Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisiko kimia tanah pemucat bekas. 1. Kadar Air (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

Yijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana:

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 7 Persentase bumbu berdasarkan berat daging (Resep Standar) Lampiran 8 Rekap Data Uji Beda Sie Reuboh pada Penelitian Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Air dengan Metode Gravimetri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

III. METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20 20 20 20 20 NaOH Sesuai bilangan penyabunan *) Gliserin 4 7 10 13 16 Etanol 15 15 15 15 15 Sukrosa 17 17 17 17 17 DEA 3 3 3 3 3 NaCl 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Air Hingga 100 Keterangan : *) Minyak kelapa = 361.6 mg NaOH/1 gram minyak

Lampiran 3. Formula sabun transparan pada penelitian utama Bahan I () II () III () Asam sterarat 7 7 7 7 7 7 7 7 7 Minyak sawit (olein) 20 20 20 - - - - - - RBDPO - - - 20 20 20 - - - NPKO - - - - - - 20 20 20 NaOH Sesuai bilangan penyabunan *) Gliserin 7 10 13 7 10 13 7 10 13 Etanol 15 15 15 15 15 15 15 15 15 Sukrosa 17 17 17 17 17 17 17 17 17 DEA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 NaCl 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Air Hingga 100 Ket : IV () *) Minyak sawit (olein) = 361.6 mg NaOH/1 gram minyak RBDPO = 283.9 mg NaOH/1 gram minyak NPKO = 336.3 mg NaOH/1 gram minyak V () VI () VII () VIII () IX ()

Lampiran 4. Analisa karakterisasi minyak 1. Kadar asam lemak bebas dan bilangan asam (SNI 01-3555-1998) Prinsip : Kadar asam lemak bebas merupakan persentase jumlah asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak, dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak dominan yang terdapat didalam minyak atau lemak dengan menyabunkan asam lemak bebas tersebut dengan alkali yang ditambahkan Bilangan asam adalah banyaknya kalium hidroksida dalam miligram untuk menetralkan 1 gram lemak yang terkandung dalam senyawaan. Reaksi : O O R C OH + NaOH R C ONa + H 2 O Prosedur : Sampel ditimbang sebanyak 2-5 gram kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml etanol 95 netral. Larutan ini kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Kadar Asam Lemak Bebas = ml NaOH x N NaOH x 282 10 x gr sampel x 100 Bilangan Asam = ml NaOH x N NaOH x 56,1 gr sampel Keterangan : 56,1 = bobot molekul NaOH 282 = bobot molekul asam lemak dominan (asam oleat 282) 2. Bilangan penyabunan (SNI 01-3555-1998) Prinsip : Asam lemak terikat (dalam trigliserida) dan asam lemak bebas (FFA) bereaksi dengan basa (NaOH/KOH) membentuk garam, gliserol, dan air. Prosedur : Sampel minyak ditimbang sebanyak 2 gram dengan ketelitian 0,0001 gram dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 25 ml larutan KOH 0.5 N dalam etanol 95 yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol dengan menggunakan pipet. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dididihkan diatas penangas air atau pemanas listrik selama satu jam. Larutan ini kemudian ditambahkan 3-5 tetes indikator PP dan dititrasi dengan larutan standar HCl 0.5 N sehingga warna indikator berubah menjadi tidak berwarna. Dengan cara yang sama dilakukan pula penetapan blanko. (V 0 V 1 ) x N HCl x 56,1 Bilangan Penyabunan = gr sampel Keterangan : V 0 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan pada titrasi blanko (dalam ml) = volume HCl 0.5 N yang diperlukan pada titrasi contoh (dalam ml) V 1 3. Bilangan iod Prinsip : Banyaknya jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan iod ini menunjukan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk ester-nya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap iodium.

