAN BARAT PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Financial Analysis of Klitik Nets (Bottom Gill net) and Nylon Nets (Surface Gill net) in Fish Landing Base (PPI) Tanjungsari Pemalang, Central Java

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

Financial Feasibility Analysis of Gillnet Fishing Business in PPI Banyutowo Pati. Habieb Noor Zain, Imam Triarso *),Trisnani Dwi Hapsari

FISH HATCHERY INCOME ANALYSIS IN THE INGIN MAJU GROUP MUNGO REGION LUAK SUB-DISTRICK LIMA PULUH KOTA DISTRICK WEST SUMATERA PROVINCE ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DALAM KOLAM DI DESA SUNGAI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

JURNAL ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PONDOK BATU KECAMATAN SARUDIK KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

PERBANDINGAN PENERIMAAN NELAYAN YANG MENANGKAP RAJUNGAN DENGAN BUBU DAN ARAD DI BETAHWALANG, DEMAK

Income Fisherman Analysis of Fishing Gear Blue Swimming Crab of Bottom Set Gill Net and Trammel Net in Sukoharjo Village District Rembang Regency

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

III. METODE PENELITIAN

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BY : Keyword: Seine net, friendly environmental, feasibility effort, West Sumatera.

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

ANALYSIS THE FISHING BUSINESS WITH TROLL LINE THAT MOORING AT MUARA PORT AREA SOUTH PADANG REGENCY PADANG CITY WEST SUMATERA PROVINCE

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Maspari Journal, 2013, 5 (2),

Transkripsi:

1 ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2) Email : Suliani50@gmail.com 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau ABSTRAK Produksi perikanan di Kota Dumai mulai menurun dari waktu ke waktu, dan pelarangan alat tangkap sondong memberi peluang bagi usaha rawai sebagai alat tangkap sampingan. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 Januari sampai 5 Februari 2016 di Pelabuhan Perikanan Kota Dumai dengan tujuan mengetahui kelayakan usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan menggunakan metode survey. Usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan layak ditinjau dari ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga, peluang pasar dan minat usaha dengan rata-rata nilai 3. Secara finansial layak dikembangkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan rata-rata Rp 16.730.752. Nilai BCR 2,16 dengan nilai FRR yaitu 83,1% lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank 7,25% yang berlaku. Nilai PPC (Payback periode of capital) adalah 1,73 tahun. Arah pengembangannya rawai dapat dijadikan sebagai alat tangkap utama dan alternatif. Usaha penangkapan rawai layak ditinjau dari kelayakan pengembangan usaha dan analisis finansial. Kata kunci: Rawai, Kelayakan Usaha, Analisis Finansial, Arah Pengembangan, PPI Dumai. ABSTRACT Fisheries production in Kota Dumai began to decline over time, and the prohibition on sondong provide opportunities for Longline as alternative fishing gear. The research was conducted on January 25 to February 5, 2016 at Pelabuhan Perikanan Kota Dumai with the aim of the research is to know feasibility of longline business as alternative fishing gear by using survey methods. Longline business as a feasible alternative fishing gear in terms of availability of raw materials, labor availability, market opportunities and business interests with an average value of 3. Financially feasible to be developed at an investment cost incurred on average Rp 16.730.752. BCR value of 2.16 to the value of FRR is 83.1% higher than the bank rate of 7.25% applies. PPC value (payback period of capital) is 1.73 year. In its development longline can be used as the primary fishing gear and alternative. after a review of the feasibility aspects of business development and financial analysis. Keywords : Mini longline, Feasibility, Financial Analysis, Development Direction, PPI Dumai.

