II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ujung batang atau tunas. Tanaman ini mempunyai bunga sempurna dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PUPASI DAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI PUPA KUPU-KUPU Troides helena DAN Pachliopta aristolochiae (LEPIDOPTERA: PAPILIONIDAE) (Skripsi)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

DESKRIPSI HABITAT KUPU-KUPU DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA KELURAHAN KEDAUNG KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAHAN DAN METODE. Gambar 9 Kubah penangkaran IPB.

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

I. TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BIOLOGI Troides helena helena DAN Troides helena hephaestus (PAPILIONIDAE) DI PENANGKARAN ST. NURJANNAH

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu raja helena. Klasifikasi kupu-kupu T. helena adalah sebagai berikut (Landman, 2001; Soekardi, 2007) : Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Troides Spesies : Troides helena L. Melalui UU no. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, pemerintah Indonesia menetapkan perlindungan terhadap 12 spesies dari 15 spesies Troides yang ada di Indonesia (Peggie, 2011), termasuk di dalamnya T. helena. Peraturan dan perundang-undangan ini diperlukan untuk mencegah T. helena dari kepunahan karena eksploitasi yang berlebihan (Nurjannah, 2010). Semua spesies Troides masuk dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), sehingga perdagangan spesies ini harus merupakan hasil budi daya di penangkaran (Nurjannah, 2010). Terdapat 17 subspesies T. helena di dunia dan sering ditemukan di daerah hutan (Collins,1985). Indonesia memiliki 13 subspesies yang menyebar dari Sumatera

7 bagian selatan sampai ke Kepulauan Tukangbesi di Sulawesi (Nurjannah, 2010). Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyebutkan T. helena memiliki penyebaran dari India dan Nepal bagian barat, Cina bagian utara, Sulawesi bagian timur, hingga Pulau Tinjil dan Pulau Sumba bagian selatan. Spesies ini umumnya dijumpai pada ketinggian 0-1.000 m dpl. 2.2 Karakteristik Morfologi Pradewasa dan Dewasa T. helena T. helena mempunyai 4 fase dalam siklus hidupnya yaitu ; telur, larva, pupa, dan imago (dewasa). Telur T. helena berbentuk bulat, berukuran 1,5-2,0 mm dengan permukaan licin dan berwarna coklat muda (Mardiana et al., 2001). Induk betina umumnya bertelur di permukaan bawah daun A. tagala. Aktivitas bertelur ini dimulai pagi hari dan berlangsung selama 7-10 hari (Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Selama hidupnya, induk betina dapat menghasilkan sekitar 56 butir telur (Mardiana et al., 2001). Larva yang baru menetas seringkali memakan cangkang telurnya sendiri. Larva (ulat) T. helena berbentuk eruciform, memiliki 3 pasang kaki di thorax, 5 pasang kaki di bagian abdomen dan sepasang kaki di bagian paling belakang. Larva mempunyai tonjolan lunak dan seberkas garis putih yg melintang di bagian abdomen diantara ruas ke 3 dan ke 4 (Mardiana et al., 2001; Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Nurjannah (2010) menyatakan bahwa T. helena mengalami 5 kali perubahan. Larva instar 1 mempunyai panjang tubuh rata-rata 5,96 ± 0,94 mm dengan diameter 1,68 ± 0,14 mm; larva instar 2 mempunyai panjang tubuh rata-rata 9,30 ± 0,63 mm dengan diameter 3,01 ± 0,37 mm; larva instar III mempunyai panjang