Prosedur : Sampel minyak sebanyak 0,25 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup. Kemudian sampel dilarutkan dengan 15 ml karbon tetra klorida. Sebanyak 25 ml larutan wijs ditambahkan dan disimpan selama 30 menit dalam tempat atau kamar gelap. Selanjutnya larutan KI 30 10 ml dan 100 ml air ditambahkan serta segera labu ditutup. Setelah itu dilakukan titrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dan sebagai indikator digunakan larutan kanji. Dengan cara yang sama dibuat blanko. Keterangan : V 1 = ml larutan baku Na 2 S 2 O 3 untuk titrasi contoh V = ml larutan baku Na 2 S 2 O 3 untuk titrasi blanko W = bobot contoh minyak (gram) N = normalitas larutan baku Na 2 S 2 O 3 4. Bilangan peroksida Prinsip : Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan pengukuran sejumlah iod yang dibebaskan dari KI melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang didalam medium asam asetat khloroform. Prosedur : Sampel minyak sebanyak 5 gram ditimbang dan dimasukkan ke labu erlenmeyer kemudian sebanyak 30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60 asam asetat dan 40 kloroform ditambahkan ke dalamnya. Setelah minyak larut, ditambahkan 0.5 ml larutan kalium iodida jenuh sambil dikocok. Setelah dua menit sejak penambahan kalium iodida ditambahkan 30 ml air. Kelebihan iod dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 0.1 N. Dengan cara yang sama dibuat blanko. Keterangan : V 1 = ml larutan baku Na 2 S 2 O 3 untuk titrasi contoh V 2 = ml larutan baku Na 2 S 2 O 3 untuk titrasi blanko W = bobot contoh minyak (gram) N = normalitas larutan baku Na 2 S 2 O 3

Lampiran 5. Analisa karakterisasi sifat fisiko kimia sabun transparan 1. Kadar air dan zat menguap sabun (SNI 06-3532-1994) Prinsip : Penguapan air dan zat menguap menggunakan energi panas. Prosedur : Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan di dalam wadah tahan panas, kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105 C selama 2 jam. Gelembung yang timbul dihancurkan dengan batang pengaduk. Sampel ditimbang setelah didinginkan di dalam desikator, atau dipanaskan lagi bila perlu sampai bobotnya tetap. 2. Kadar asam lemak (SNI 06-3532-1994) Prinsip : Pengukuran asam lemak yang terikat dalam bentuk garam pada sabun diukur dengan cara memutus ikatan asam lemak dan Na dengan menggunakan asam kuat. Prosedur : Kurang lebih 2 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambah 25 ml air panas dan dipanaskan di atas penangas air sampai sampel larut seluruhnya, kemudian dimasukkan ke dalam labu Cassia berskala minimal 0,1 ml. Sisa sampel dalam gelas piala dibilas dengan air destilata dan air bilasannya dituang ke dalam labu Cassia, kemudian ditambah beberapa tetes indikator oranye dan 10 15 ml HCl 10 (atau 7 10 ml H 2 SO 4 25 ). Asam lemak bebas akan mengapung dan larutan berubah warna menjadi merah muda. Labu Cassia berisi larutan sampel dipanaskan dalam penangas air dengan kondisi leher labu terendam air sampai setengahnya. Setelah asam lemaknya terpisah dan mengapung, ke dalam labu ditambahkan air panas sampai asam lemaknya berada di antara skala pembangian pada leher labu. Larutan dipanaskan terus selama ± 30 menit dan dibaca pada suhu 100 C (pada saat air dalam penangas mendidih). Keterangan : 0,84 = BD asam lemak pada 100 C 3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 06-3532-1994) Prinsip : Pengukuran senyawa-senyawa yang sering terdapat larut dalam minyak tapi tidak dapat membentuk sabun dengan soda alkali, seperti gum. Prosedur : Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambah 10 ml KOH 0,5 N dalam alkohol dan kemudian dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin tegak selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu sampel didinginkan dan ditambah indikator phenoptalein serta dititrasi dengan HCl 0,5 N. Pengerjaan blanko menggunakan 70 ml alkohol netral untuk menggantikan sampel. Prosedur yang dilakukan sama seperti pengerjaan sampel. Keterangan : a = Volume HCl untuk sampel (ml) b = Volume HCl untuk sampel (ml) N = Normalitas HCl (N)