2 PENDAHULUAN Hasil tangkapan di Kota Dumai mulai menurun dari waktu ke waktu. Penurunan ini disebabkan keterbatasan alat tangkap, serta lokasi penangkapan yang masih bergantung pada pengalaman nelayan. Hasil tangkapan yang didapat inilah yang menjadi prioritas dalam menjalankan usaha penangkapan. (Statistik Perikanan Kota Dumai, 2011) memperlihatkan produksi perikanan dari hasil tangkapan tahun 2006 2010 mengalami penurunan hampir 50%. Alat tangkap yang paling dominan di Dumai adalah sondong, akan tetapi pada saat ini pengoperasian sondong dilarang karena sondong termasuk kedalam pukat tarik sesuai dengan Peraturan Menteri No 2 tahun 2015. Hal ini menyebabkan usaha penangkapan sondong terhambat, dan memberikan dampak positif bagi usaha penangkapan lainnya khususnya penangkapan rawai. Peluang usaha penangkapan rawai semakin terbuka lebar dan berkembang dikarenakan pelarangan terhadap alat tangkap sondong khususnya di daerah Dumai. Alat tangkap rawai di Kota Dumai sangatlah sedikit jumlahnya dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Alat tangkap rawai ini digunakan oleh nelayan sebagai alat tangkap sampingan dari alat tangkap gill net. Alat tangkap rawai menargetkan jenis jenis ikan dasar dengan nomor mata pancing 7 dan 8. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penilitian guna melihat kelayakan usaha penangkapan rawai dan pengembangan alat tangkap rawai, maka penulis tertarik mengkaji tentang Analisis Usaha Penangkapan Rawai dan Pengembangannya di Kota Dumai. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini sebagai bahan referensi bagi aparat yang mengelola perikanan Kota Dumai dan bahan masukkan bagi nelayan sebagai pelaku untuk memajukan usaha penangkapan dan pengembangannya, serta sebagai bahan penambah informasi bagi yang membutuhkan tentang usaha penangkapan rawai. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Januari hingga 5 Februari 2016. Lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Kota Dumai, Provinsi Riau. Bahan dan Alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jangka sorong, meteran, kamera digital, buku data lapangan. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei terhadap alat tangkap rawai di PPI Dumai. Pengambilan data dilakukan pada saat alat tangkap tidak dioperasikan, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengambilan data dari alat tangkap tersebut. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan pengembangan usaha dan analisis financial, sehingga alat tangkap

3 rawai layak atau tidak untuk dikembangkan. Prosedur Penelitian Pengambilan data penelitian ini ada beberapa tahapan, yaitu: 1) pengambilan data kondisi umum perikanan tangkap kota Dumai dari Dinas DKP, 2) menentukan nelayan rawai yang ada di PPI Dumai untuk melakukan wawancara, 3) melakukan pengukuran alat tangkap rawai dan kapal yang dimiliki nelayan sebagai responden, 4) mengambil data dokumentasi, selanjutnya mentabulasikan data yang didapat selama penelitian. Analisis Data Kelayakan Pengembangan Usaha Penentuan kelayakan pengembangan usaha penangkapan rawai didasarkan pada pertimbangan empat variabel sebagai constrain yakni : Ketersediaan bahan baku diberi skor 4 jika seluruhnya tersedia dilokasi, skor 3 jika sebahagian kecil bahan baku didatangkan dari luar, skor 2 jika sebahagian besar bahan baku dari luar dan skor 1 jika seluruh bahan baku didatangkan dari luar daerah. Ketersediaan tenaga kerja diberi skor 4 (sangat banyak), 3 (banyak), 2 (kurang), 1 (tidak tersedia). Peluang pasar diberi skor 4 (sangat tersedia), 3 (tersedia), 2 (kurang tersedia ), 1 (belum tersedia Untuk minat usaha diberi skor 4 (sangat tinggi), 3 (tinggi), 2 (rendah) dan 1 (sangat rendah). Penilaian variabel tersebut dilakukan dengan sistem rating scale, yakni dengan memberi bobot penilaian (skor) pada setiap variabel tersebut. Ambang batas usaha yang layak untuk dikembangkan adalah: total skor minimal 10 dan skor ratarata minimal 2,5 (Hidayat, 2001). Kelayakan Finansial Usaha Analisis yang digunakan diukur melalui Perhitungan Benefit Cost Of Ratio (BCR), Financial Rate of Return (FRR) dan Payback Period of Capital (PPC). a. Benefit Cost Of Ratio (BCR) Untuk mengetahui usaha tersebut mengalami keuntungan atau kerugian serta layak atau tidaknya usaha tersebut untuk diteruskan dapat diketahui dengan cara membandingkan pendapatan kotor (GI) dengan total biaya (TC) yang disebut juga dengan Benefit Cost Of Ratio (Kadariah, 2004) Keterangan : BCR = Benefit Cost Ratio GI = Gross Income (pendapatan kotor nelayan pertahun) TC = Total Cost ( seluruh biaya produksi yang dikeluarkan dalam operasi penangkapan yaitu jumlah biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC) pertahun) Dengan kriteria : BCR>1, maka usaha tersebutmenguntungkan dan dapat dilanjutkan. BCR = 1, maka usaha tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. BCR <1, maka usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi. b. Financial Rate of Return (FRR) FRR (Financial Rate of Return) merupakan persentase perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan investasi ( Riyanto dalam Angga, 2015)