8 tubuh rata-rata 15,67 ± 0,77 mm dengan diameter rata-rata sekitar 5,42 ± 0,53 mm; larva instar IV mempunyai panjang tubuh rata-rata 25,92 ± 1,07 mm dengan diameter rata-rata 8,90 ± 0,69 mm, dan instar V mempunyai panjang tubuh ratarata 46,45 ± 3,18 mm, diameter rata-rata 13,44 ± 0,97 mm. Instar terakhir dapat mencapai panjang sekitar 65 mm dan diameter 25 mm (Mardiana et al., 2001). Sedangkan Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyatakan pada tahapan instar terakhir, tubuh larva membesar drastis menghasilkan ukuran panjang larva yang bervariasi dari 6,4 hingga 10,1 cm dengan diameter tubuh 1,5 cm. Ketika larva sudah mencapai pertumbuhan maksimal, larva berhenti makan, tubuh larva memendek dan kulitnya berkeriput, larva akan mencari tempat berlindung terdekat dan melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang sutera. Pada saat tersebut, larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa. ( Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Nurjannah, 2010) Soekardi (2007) menyatakan bahwa fase pupa merupakan masa istirahat makan, namun selama fase pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pada awal fase pupa, kulit pupa lunak berwarna hijau-kekuningan dan kemudian menjadi keras. Pupa T. helena berbentuk obtekta (Mardiana et al., 2001). T. helena dapat mengalami fase pupa sekitar 27-32 hari (Mardiana et al., 2001; Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Nurjannah, 2010), sedangkan menurut Soekardi (2005), lama fase pupa adalah 19-20 hari. Di akhir fase pupa, permukaan dorsal pupa akan membelah (Soekardi, 2007) dan muncullah seekor kupu-kupu dewasa atau imago (Gambar 1).

9 Gambar 1. Kupu-kupu T. helena betina baru keluar dari kepompong bergantung di tumbuhan pakan A. tagala Menurut Soekardi (2005), T. helena bersifat dimorfis yaitu memiliki ciri dan ukuran yang berbeda antara imago jantan dan betina (Gambar 2). Peggie (2011) menjelaskan bahwa T. helena jantan memiliki rentang sayap 9,8-13,8 cm dan T. helena betina memiliki rentang sayap 11-15 cm. Mardiana et al. (2001) menyatakan imago T. helena betina mempunyai sayap depan berwarna hitam dan sayap belakang hitam dengan warna kuning di bagian tengah dengan bercak hitam. Panjang sayap sekitar 8-9 cm. Imago jantan dengan sayap depan hitam dan sayap belakang hitam bercorak kuning di bagian tengah tanpa bercak hitam, dengan panjang sayap sekitar 7-8 cm. Abdomen bagian atas berwarna hitam dan pada yang jantan terdapat garis kuning melintang.

10 Gambar 2. T. helena jantan (kiri) dan betina (kanan) (Soekardi, 2005) 2.3 Tumbuhan Pakan yang Mendukung Kehidupan T. helena Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh keanekaragaman tumbuhan yang mendukung kehidupannya (Grill et al., 2005), terutama tumbuhan pakan (Ferrer- Paris et al., 2013). Terdapat dua kelompok tumbuhan sebagai sumber daya yang mendukung kehidupan kupu-kupu yaitu tumbuhan pakan larva dan tumbuhan pakan imago yaitu bunga yang menghasilkan nektar (Soekardi, 2005). Kerapatan tumbuhan pakan menentukan kelimpahan populasi kupu-kupu (Shahabudin et al., 2000; Matter et al., 2003). 2.3.1 Tumbuhan Pakan Larva T. helena Menurut Soekardi (2005) larva T. helena bersifat monofagus yang hanya memakan satu macam tumbuhan saja yaitu Aristolochia tagala (Gambar 3). Hal ini menyebabkan A. tagala merupakan faktor kunci bagi kehidupan T. helena.

11 Klasifikasi A. tagala adalah sebagai berikut (Chin, 2014; Global Biodiversity Information Facility, 2015) : Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Piperales Famili : Aristolochiaceae Genus : Aristolochia Spesies : Aristolochia tagala Cham. A. tagala dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu kalayar, puyan, kunit, dan perepok merupakan tumbuhan merambat. A. tagala memiliki daun berbentuk oval, dengan panjang 6-25 cm dan lebar 4-10 cm. Bagian basal daun berbentuk hati. Panjang tangkai daun 1,5-2,5 cm (Chin, 2014). Struktur perbungaan berupa tandan dengan bunga kecil berbentuk pipa yang tumbuh di ketiak daun. Bunga A. tagala merupakan bunga biseksual, berbentuk zigomorfik dan mempunyai ovarium yang inferior (Dey dan De, 2012). Bunga À. tagala dipolinasi oleh lalat chironomid. Keberhasilan bunga menjadi buah dengan polinasi di alam hanya 17% (Murugan et al., 2006).

