OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI MINYAK IKAN METODE SOXHLETASI DENGAN VARIASI JENIS PELARUT DAN SUHU BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
Praktikum Analisa Pangan. Analisa Lemak dan Minyak by Mochamad Nurcholis, STP.MP

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal. 1-5 ISSN

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

PROSES EKSTRAKSI MINYAK DARI LIMBAH PADAT BIJI KARET BERBANTU GELOMBANG MIKRO. Jl. Sarwo Edhie Wibowo Km. 1 Plamongansari, Pucanggading Semarang 2

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 Pembahasan Degumming

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I SOLVENT EXTRACTION

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Pemanfaatan Biji Mangga Madu sebagai Minyak dengan Metode Ekstraksi

Pengaruh Metode Rendering Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia Dan Organoleptik Ekstrak Kasar Minyak Ikan Lele

PEMANFAATAN BIJI MANGGA MADU SEBAGAI MINYAK DENGAN METODE EKSTRAKSI

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

ANALISIS KADAR ASAM LEMAK ESENSIAL PADA KULIT BIJI JAMBU METE (Annacardium occidentale L.)

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PENENTUAN KUALITAS LEMAK PADA BAGIAN PERUT IKAN PATIN DJAMBAL (Pangasius djambal)

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN

EXTRACTION OF PALM OIL S FREE FATTY ACIDS BY TRIETHYLAMMINE (TEA) IN POLAR-NONPOLAR MIX-SOLVENT

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Adelya Desi Kurniawati, STP., M.Sc., MP.

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG AYAM GORENG KAKI LIMA DI SINGARAJA

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... iv ABSTRACT... KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. xiii DAFTAR LAMPIRAN..

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SKRIPSI KIKI ANDRIANI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU MINYAK GORENG

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

UJI KUALITAS MINYAK ZAITUN (OLEUM OLIVARUM) MERK X DAN Y BERDASARKAN BILANGAN ASAM YANG BEREDAR DI KECAMATAN KASIHAN, BANTUL, DIY

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Bab III Metodologi Penelitian

Yijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana:

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Transkripsi:

ISSN Online 2407-6279 Jurnal Galung Tropika, 5 (3) Desember 2016, hlmn. 164-170 ISSN Cetak 2302-4178 OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI MINYAK IKAN METODE SOXHLETASI DENGAN VARIASI JENIS PELARUT DAN SUHU BERBEDA Optimization The Extraction Process of The Fish Oil in Soxhletasi Methods With Different Types of Solvent and Temperature Sahriawati Email: *sahriawati@gmail.com Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Ahmad Daud Email: ahmaddaud.ppnp@gmail.com Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep ABSTRAK Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air. Lipid larut pada pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol, eter, benzena, dan kloroform. Keberadaan lemak dalam suatu bahan pangan perlu dipertimbangkan konsentrasinya. Selain memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, lemak juga memiliki efek negatif. Reaksi oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan ketengikan pada ikan dan bahan pangan lainnya adalah efek negatifnya. Ekstraksi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi lemak bahan pangan. Ekstraksi dengan soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien dan efektif untuk menentukan kadar minyak atau lemak suatu bahan. Proses ekstraksi dipengaruhi oleh metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi serta kualitas ekstrak minyak yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah penggunaan beberapa jenis pelarut dan suhu ekstraksi yang berbeda dengan menggunakan metode soxhletasi. Untuk mendapatkan konsentrasi minyak ikan yang optimal serta kualitas minyak ikan terbaik berdasarkan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida. Variabel pada penelitian ini adalah jenis pelarut (n-heksan, dietil eter, kloroform dan benzen) dan suhu ekstraksi (50 o C, 60 o C, 70 o C, 80 o C, 90 o C). Hasil penelitian menunjukkan pelarut dietil eter pada suhu 80 o C adalah perlakuan terbaik, yang menghasilkan konsentrasi minyak ikan sebesar 18,27%, bilangan peroksida 0,200 mek/kg, dan kadar asam lemak bebas 0,07% b/b. Kata kunci: lemak, minyak, ekstraksi, soxhletasi, pelarut, suhu. ABSTRACT Lipids are organic compounds that are insoluble in water. Lipid soluble in nonpolar organic solvents, such as acetone, alcohol, ether, benzene, and chloroform. The consentration of fat presence in food, should be considered. concentration. Besides it has an important function for the body, the fat also has a negative effect. The reaction of oxidation and hydrolysis and cause rancidity in fish and other foodstuffs are the negative effects of fat. Extraction was conducted to determine the concentration of fat in food. Soxhlet extraction is the efficiently and effectively extraction method to determine the oil or fat content of a material. The extraction process is influenced by the method, solvent,

Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi dengan Variasi Jenis Pelarut 165 dan Suhu Berbeda temperature, and time of extraction, it will affect the results of concentration and quality of oil extract. The purpose of this study is the use of some solvent types with the diverse of extraction temperature by using soxhletation method. To get the optimal concentration and the best quality of the fish oil based on free fatty acids content and peroxide. The variable in this study is the type of solvent (n-hexane, diethyl ether, chloroform and benzene) and extraction temperatures (50 o C, 60 o C, 70 o C, 80 o C, 90 o C). The results showed diethyl ether solvent at 80 C temperature is the best treatment, which resulted fish oil concentration of 18.27%, peroxide of 0.200 meq/kg, and free fatty acid content of 0.07% w/w. Keyword: fats, oils, extraction, soxhletasi, solvents, temperature. PENDAHULUAN Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasigliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Lemak tersusun oleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tidak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidal larut dalam air. Minyak atau lemak dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi jaringan tanaman atau hewan yang mengandung lemak (Asih, 2006). Menurut Vogel (1984) bahwa ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutannya senyawa yang diinginkan dapat dipisahkan secara selektif. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu perbedaan metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi akan berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan. Menggunakan metode, pelarut serta waktu yang sesuai akan menghasilkan rendemen serta kualitas ekstrak yang maksimal (Xiao, dkk., 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ekstraksi adalah pemilihan pelarut. Pemilihan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi minyak atau lemak adalah berdasarkan tingkat kepolarannya. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: selektivitas, titik didih pelarut, pelarut tidak larut dalam air, pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain, harga pelarut semurah mungkin, pelarut mudah terbakar (Guenther, 1987, dalam Ari dkk, 2012). Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lemak berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum untuk semua jenis lemak. Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut pada pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform dan sebagainya (Nilasari dalam Sri, 2013). Keberadaan lemak atau minyak dalam suatu bahan pangan perlu untuk dipertimbangkan konsentrasinya, karena selain memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, lemak juga memiliki efek negatif, diantaranya dapat mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis hingga menyebabkan ketengikan pada ikan dan bahan pangan lainnya. Ekstraksi dengan alat soxhlet

166 Sahriawati dan Daud merupakan cara ekstraksi yang efisien dan efektif untuk menentukan kadar minyak atau lemak suatu bahan, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali dan waktu yang digunakan untuk ekstraksi relatif singkat. Proses ekstraksi dipengaruhi oleh metode, pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi serta kualitas ekstrak minyak yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah penggunaan beberapa jenis pelarut dan suhu ekstraksi yang berbeda dengan menggunakan metode soxhletasi untuk mendapatkan konsentrasi atau rendemen minyak ikan yang optimal, serta kualitas minyak ikan terbaik berdasarkan asam lemak bebas dan angka peroksida. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan bandeng umur 60 hari yang berasal dari tambak budidaya Politani Pangkep, pelarut polar n-heksan, dietil eter, kloroform, dan benzena, metanol, KOH, indikator PP, etanol, KI, amilum, Na 2 S 2 O 3. Alat yang dipakai: Sokhlet, heating mantle, labu alas bulat, oven, desikator, neraca analitik, blender, erlenmeyer, pipet tetes, buret. Metode Ikan bandeng berat ±250 gr per ekor, disiangi dan difillet, dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan sinar matahari selama 1 hari. Bagian ikan yang dianalisa hanya bagian perut, karena perut ikan merupakan sumber utama lemak. Ekstraksi dilakukan dengan metode soxhletasi berdasarkan SNI. 01-2354.3- (BSN, 2006), selanjutnya setiap minyak hasil ekstraksi dari setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan, masing-masing diukur dengan parameter mutu kadar atau rendemen minyak, kadar asam lemak bebas (%FFA), dan angka peroksida. Kadar asam lemak bebas atau angka asam dibagi dua ditetapkan dengan prosedur SNI 01-3555-1998 (BSN, 1998). Terlebih dahulu sampel minyak dilarutkan dalam metanol pro analisis dengan dibantu proses pemanasan pada suhu 60 o. Larutan kemudian ditambahkan indikator fenolftalein untuk selanjutnya dititrasi dengan KOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda. Penetapan angka peroksida dilakukan sesuai dengan prosedur pada SNI 01-3555-1998. Dimana minyak hasil ekstraksi terlebih dahulu ditambahkan asam asetat glasia l: kloroform : etanol (4 : 11 : 5). Selanjutnya campuran ditambahkan kristal KI, air bebas CO 2, kemudian campuran ditambahkan larutan kanji sebagai indikator selanjutnya dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 0,2N hingga warna ungu hilang. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Lemak atau Minyak Proses ekstraksi dilakukan dengan metode soxshletasi dengan 4 macam pelarut yaitu n-heksan, dietil eter, kloroform, dan benzena. Serta perbedaan suhu ekstraksi yaitu 50 o C, 60 o C, 70 o C, 80 o C serta 90 o C. Tujuan pemakaian 4 jenis pelarut serta perbedaan suhu tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh polaritas serta titik didih pelarut

Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi dengan Variasi Jenis Pelarut 167 dan Suhu Berbeda terhadap kadar lemak ikan serta kualitas lemak atau minyak yang diperoleh (Tabel 1). Tabel 1 memperlihatkan kadar minyak ikan yang diperoleh berkisar 8,78% - 18,29%. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan jenis pelarut dan variasi suhu ekstraksi berpengaruh sangat nyata (p<0,05) terhadap kadar minyak pada ikan bandeng. Hasil uji lanjut Tukey HSD terhadap penggunan jenis pelarut berbeda menunjukkan kadar minyak pada jenis pelarut kloroform tidak berbeda nyata dengan n-heksan namun berbeda nyata dengan jenis pelarut lainnya (p<0,05). Sedangkan penggunaan variasi suhu ekstraksi menunjukkan bahwa penggunaan suhu ekstraksi 50 o C berbeda nyata dengan suhu lainnya (p<0,05), suhu 60 o C tidak berbeda nyata dengan 70 o C dan suhu 80 o C tidak berbeda nyata dengan suhu 90 o C. Hal ini sangat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah dkk., 2014, menyatakan bahwa perbedaan perbandingan suhu berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen minyak ikan dari kulit ikan patin. Suhu yang tinggi menyebabkan kerusakan pada dinding sel, sehingga dinding sel akan mudah dipecahkan. Dengan demikian dinding sel akan mudah ditembus oleh minyak atau lemak sehingga minyak akan mudah keluar dan meningkatkan kadar minyak ikan yang terekstraksi (Wildan, 2012). Rendahnya kadar lemak yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut benzena pada suhu 50 o C disebabkan titik didih benzena 80 o C lebih tinggi di banding titik didih pelarut lainnya, sehingga sirkulasi pelarut pada saat eks- traksi relatif kecil. Angka Asam atau Asam Lemak Bebas Penetapan angka asam menggambarkan jumlah kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak. Angka asam ini muncul akibat proses hidrolisis triasilgliserol yang terjadi didalam minyak (Panangan et al., 2011). Semakin besar angka asam maka kualitas minyak akan semakin rendah. Angka asam menurut SNI dinyatakan sebagai banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan 1 gram asam lemak bebas. Angka asam ini dapat juga dinyatakan dalam % yang ekivalen terhadap asam oleat. Tabel 2 menunjukkan seluruh minyak ikan memiliki asam lemak bebas sekitar 0,0012-0,2995 yang artinya seluruh minyak ikan memiliki asam lemak bebas yang diperoleh telah memenuhi standar mutu internasional yang disyaratkan untuk minyak ikan sebesar 1-7% (Ahmadi, 2007). Suatu minyak yang dapat bertahan lama apabila kandungan asam lemak bebas di dalam minyak maksimum 0,5% (ekuivalen terhadap asam oleat) atau angka asam maksimal 1 mg KOH per gram sampel (Haas, 2005). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan jenis pelarut, variasi suhu ekstraksi dan interaksi jenis pelarut dan suhu ekstraksi berpengaruh sangat nyata (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey HSD terhadap penggunaan jenis pelarut berbeda menunjukkan bahwa Dietil eter tidak berbeda nyata dengan n-heksana dan benzena namun berbeda nyata dengan kloroform sedangkan variasi suhu ekstraksi menunjukkan tidak berbeda

168 Sahriawati dan Daud nyata. Hal ini diduga disebabkan karena kloroform memiliki indeks polaritas yang lebih tinggi dibanding pelarut lainnya yaitu 4,1 memungkinkan terjadinya reaksi hidrolisis. Angka Peroksida Selain angka asam atau asam lemak bebas parameter mutu suatu minyak ikan juga ditunjukkan dari besaran angka peroksida. Angka peroksida memperlihatkan tingkat kerusakan dari suatu minyak ikan. Semakin besar angka peroksida maka kualitas minyak ikan semakin rendah. Angka peroksida diakibatkan oleh minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Tabel 3 memperlihatkan besaran angka peroksida dari setiap sampel minyak adalah berada pada rentang 0,1063-0,2536.hal ini menunjukkan angka peroksida dari seluruh minyak ikan masih memenuhi syarat mutu minyak ikan internasional yaitu 3 20 mek/kg. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap angka peroksida sedangkan variasi suhu ekstraksi dan interaksi jenis pelarut dan suhu ekstraksi berpengaruh sangat nyata (p<0,05). Hasil uji lanjut Tukey HSD terhadap penggunaan variasi suhu ekstraksi menunjukkan bahwa penggunaan suhu

Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi dengan Variasi Jenis Pelarut 169 dan Suhu Berbeda ekstraksi 50 o C berbeda nyata dengan suhu ektraksi lainnya (p<0,05) namun suhu ekstraksi 60 o C tidak berbeda nyata dengan 70 o C, 80 o C dan 90 o C. Minyak yang mengandung asam lemak yang banyak ikatan rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan. Oksidasi spontan ini menyebabkan minyak menjadi tengik dan terasa tidak enak. Proses terjadinya ketengikan dapat dipercepat apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal, dan apabila mendapat panas dan cahaya (Zulkarnain, 2011). Menurut Aidos et al, (2002) dalam Nurjannah, (2014) menyatakan nilai peroksida tergantung pada suhu saat ekstraksi. Berdasarkan hal tersebut maka angka peroksida pada tabel 3 semakin meningkat seiring peningkatan suhu ekstraksi. KESIMPULAN Hasil penelitian diperoleh perlakuan terbaik dengan menggunakan pelarut dietil eter pada suhu 80 o C, yang menghasilkan konsentrasi minyak ikan sebesar 18,27%, bilangan peroksida 0,200% mek/kg, kadar asam lemak bebas 0,07 % b/b. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, K. G. S., dan Wahyu, M. 2007. Aktivasi Kimiawi Zeolit Alam untuk Pemurnian Minyak Ikan dari Hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 8(2); 71-79- Malang. Aidos, I., A. Van der Padt, R. M.Boom, J. B. Luten. 2002. Seasonal changes in crude and lipid composition of herring fillets, by products and respective produced oils. Journal of Agri Cultural and Food Chemistry, 50 (16). 4589 4599. DOI : 10.1021/ jf 0115995. Asih, F. 2006. Profil Asam Lemak Omega-3 Dalam Hati Ikan Manyung (Arius thallasinus) yang mengalami pemanasan pendahuluan (Blanching). Skripsi. Fakultas MIPA, Jrsn Kimia. Unes. Semarang. Ari, D. S., Dwi, A. Gita, G. P., Yoseptin, B. G. 2012. Polaritas Pelarut Sebagai Pertimbangan dalam Pemilihan pelarut Untuk Ekstraksi Minyak Bekatul dari Bekatul Varietas Ketan (Oriza sativa glatinosa). Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. Surakarta. Wildan, D. Ingrid, A. I., Hartati, W. 2002. Optimasi Pengambilan Minyak dari Limbah Padat Biji Karet dengan Metode Sokhletasi. Momentum. Vol 8(2); 52-56. BSN 1998.SNI.01-3555-1998, Cara Uji Minyak dan Lemak. Badan Standardisasi Nasional. Hal. 1, 5, 7. BSN 2006. SNI. 01-2354.3-2006. Penentuan Kadar Lemak Total Pada Produk Perikanan. Badan Standardisasi Nasional. Haas, M. J. 2005. Animal Fats, dalam Bailey s industrial oil and fats product, 6 th ed, vol 1. John Wiley and Sons, Inc., Publication. New Jersey. 173p. Nurjannah, Sugeng, H. S., Tito, B. A. 2014. Ekstraksi dan Karakterisasi

170 Sahriawati dan Daud Minyak dari Kulit Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Depik, 3(3): 250-262. Panangan, A. T., H. Yohandini, dan J.U. Gultom. 2011. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metode Kromatografi Gas, J. Penelitian Sains, 14(4C) : 38-42. Sri, S. H. Dkk. 2013. Analisis Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Kepala Ikan Sunglir (Elagatis bipinnulata) melalui Esterifikasi Enzimatik. Jurnal Natur Indonesia 15 (2) : 75 83. Vogel, A. I., 1984. Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. PT Kalman Media Pustaka, Jakarta. Xiao, Q., C., Qin, L., Fan, Z., 2005. Microwave Assited Extraction of Polysaccharides From Solanum Nigrum, Journal of Central and South University Technology, 12(5) : 556-560. Zulkarnain, E., Heldrian, S., Ety, Y., Delmi, S. 2011. Pengaruh Pemanasan Terhadap Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Artikel Penelitian. J Indon Med Assoe, Vol 61(6).