4 Dimana : FRR = Financial Rate of Return NI = Net Income (Pendapatan bersih) I = Investasi Kriteria : a. Apabila FRR > tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan layak b. Apabila FRR < tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan tidak layak. c. Payback Period of Capital (PPC) Payback Period Of Capital yaitu lamanya pengambilan modal usaha dalam jangka waktu tertentu, dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : PPC = Payback period Of Capital I = Investasi NI = Net Income Kriteria : Semakin besar nilai PPC semakin lama masa pengambilan modal usaha semakin kecil nilai PPC semakin cepat masa pengembalian modal usaha. Arah Pengembangan Usaha Apabila usaha tersebut layak untuk dikembangkan dan layak secara finansial, maka disusun arah pengembangan usaha sesuai hasil wawancara dengan nelayan dan sumberdaya yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kota Dumai Kota Dumai terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera antara 101 0 23 27-101 0 28 13 BT dan 1 0 23 23 1 0 24 23 LU. Secara geografis Kota Dumai sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandau, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangko, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu. Musim penangkapan sangat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan Dumai. Hal ini dapat menghambat usaha penangkapan rawai. Nelayan Kota Dumai melakukan penangkapan di sekitar perairan Selat Malaka. Adapun musim penangkapan di perairan Selat Malaka adalah musim Barat (musim paceklik) yang terjadi di bulan Desember, Januari dan Februari serta musim Timur (musim banyak ikan) yang terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus ( Zain, 2010). Akan tetapi nelayan Dumai mengatakan musim paceklik selalu saat bulan Ramadhan. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan nelayan Dumai adalah kapal bermotor dengan ukuran 3-5 GT. Sebagian besar nelayan Dumai menggunakan kapal bermotor dengan ukuran 3 GT, khususnya nelayan rawai. Kapal yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda-beda, panjang kapal yang digunakan rata- rata 11 meter, lebar 2.5 meter dan tinggi rata-rata 2 meter. Kapal nelayan rawai terbuat dari kayu dengan mesin dompeng ratarata 16 Pk. Jumlah ABK setiap kapal rawai 2-3 orang. Alat Penangkapan Rawai yang digunakan nelayan Dumai memiliki jumlah mata pancing (Hook) 100-220 mata. Konstruksi rawai yang digunakan nelayan Dumai tidak jauh berbeda dengan rawai pada umumnya. Rawai yang digunakan adalah jenis rawai dasar tetap. Adapun konstruksi rawai yang digunakan nelayan sebagai berikut : 1. Tali utama (main line)