56,1 = Bobot molekul larutan KOH 258 = Rata-rata bilangan penyabunan 4. Kadar bagian tak larut dalam alkohol (SNI 06-3532-1994) Prinsip : Pengukuran bagian yang tidak larut dalam alkohol berdasarkan sifat kepolarannya. Bahan-bahan yang tidak larut alkohol dapat berasal dari minyak atau bahan baku lainnya. Prosedur : Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml, kemudian ditambah 10 ml etil alkohol 95 dan diuapkan di atas penangas air sampai kering. Perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali. Sampel kemudian dilarutkan dalam 100 ml alkohol netral, kemudian disaring dengan menggunakan penghisap vakum melalui krus Gooch (atau krus kaca masir) yang telah dilapisi kertas saring. Kertas saring yang digunakan telah diketahui bobotnya. Selama pengerjaan, krus harus ditutup dengan kaca arloji. Residu yang tertahan oleh kertas saring dibilas dengan alkohol netral. Kertas saring kemudian dikeringkan pada suhu 105 C sampai bobotnya konstan dan setelah itu ditimbang. 5. Kadar Alkali Bebas (dihitung sebagai NaOH) (SNI 06-3532-1994) Prinsip : Pengukuran NaOH yang tidak bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun. NaOH yang tersisa direaksikan dengan BaCl lalu direaksikan dengan H 2 SO 4. Reaksi : NaOH + BaCl BaOH + NaCl 2 BaOH + H 2 SO 4 Ba 2 SO 4 + 2 H 2 O Prosedur : Sampel sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambah ± 150 ml etanol dan sedikit batu didih, kemudian dipanaskan. Setelah sampel larut, ke dalam erlenmeyer ditambahkan 10 ml Barium klorida panas (BaCl 20 ) dan indikator phenoptalein. Labu diputar agar pencampuran terjadi secara sempurna. Sampel kemudian dititrasi dengan H 2 SO 4 1 N sampai warna merah jambu hilang. 6. ph (SNI 06-4075-1996) Prinsip : Pengukuran derajat keasaman sabun dengan ph meter. Prosedur : Timbang sampel sebanyak ± 1 gram, kemudian masukkan ke dalam tabung film. Pipetkan ± 9 ml aquades ke dalamnya dan kocok secukupnya. Pengukuran ph menggunakan ph meter, sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu ph meter dikalibrasi dengan larutan buffer ph 4 dan 9. Selanjutnya elekktroda dibersihkan menggunakan air bebas CO 2 dengan ph antara 6,5 sampai 7. Elektroda yang telah dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam contoh pada suhu 25 C. Nilai ph dibaca pada ph meter setelah angka stabil dan dicatat. Apabila dari dua kali pengukuran terbaca mempunyai selisih lebih dari 0,2 maka harus dilakukan pengukuran termasuk kalibrasi. 7. Kekerasan (Wood, 1996) Prinsip : Kekerasan sabun diukur dengan kedalaman jarum penetrometer menembus sabun transparan pada selang waktu tertentu.