12 (b) Gambar 3. (a) (c) Tumbuhan A. tagala : (a) merambat pada batang tumbuhan lain, (b) mempunyai bunga berbentuk pipa, dan (c) mempunyai buah berbentuk kapsul Buah berbentuk kapsul bulat (Rajashekharan et al.,1989) dengan biji berbentuk hati, tipis bersayap (Murugan et al., 2006). A. tagala umumnya tumbuh di hutan, merambat pada pohon atau semak-semak (Chin, 2014). Kelangkaan tumbuhan ini disebabkan oleh jumlah endosperm yang sedikit dan pembukaan hutan yang intensif (Dey dan De, 2012). Di India, daun A. tagala yang beracun sering dipakai sebagai obat luar terutama untuk gigitan ular (Rajashekharan et al., 1989). Beberapa bagian tumbuhan A. tagala memiliki kandungan asam aristolochia yang bersifat antimikroba, antiproliferatif, sitotoksik, analgesik, antioksidan, antifertilitas, insektisida (Dey dan De, 2012), tetapi mempunyai efek samping terhadap ginjal (Debelle et al., 2008).

13 Selain T. helena, larva Pachliopta aristolochiae juga memakan daun tumbuhan ini (Soekardi, 2005; Chin, 2014). Larva P. aristolochiae menyimpan asam aristolochia paling banyak di bagian osmeterium sebagai perlindungan dari predator seperti burung (Wu et al. 2000) dan kadal (Barua dan Slowik, 2007). Larva P. aristolochiae juga memakan tumbuhan dari genus yang sama yaitu A. curcubitafolia dan A. indica (Wu et al. 2000; Barua dan Slowik, 2007). Menurut Soekardi (2001); Yayasan Sahabat Alam (2001), A. tagala yang ditanam di Taman Kupu-kupu Gita Persada diperoleh dari lembah-lembah Gunung Betung, Lampung pada ketinggian 700m dpl. Sejak itu, A. tagala dapat dibudidayakan di Taman Kupu-kupu Gita Persada baik dari biji maupun stek batang, walaupun keberhasilan dari stek batang masih rendah. 2.3.2 Tumbuhan Pakan Imago T. helena Tumbuhan bunga yang dikunjungi kupu-kupu Papilionidae di Gunung Betung menurut Soekardi (2005) adalah semua tumbuhan berbunga yang menghasilkan nektar yaitu: Calliandra challotyrsus, C. portoricensis, Lantana camara, Stachytarpeta indica, Clerodendrum paniculatum, Ixora javanica, Ixora sp., Musaenda sp., dan Rhinacanthus sp. Soekardi (2000) menyatakan terdapat keterkaitan antara panjang probosis kupu-kupu dan bunga yang dikunjunginya. Pada penelitian yang dilakukan Wulandari (2009), T. helena diketahui hanya mengunjungi dua spesies bunga di Taman Kupu-kupu Gita Persada yaitu Ixora javanica (Gambar 4) dan Clerodendrum paniculatum (Gambar 5). Kedua spesies bunga adalah bunga majemuk yang memiliki bunga mekar lebih banyak, bunga

14 berwarna jingga, mempunyai struktur berbentuk tabung, berukuran kecil, berkelompok pada satu tangkai bunga. Gambar 4. T. helena mengunjungi bunga Ixora javanica (Martinus, 2014) Gambar 5. T. helena mengunjungi bunga Clerodendrum paniculatum (Martinus, 2014)