5 Bahan tali utama yang digunakan nelayan adalah PE (Polyethylene) dengan ukuran diameter 3 mm. Panjang tali utama (main line) yang digunakan salah satu nelayan adalah 400 meter, dengan panjang per basket 15 meter. 2. Tali cabang (branch line) Panjang tali cabang yang digunakan nelayan adalah 40-71 cm dengan ukuran tali no 150 (diameter 1,90 mm) berbahan kuralon.jarak antara branch line ke branch line lainnya yaitu 3 meter dengan 5 mata pancing perbasketnya ditandai oleh pemberat yang terbuat dari semen. 3. Tali pelampung dan pemberat Nelayan Dumai biasanya menggunakan tali pelampung dan pemberat secara bersamaan. Panjang tali pelampung dan pemberat dua yang digunakan adalah 25 meter. Diameter tali 4 mm dengan arah pilinan kiri (Z) berbahan polyethilene (PE). Sedangkan untuk pemberat satu menggunakan tali rapia yang sudah dipilin dengan panjang 20 cm berdiameter 1.5 mm. 4. Pelampung dan pemberat Pelampung yang digunakan nelayan terbuat dari bahan PVC dan gabus. Ukuran pelampung besar dengan diameter 28 cm dan panjang 64 cm sedangkan pelampung kecil berdiameter 21.5 cm dengan panjang 43 cm. Bagi nelayan yang ingin menghemat biaya, mereka menggunakan pelampung gabus dengan panjang 60 cm dan diameter 17 cm. Pelampung pada rawai yang digunakan adalah 2 buah yang diletakan diujung kanan dan kiri dari rawai tersebut. Pemberat pada rawai terbuat dari semen yang berbentuk aqua gelas dengan ukuran panjang 11 cm berdiameter 5.7 mm. Pemberat semen ini diletakkan perbasket yaitu 5 mata pancing. Pemberat semen yang digunakan sebanyak 27 buah. Sedangkan pemberat dua terbuat dari besi-besi yang tidak digunakan. Pemberat ini diletakkan di kanan kiri rawai bagian bawah. Panjang pemberat yang digunakan antara 30-40 cm. 5. Mata pancing (Hook) Mata pancing yang sering digunakan nelayan Dumai adalah nomor 7 dan 8. Tetapi kebanyakan menggunakan nomor 7. Mata panciing (hook) dipasang pada tali cabang secara langsung. Pada mata pancing nomor 7 mempunyai ukuran eye dengan diameter luar 0,75 cm dan diameter dalam 0.04 cm, panjang shank 4.15 cm, diameter bend 1.06 cm, panjang throat 1.92 cm, panjang gap 1.95 cm, point 0.13 cm dengan barb 0.15 cm. Hasil Tangkapan Nelayan rawai di Dumai menggunakan jenis rawai dasar tetap dengan target tangkapan ikan Pari (Trygon sp). Nelayan rawai melakukan penangkapan selama 36 minggu per tahun atau 3 minggu per bulan. Rata-rata hasil tangkapan nelayan rawai pertahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Rata Rata Hasil Tangkapan Nelayan Rawai di Kota Dumai per Tahun No Jenis ikan Jumlah (kg) 1 Pari (Trygon sp) 409,8 2 Malung 363,6 (Muarenesox cinareus) 3 Duri (Arius sp) 359 4 Debuk (Pomadasis sp) 368,8 Jumlah 1501,2 Sumber : Data Primer,2016