Prosedur : Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Sampel diletakkan di bawah jarum penetrometer dengan kondisi ujung jarum tepat menyentuh permukaan sampel. Tombol kendali ditekan dan jarum dibiarkan menembus bahan selama 10 detik. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yang berbeda. Hasil akhirnya adalah rata-rata dari ke tiga pembacaan tersebut. 8. Stabilitas emulsi (Piyali et al., 1999) Prinsip : Stabilitas emulsi diukur dengan mengukur ketahanan emulsi dalam berbagai kondisi. Prosedur : Sebanyak 2 gram sampel ditempatkan dalam wadah dan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 45 C selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di bawah 0 C selama 1 jam, dan akhirnya dimasukkan kembali ke dalam oven bersuhu 45 C selama 1 jam. Sampel dibiarkan hingga dingin di dalam desikator dan kemudian ditimbang bobotnya. 9. Stabilitas busa (Piyali et al., 1999) Prinsip : Stabilitas busa diukur dengan mengukur persentase busa yang bertahan pada selang waktu tertentu. Prosedur : Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan ke dalam 9 ml air, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dikocok dengan menggunakan vorteks selama 30 detik. Busa yang terbentuk diukur tingginya. Sampel didiamkan selama 1 jam kemudian tinggi busa diukur kembali. Jika sampel yang diukur jumlahnya lebih dari satu, harus menggunakan tabung reaksi yang dimensinya sama. 10. Daya bersih Prinsip : Daya bersih diukur dengan perbandingan tingkat kekeruhan air sabun sebelum dan sesudah pencucian (ftu turbidity) Prosedur : Mentega sebanyak 1 g dioleskan secara merata pada kain bersih dengan ukuran 10 x 10 cm. Tempatkan sabun ke dalam air sebanyak 200 ml dalam gelas piala dan diukur kekeruhannya sebagai A ftu turbidity. Kain yang telah diolesi mentega dimasukkan ke dalam air sabun dan didiamkan selama 10 menit. Air yang didiamkan tersebut diukur kekeruhannya sebagai B ftu turbidity.

Lampiran 6. Lembar uji organoleptik Nama panelis : Tanggal : Sampel Instruksi : SABUN TRANSPARAN : Berikan penilaian/tingkat kesukaan Anda terhadap transparansi, tekstur, aroma, banyak busa, dan kesan kulit Anda setelah pemakaian sabun. Tuliskan penilaian Anda dalam tabel sebagai berikut : 5 = Suka 2 = Agak tidak suka 4 = Agak suka 1 = Tidak suka 3 = Biasa Parameter Transparansi Tekstur Aroma Banyak Busa Kesan Kesat Kode 279 796 513 408 610 256 972 821 304 Berdasarkan penilaian anda secara umum, urutkan sabun transparan yang paling disukai menurut kode : Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kode Atas partisipasi Anda, saya ucapkan terima kasih.

Lampiran 7. Hasil analisa karakterisasi minyak Karakteristik Minyak Minyak FFA Bilangan Bilangan Bilangan Bilangan Asam () Peroksida Iod Penyabunan Olein 0,091 0,129 3,629 58,481 198,950 RBDPO 0,085 0,133 3,608 52,341 197,858 NPKO 0,086 0,172 3,672 7,472 239,210 Minyak kelapa 0,066 0,132 5,487 6,394 257,158

Lampiran 8. Rekapitulasi analisis produk sabun transparan Produk Kadar air dan zat menguap () Kadar asam lemak () Fraksi tak tersabunkan () Bagian tak larut alkohol () Alkali bebas () ph Kekerasan (mmd/det) Stabilitas emulsi () Stabilitas busa () Daya bersih (ftu turbidity) A1B1 23.43 31.34 4.56 1.23 0.43 10.37 0.63 93.77 26.67 396.75 A1B2 22.26 35.38 9.39 0.92 0.42 10.06 0.52 93.99 31.79 360.00 A1B3 11.89 35.36 8.27 1.16 0.30 9.79 0.37 96.85 35.87 382.25 A2B1 22.57 19.93 8.50 1.27 0.35 10.01 0.57 93.81 22.10 574.75 A2B2 22.25 30.37 7.45 1.40 0.27 9.96 0.45 94.55 28.17 667.75 A2B3 14.23 33.49 8.30 1.57 0.31 10.07 0.34 95.86 30.83 650.25 A3B1 24.19 40.85 10.31 1.00 0.40 10.58 0.53 94.33 13.89 687.75 A3B2 20.41 41.82 10.68 1.23 0.36 10.45 0.42 94.61 14.03 769.75 A3B3 13.40 35.43 9.77 1.32 0.34 10.35 0.29 94.04 17.57 762.75 P1 10.31 32.84 1.08 1.06 0.44 10.33 2.95 98.37 51.50 - P2 24.80 33.80 5.00 2.90 0.10 9.51 3.12 97.90 0.60 118 P3 11.92 32.73 1.74 0.03 0.01 9.40 10.26 95.60 92.40 - Keterangan : A : Jenis minyak (A1 = Minyak sawit fraksi olein; A2 = RBDPO; dan A3 = NPKO) B : Konsentrasi gliserin (B1 = 4 ; B2 = 7 ; dan B3 = 10 ) P1 : Sabun transparan berdasarkan penelitian Giri Angga Kusuma (2004) P2 : Sabun transparan berdasarkan penelitian Debbi Purnamawati (2006) P2 : Sabun transparan berdasarkan penelitian Evimia Indriani Umiarti (2004)