15 2.4 Perilaku Harian T. helena 2.4.1 Perilaku Makan Larva Pengamatan perilaku makan larva T. helena yang dilakukan Nurjannah (2010) menunjukkan total pakan yang dikonsumsi oleh T. helena pada stadia larva adalah 2,50 ± 0,72 g berat kering per larva. Larva T. helena instar ke 5 dapat mengkonsumsi 4 lembar daun berukuran ± 25 cm² dalam sehari. Nurjannah juga menyatakan A. tagala mengandung nutrisi yang cukup untuk kebutuhan perkembangan larva T. helena tetapi pemberian daun yang dipotong-potong dapat menurunkan kemampuan makan larva. Hal tersebut juga ternyata mengurangi kualitas daun terutama kandungan airnya, sehingga larva yang dihasilkan menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Larva T. helena memakan daun yang sangat muda pada instar 1 dan instar 2 selanjutnya memakan daun yang lebih tua bahkan di akhir fase larva memakan batang tumbuhan pakannya (Yayasan Sahabat Alam, 2002). 2.4.2 Perilaku Makan Imago Imago T. helena memulai aktivitas makannya dengan hinggap pada bunga, memanjangkan probosis yang semula tergulung. Terdapat korelasi positif antara panjang probosis dan tinggi tabung bunga yang dikunjunginya. Ketika probosis digunakan untuk menghisap nektar, sayap kupu-kupu sesekali dikepakkan untuk menjaga keseimbangan. Setiap bunga rata-rata dikunjungi selama 5 6 menit (Wulandari, 2009).

16 2.4.3 Perilaku Terbang T. helena memiliki berat tubuh sekitar 139 mg dan luas sayap rata-rata 64,57 cm 2. Dengan wing loading (rasio berat tubuh dan luas sayap) yang besar yaitu 2,15 mg/cm 2, T. helena mampu terbang hingga ketinggian 12 m. Walaupun begitu, hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara morfometri dan ketinggian terbang. Ketinggian terbang lebih banyak dipengaruhi aktivitas harian terutama perilaku mencari makan (Tanjung, 2011). 2.4.4 Perilaku Kawin Perilaku kawin kupu-kupu T. helena diawali dengan kupu-kupu jantan yang terbang mendekati betina. Setelah beberapa lama terbang mengelilingi betina, jantan akan menunggangi betina dan diikuti dengan kopulasi dengan posisi jantan di bawah. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kopulasi cukup lama, sekitar 4-5 jam. Setelah kopulasi, pada hari berikutnya T. helena betina akan meletakkan telur-telurnya pada tumbuhan pakan larvanya, A. tagala (Oktarini, 2011). 2.5 Upaya Konservasi T. helena di Taman Kupu-kupu Gita Persada Taman Kupu-kupu Gita Persada didirikan oleh Yayasan Sahabat Alam (YSA) pada tanggal 15 Januari 1999. Taman ini merupakan bagian dari hutan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Adurrahman. Taman ini berada di daerah kaki Gunung Betung, Bandar Lampung mempunyai luas 4,8 Ha dan termasuk dalam kawasan hutan register 19 Gunung Betung. Lokasi Taman Kupu-kupu Gita Persada di Desa Sumber Agung pada ketinggian 400 m dpl dan kondisi berbukit dengan curah hujan rata-rata 201 mm/bulan. Selain sebagai tempat konservasi

17 kupu-kupu, taman ini juga dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa dan pelajar (Soekardi et al., 2001). Dua kelompok tumbuhan pakan telah ditanam untuk pengayaan habitat sejak tahun 1998, yaitu tumbuhan pakan larva dan tumbuhan pakan imago (kupu-kupu). Soekardi (2009a) menyatakan telah dilakukan penanaman A. tagala dari famili Aristolochiaceae sebagai pakan larva T. helena dan beberapa tumbuhan bunga yang dikunjungi kupu-kupu T. helena seperti Ixora javanica, Clerodendrum paniculatum dan Lantana camara di Taman tersebut agar menjadi habitat yang sesuai untuk mendukung kehidupan T. helena.