6 Rata rata hasil tangkapan rawai adalah 1501,2 sedangkan ratarata hasil tangkapan gillnet adalah 5030 kg, jadi total produksi nelayan adalah 6531,2. Jadi hasil tangkapan rawai adalah 0,23 dari total hasil tangkapan nelayan rawai dan gillnet. Kelayakan Pengembangan Usaha Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan nelayan, ditinjau dari pengembangan usaha penangkapan rawai sesuai dengan empat variabel sebagai constrain (batasan) didapat hasil seperti tabel berikut (Tabel 4). Berdasarkan komponen tersebut jumlah yang didapat adalah 12 dengan rata-rata 3, dengan jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan di Kota Dumai layak dikembangkan. Ambang batas usaha yang layak untuk dikembangkan adalah: total skor minimal 10 dan skor rata-rata minimal 2,5 (Hidayat, 2001). Tabel 4. KelayakanPengembangan Usaha Penangkapan Rawai No Komponen Skor 1. Ketersediaan 3 bahan baku 2. Ketersediaan 4 tenaga kerja 3. Peluang pasar 1 4. Minat usaha 4 Jumlah Rata-rata 12 3 Sumber : Data Primer, 2016 Analisis biaya Investasi Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Biaya investasi sangatlah berbeda diantara nelayan satu dengan nelayan lainnya, hal ini disebabkan oleh modal tetap dan modal kerja Nelayan Dumai. Total investasi adalah jumlah atau besarnya modal yang ditanamkan Nelayan Rawai yang merupakan penjumlahan dari modal tetap dan modal kerja. Total investasi yang dikeluarkan Nelayan Rawai dalam melakukan usaha penangkapan yaitu Rp12.086.500 sampai Rp21.739.140 dengan rata rata Rp16.730.752. Total Biaya Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap (Fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variabel cost). Biaya tetap yang dikeluarkan nelayan meliputi biaya perawatan dan biaya penyusutan kapal, rawai, dan juga mesin. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara berubah-ubah dan perubahannya sejajar dengan volume produksi yang meliputi biaya bahan bakar, oli, air tawar, es dan konsumsi. Tabel 5. Rata Rata Total Biaya Nelayan Rawai di Kota Dumai No. Kategori Rata rata total biaya (per tahun) 1 Biaya Rp 8.858.000 tetap 2 Biaya tidak tetap Rp 42.302.400 Jumlah Jumlah Rp 51.160.400 Rp 11.766.892 (0,23) Sumber : Data primer,2016 Hal ini dikarenakan biaya tidak tetap nelayan rawai dan gillnet menjadi satu, maka total biaya dikalikan dengan 0,23. Karena pada saat operasional, nelayan membawa alat tangkap rawai dan gillnet, pengoperasian rawai dan gillnet tidak bersamaan, akan tetapi dalam per trip

7 rawai dioperasikan 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Jadi biaya operasional rawai adalah 0,23 dari biaya keseluruhan rawai dan gillnet. Pendapatan Kotor dan Pendapatan Bersih Rata-rata pendapatan kotor nelayan rawai yaitu Rp 24.619.400 per tahun dengan kisaran antara Rp 20.289.000 sampai Rp 31.656.000. Pendapatan bersih nelayan diperoleh dari penjualan hasil tangkapan setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan bersih nelayan rawai berkisaran antara Rp 5.215.000 sampai Rp 19.893.000 dengan rata-rata Rp 12.852.508 per tahun. Benefit Cost of Ratio (BCR) Benefit cost of ratio (BCR) adalah perbandingan antara pendapatan kotor atau hasil penjualan dengan biaya total yang dikeluarkan (Kadariah, 1978). Nilai BCR diperoleh dari hasil perbandingan pendapatan kotor dan total cost. Dari hasil yang didapat, rata- rata nilai BCR nelayan rawai per tahun adalah 2,16 dengan kisaran nilai 1,34 sampai 2,79. Rata rata nilai BCR nelayan rawai Kota Dumai adalah 2,16. Nilai yang diperoleh menunjukan bahwa usaha penangkapan rawai di Kota Dumai layak dan menguntungkan bagi nelayan rawai. Hal ini karena nilai BCR > 1, berarti manfaat yang ditimbulkan usaha lebih besar dari biaya yang diperlukan secara ekonomi, usaha layak untuk dilaksanakan. Kriteria nilai B/C Ratio menurut Pramudya (2001), tidak layak jika net B/C Ratio < 1 sedangkan jika net B/C Ratio > 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Financial Rate of Return (FRR) Finansial Rate of Return (FRR) merupakan persentase perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan investasi. Rata-rata nilai FRR adalah 83,1 nilai tersebut lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank yang berlaku yaitu sebesar 7,25 % per tahun. Hal ini berarti keputusan investasi ke bank tidak dapat diterima, jadi usaha dapat diinvestasikan dimana nilai FRR > tingkat suku bunga bank yaitu 7,25 %. Keputusan akan menerima atau menolak investasi dapat dilakukan atas pertimbangan hasil perbandingan FRR dengan tingkat suku bunga yang berlaku (suku bunga bank yang dipilih untuk berinvestasi). Jika FRR > suku bunga bank, maka investasi diterima, sedangkan FRR< suku bunga bank, maka rencana investasi ditolak. Payback Period of Capital (PPC) Payback Period of Capital (PPC) merupakan perbandingan anatara investasi yang ditanamkan dengan pendapatan bersih (net income) yang diterima. Nilai ratarata PPC pada usaha penangkapan rawai di Kota Dumai adalah 1,73. Hal ini berarti nelayan rawai dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan selama 1 tahun 8 bulan 21 hari. Semakin kecil pendapatan bersih yang diperoleh maka semakin lama waktu pengembalian modal yang dikeluarkan. Arah Pengembangan Usaha Usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan dapat menjadi alat tangkap utama serta menjadi alat tangkap alternatif. Penangkapan rawai dapat dikembangkan dengan meningkatkan armada penangkapan, penambahan