Lampiran 9. Analisa kadar air dan zat menguap 1. Rekapitulasi data hasil analisa kadar air dan zat menguap () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 22.82 24.04 23.43 Olein, Gliserin 7 22.57 21.96 22.26 Olein, Gliserin 10 12.09 11.68 11.89 RBDPO, Gliserin 4 24.16 20.98 22.57 RBDPO, Gliserin 7 22.40 22.11 22.25 RBDPO, Gliserin 10 14.40 14.06 14.23 NPKO, Gliserin 4 24.07 24.30 24.19 NPKO, Gliserin 7 20.74 20.08 20.41 NPKO, Gliserin 10 13.48 13.32 13.40 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 358.75 2 179.38 251.41 4.26 Minyak 0.77 2 0.38 0.54 4.26 Interaksi 12.08 4 3.02 4.23 3.63 Galat 6.42 9 0.71 Total 378.02 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi gliserin serta interaksi antara perbedaan konsentrasi gleserin dan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan zat menguap sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan konsentrasi gliserin Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 23.3950 6 Gliserin 4 B 21.6433 6 Gliserin 7 C 13.1717 6 Gliserin 10 Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Uji lanjut interaksi antara perbedaan jenis minyak dan konsentrasi gliserin Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 24.1850 2 NPKO, Gliserin4 A 23.4300 2 Olein, Gliserin4 A 22.5700 2 RBDPO, Gliserin4 A B 22.2650 2 Olein, Gliserin 7 A B 22.2550 2 RBDPO, Gliserin 7 B 20.4100 2 NPKO, Gliserin7 C 14.2300 2 RBDPO, Gliserin10 C D 13.4000 2 NPKO, Gliserin10 D 11.8850 2 Olein, Gliserin10 Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 10. Analisa kadar asam lemak 1. Rekapitulasi data hasil analisa kadar asam lemak () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 33.43 29.25 31.34 Olein, Gliserin 7 33.34 37.43 35.38 Olein, Gliserin 10 39.52 31.21 35.36 RBDPO, Gliserin 4 25.20 14.67 19.93 RBDPO, Gliserin 7 27.23 33.52 30.37 RBDPO, Gliserin 10 33.52 33.45 33.49 NPKO, Gliserin 4 43.99 37.71 40.85 NPKO, Gliserin 7 50.04 33.60 41.82 NPKO, Gliserin 10 39.90 30.95 35.43 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 88.27 2 44.13 1.24 4.26 Minyak 392.72 2 196.36 5.50 4.26 Interaksi 182.33 4 45.58 1.28 3.63 Galat 321.60 9 35.73 Total 984.91 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap kadar asam lemak sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 39.365 6 NPKO A B 34.030 6 Olein B 27.932 6 RBDPO Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 11. Analisa kadar fraksi tak tersabunkan 1. Rekapitulasi data hasil analisa kadar fraksi tak tersabunkan () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 7.32 1.79 4.56 Olein, Gliserin 7 10.79 7.99 9.39 Olein, Gliserin 10 9.29 7.26 8.27 RBDPO, Gliserin 4 9.55 7.46 8.50 RBDPO, Gliserin 7 7.43 7.47 7.45 RBDPO, Gliserin 10 7.96 8.63 8.30 NPKO, Gliserin 4 10.23 10.40 10.31 NPKO, Gliserin 7 10.65 10.71 10.68 NPKO, Gliserin 10 10.02 9.51 9.77 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 0.11 2 0.05 0.10 4.26 Minyak 21.13 2 10.57 19.46 4.26 Interaksi 3.94 4 0.99 1.82 3.63 Galat 4.89 9 0.54 Total 30.07 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 10.2533 6 NPKO B 8.0833 6 RBDPO B 7.8417 6 Olein Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 12. Analisa kadar bagian tak larut alkohol 1. Rekapitulasi data hasil analisa kadar bagian tak larut alkohol () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 1.03 1.43 1.23 Olein, Gliserin 7 1.00 0.85 0.92 Olein, Gliserin 10 1.31 1.01 1.16 RBDPO, Gliserin 4 0.66 1.88 1.27 RBDPO, Gliserin 7 1.30 1.51 1.40 RBDPO, Gliserin 10 1.75 1.39 1.57 NPKO, Gliserin 4 1.06 0.94 1.00 NPKO, Gliserin 7 1.06 1.41 1.23 NPKO, Gliserin 10 1.26 1.38 1.32 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 0.12 2 0.06 0.53 4.26 Minyak 0.31 2 0.16 1.33 4.26 Interaksi 0.18 4 0.05 0.39 3.63 Galat 1.05 9 0.12 Total 1.66 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar bagian tak larut alkohol pada sabun transparan yang dihasilkan.

