toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 14% pada awal perkembangannya tetapi selama zaman pertengahan, saat bangsa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kebutuhan dan tuntutan pasien akan bahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk area yang memiliki daerah tekan yang lebih besar (Powers dan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melindungi jaringan periodontal dan fungsi estetik. Gigi yang mengalami karies,

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Tindakan medik. sulung maupun permanen (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 2 DENTAL AMALGAM. Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

NANO HIBRID RESIN KOMPOSIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. inovasi, salah satunya dengan ketersediaan bahan restorasi sewarna gigi (Giachetti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien dan dokter gigi mempunyai berbagai pilihan dalam memilih bahan material dan prosedur dalam merawat lesi karies atau gigi yang hilang.perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan bahan material semakin meningkat dan beragam.dalam beberapa tahun terakhir, dokter gigi diuntungkan dari peningkatan yang signifikan dalam perkembangan bahan estetik, termasuk keramik dan senyawa plastik.namunkehadiran dari bahan material baru ini tidak menghilangkan kegunaan dari bahan restorasi tradisional seperti amalgam. 1 Bahan tumpatan dibedakan menjadi 2 jenisyaitu bahan tumpatan direk dan bahan tumpatan indirek.bahan tumpatan direk adalah bahan yang diletakkan segera kedalam kavitas gigi setelah dibersihkan dalam satu kali kunjungan.yang termasuk bahan tumpatan direk adalah amalgam, resin komposit dan glass ionomer cement. Amalgam merupakan campuran beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan beberapa logam lainnya yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis amalgam.sampai saat ini amalgam adalah bahan tumpatan yang paling umum digunakan dan merupakan salah satu bahan tumpatan yang tertua. 1,2 Amalgam memiliki sifat fisik yang dapat dilihat dari perubahan dimensi diakibatkan oleh faktor saat manipulasi.amalgam juga dapat menimbulkan creep, korosi, tarnish dan memiliki mekanisme perlekatan secara mekanis dengan gigi.sifat lain yang dimiliki oleh amalgam adalah kekuatan tekan bahan tersebut yang sangat besar sehingga dapat dipakai untuk waktu yang lama dan pada tekanan pengunyahan yang besar. Amalgam memiliki kelemahan dalam hal estetik karena warna bahan tambalan amalgam sangat kontras dengan warna gigi.selain itu kekhawatiran tentang

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan tumpatan yang terdiri dari polimer ditambah dengan bahan pengisi keramik. Untuk merekatkan bahan pengisi keramik ke matriks resin plastis, bahan pengisi dilapisi dengan silane dan bahan adhesif.resin komposit umumnya digolongkan kedalam tiga tipe utama berdasarkan ukuran, jumlah dan komposisi bahan pengisi anorganik yaitu konvensional komposit, mikrofil komposit dan hibrid komposit. Saat ini perkembangan pada komposisi komposit menghasilkan beberapa tipe kategori hibrid termasuk flowable, packable, dan nanofill komposit. 1,2,3 Indikasi resin komposit digunakan untuk pit dan fisur sealant, lesi awal klas I dan II menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi gigi klas I dan II ukuran sedang, restorasi klas V dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. Keuntungan dari resin komposit adalah estetik, preparasi minimal, konduktivitas thermal yang rendah, dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior, melekat pada struktur gigi dan dapat diperbaiki. Kelemahan bahan ini adalah dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder akibat polimerisasi shrinkage dan memiliki prosedur yang sulit dalam pengerjaannya. 2 Glass ionomer cement merupakan bahan tumpatan terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder dimana fluoride tersebut mengandung kalsium atau strontium aluminosilikat. 1,2 Indikasi glass ionomer cement digunakan pada restorasi gigi permanen klas V, restorasi gigi desidui klas I-VI, rampan karies dan karies botol, serta digunakan sebagai bahan luting dan semen. Keuntungan dari glass ionomer cement adalah bahan ini dapat merekat ke jaringan keras gigi secara kimia dengan cara pertukaran ion, biokompatibel, antikariogenik, dan memiliki warna tumpatan yang sewarna dengan gigi. Kelemahan bahan ini yaitu rapuh dan mudah aus, ketahanan pemakaian yang