8 alat tangkap, pemberian bantuan alat navigasi serta penyimpanan hasil tangkapan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya nelayan rawai Dumai menggunakan armada penangkapan sebesar 3 GT. Rawai yang digunakan memiliki konstruksi yang sangat sederhana yaitu tali utama (main line), tali cabang (branch line), mata pancing (hook), tali pelampung dan pemberat, pelampung serta pemberat. Usaha penangkapan rawai sebagai alat tangkap sampingan di Kota Dumai dinyatakan layak ditinjau dari kelayakan pengembangan usaha yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, peluang pasar dan minat usaha. Dari hasil perhitungan yang diperoleh usaha penangkapan rawai juga layak ditinjau dari analisis finansial. Usaha penangkapan rawai dapat dijadikan sebagai alat tangkap utama serta alat tangkap alternatif bagi alat tangkap lainnya. Saran Dari hasil penelitian, nelayan di Kota Dumai dapat melakukan penangkapan rawai sebagai alat tangkap utama. Bagi instansi pemerintahan di Kota Dumai, sebaiknya melakukan perbaikan pada pabrik es di PPI Dumai agar menghemat biaya pengeluaran nelayan dan mempermudah produksi, serta melakukan bantuan terhadap penambahan armada yang lebih besar, alat tangkap yang lebih besar, alat bantu penangkapan seperti GPS, fish finder, echosounder dan lainlainnya. Pemerintah juga sebaiknya melakukan pelatihan penggunaan alat bantu penangkapan yang diberikan. Hal ini dapat membantu nelayan dalam melakukan penangkapan di daerah yang lebih jauh lagi. DAFTAR PUSTAKA Angga, K. 2015. Analisis Usaha Jaring Insang Dasar (bottom gillnet) di desa Tenggayu kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unversitas Riau. Pekanbaru (Tidak Diterbitkan) Hidayat, S. 2001. Model Ekonomi Kerakyatan, Penebar Swadaya, Jakarta. Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek. Analisa Ekonomi. Ed-2, Rev. UI-Press. Jakarta. Kadariah. 2004. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. 33 hal. Permen KP No.02/Men/2015. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Pramudya B. 2001. Ekonomi Teknik Bogor. Proyek Penigkatan Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Statistik Perikanan Kota Dumai. 2011. Laporan Tahunan Dinas Perikanaan dan Peternakan Kota Dumai tahun 2009. Provinsi Riau.

Zain, J. 2010. The Correlation Of Fishingtrip Frequencies Of Gillnetter On The Amount Of Logistic Needed In Different Monsoon Seasons.7 hal. 9