Lampiran 13. Analisa kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH 1. Rekapitulasi data hasil analisa kadar alkali bebas sebagai NaOH () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 0.28 0.59 0.43 Olein, Gliserin 7 0.50 0.34 0.42 Olein, Gliserin 10 0.31 0.29 0.30 RBDPO, Gliserin 4 0.35 0.35 0.35 RBDPO, Gliserin 7 0.27 0.27 0.27 RBDPO, Gliserin 10 0.29 0.32 0.31 NPKO, Gliserin 4 0.40 0.40 0.40 NPKO, Gliserin 7 0.32 0.39 0.36 NPKO, Gliserin 10 0.32 0.36 0.34 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 0.02 2 0.01 1.36 4.26 Minyak 0.02 2 0.01 1.22 4.26 Interaksi 0.01 4 0.00 0.45 3.63 Galat 0.06 9 0.01 Total 0.11 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas (dihitung sebagai NaOH) pada sabun transparan yang dihasilkan.

Lampiran 14. Analisa nilai ph 1. Rekapitulasi data hasil analisa nilai ph Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 10.67 10.07 10.37 Olein, Gliserin 7 9.86 10.26 10.06 Olein, Gliserin 10 9.74 9.85 9.79 RBDPO, Gliserin 4 10.23 9.79 10.01 RBDPO, Gliserin 7 9.89 10.02 9.96 RBDPO, Gliserin 10 10.05 10.10 10.07 NPKO, Gliserin 4 10.65 10.51 10.58 NPKO, Gliserin 7 10.44 10.47 10.45 NPKO, Gliserin 10 10.36 10.33 10.35 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 0.24 2 0.12 3.43 4.26 Minyak 0.65 2 0.32 9.07 4.26 Interaksi 0.17 4 0.04 1.17 3.63 Galat 0.32 9 0.04 Total 1.38 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap nilai ph sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 10.4600 6 NPKO B 10.0750 6 Olein B 10.0133 6 RBDPO Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 15. Analisa kekerasan 1. Rekapitulasi data hasil analisa kekerasan (mm/detik) Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 0.59 0.66 0.63 Olein, Gliserin 7 0.53 0.50 0.52 Olein, Gliserin 10 0.39 0.35 0.37 RBDPO, Gliserin 4 0.56 0.57 0.57 RBDPO, Gliserin 7 0.43 0.47 0.45 RBDPO, Gliserin 10 0.29 0.38 0.34 NPKO, Gliserin 4 0.49 0.56 0.53 NPKO, Gliserin 7 0.41 0.42 0.42 NPKO, Gliserin 10 0.30 0.28 0.29 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 0.17 2 0.08 62.63 4.26 Minyak 0.03 2 0.01 9.74 4.26 Interaksi 0.00 4 0.00 0.15 3.63 Galat 0.01 9 0.00 Total 0.21 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi gliserin dan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 0.50333 6 Olein B 0.45000 6 RBDPO B 0.41000 6 NPKO Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata. Uji lanjut pebedaan Konsentrasi Gliserin Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 0.57167 6 Gliserin 4 B 0.46000 6 Gliserin 7 C 0.33167 6 Gliserin 10 Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 16. Analisa stabilitas emulsi 1. Rekapitulasi data hasil analisa stabilitas emulsi () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 94.32 93.22 93.77 Olein, Gliserin 7 92.24 95.74 93.99 Olein, Gliserin 10 96.57 97.13 96.85 RBDPO, Gliserin 4 93.13 94.50 93.81 RBDPO, Gliserin 7 94.30 94.81 94.55 RBDPO, Gliserin 10 95.52 96.20 95.86 NPKO, Gliserin 4 94.28 94.37 94.33 NPKO, Gliserin 7 94.11 95.11 94.61 NPKO, Gliserin 10 95.53 92.54 94.04 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 8.40 2 4.20 2.87 4.26 Minyak 0.98 2 0.49 0.34 4.26 Interaksi 8.03 4 2.01 1.37 3.63 Galat 13.16 9 1.46 Total 30.57 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap stabilitas emulsi sabun transparan yang dihasilkan.