rendah, dan sensivitas air pada waktu pengerasan memberikan efek terhadap sifat fisik dan estetik. 2,3 Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan tumpatan.makhija, 4 menyatakan bahwa pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karies gigi, pengetahuan dan kemampuan klinis seorang dokter gigi, serta permintaan pasien.penelitian yang dilakukan melibatkan dua bahan tumpat yaitu amalgam dan resin komposit.hasilnya penggunaan amalgam lebih sering dilakukan daripada resin komposit oleh dokter gigi pada penambalan lesi karies posterior. Penelitian yang dilakukan pada 700 dokter gigi di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa dari 5.908 kasus restorasi molar, 36 persen (2.104 kasus) menggunakan tambalan amalgam dan hanya 7 persen (400 kasus) menggunakan tambalan resin komposit. 4 Dalam penelitian Gilmour, 6 menunjukkan bahwa 61 persen dokter gigi menyatakan penggunaan amalgam berkurang sejak 5 tahun terakhir, 75 persen menyatakan penggunaan resin komposit posterior meningkat. 5 Burke, 7 mengatakan bahwa pemilihan bahan tumpat oleh dokter gigi dipengaruhi oleh indikasi klinis, iklan dari majalah dokter gigi, informasi dari majalah dokter gigi, permintaan estetik pasien, permintaan pasien terhadap bahan tumpat tertentu, kondisi finansial pasien, dan saran dosen kedokteran gigi. Penelitian tersebut juga menunjukkan 100 persen responden menyatakan indikasi klinis merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap pemilihan bahan material, 99 persen permintaan estetik pasien, 95 persen permintaan pasien dan 92 persen karena kondisi finansial pasien. 6 Saat ini tidak ada satupun bahan tumpatan direk yang ideal, suatu bahan tumpatan direk hanya dapat memberikan hasil yang optimal jika digunakan sesuai indikasinya serta dimanipulasi dengan cara yang benar. Dokter gigi memiliki peranan penting dalam pemilihan bahan tumpatan direk. Indikasi penggunaan bahan tumpatan, sifat-sifat bahan tumpatan, keunggulan dan kelemahan masing-masing bahan tumpatan direk, serta kemampuan klinis seorang dokter gigi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan bahan tumpatan yang akan digunakan. Hal tersebut

harus diketahui dan dimiliki oleh seorang dokter gigi.penelitian para ahli sebelumnya juga menunjukkan pemilihan bahan tumpatan yang akan digunakan memiliki faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam memilih bahan tumpat yang akan digunakan. Penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior tersebut pada praktik dokter gigi khususnya dokter gigi di Indonesia belum pernah dilakukan sehingga belum ada data yang menunjukkan bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi terhadap pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior.padahal saat ini profesi dokter gigi sudah semakin berkembang dengan ditandai dengan meningkatnya jumlah dokter gigi dan perkembangan ilmu kedokteran gigi.jumlah dokter gigi yang meningkat dapat meningkatkan pelayanan terhadap upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Dari latar belakang diatas maka dianggap perlu untuk dilakukan survei mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigiumum di Kota Medan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu : 1. Bagaimana pengetahuan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan? 2. Bagaimana tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.

I.4Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mendapatkan data mengenai pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktikdokter gigi umum di Kota Medan. 2. Menjadi masukan bagi dokter gigi umum dalam melakukan pemilihan terhadap bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi di Kota Medan. 3. Mengetahui faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan bahan restorasi direk pada gigi posterior padapraktik dokter gigi umum di Kota Medan. 4. Menjadi dasar penelitian bagi penelitian berikutnya. 5. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam bidang restorasi. 6. Menjadi masukan untuk Fakultas Kedokteran Gigi USU dalam kurikulum pendidikan. 7. Menjadi pengalaman secara perorangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.