Lampiran 17. Analisa stabilitas busa 1. Rekapitulasi data hasil analisa stabilitas busa () Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 18.82 34.52 26.67 Olein, Gliserin 7 38.33 25.24 31.79 Olein, Gliserin 10 45.20 26.54 35.87 RBDPO, Gliserin 4 17.52 26.67 22.10 RBDPO, Gliserin 7 36.04 20.30 28.17 RBDPO, Gliserin 10 35.00 26.67 30.83 NPKO, Gliserin 4 94.28 94.37 94.33 NPKO, Gliserin 7 94.11 95.11 94.61 NPKO, Gliserin 10 95.53 92.54 94.04 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 155.87 2 77.94 1.17 4.26 Minyak 850.29 2 425.15 6.38 4.26 Interaksi 26.69 4 6.67 0.10 3.63 Galat 599.99 9 66.67 Total 1632.85 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap stabilitas busa sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 31.442 6 Olein A 27.033 6 RBDPO B 15.167 6 NPKO Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 18. Analisa daya bersih 1. Rekapitulasi data hasil analisa daya bersih Produk Ulangan 1 2 Rata-rata Olein, Gliserin 4 426.50 367.00 396.75 Olein, Gliserin 7 366.00 354.00 360.00 Olein, Gliserin 10 373.50 391.00 382.25 RBDPO, Gliserin 4 536.00 613.50 574.75 RBDPO, Gliserin 7 696.00 639.50 667.75 RBDPO, Gliserin 10 658.50 642.00 650.25 NPKO, Gliserin 4 681.50 694.00 687.75 NPKO, Gliserin 7 698.50 841.00 769.75 NPKO, Gliserin 10 796.50 729.00 762.75 2. Hasil analisa keragaman (α = 0,05) Tabel Anova Sumber Keragaman JK db KT F hit F α Gliserin 8358.69 2 4179.35 1.95 4.26 Minyak 409888.19 2 204944.10 95.87 4.26 Interaksi 11047.56 4 2761.89 1.29 3.63 Galat 19240.00 9 2137.78 Total 448534.44 17 Kesimpulan : Hasil analisa keragaman (α = 0,05) menunjukkan bahwa perbedaan jenis minyak berpengaruh nyata terhadap daya bersih sabun transparan yang dihasilkan. 3. Hasil uji Duncan Uji lanjut pebedaan jenis minyak Kelompok Duncan*) Rata-rata N Keterangan A 740.08 6 NPKO B 630.92 6 RBDPO C 379.67 6 Olein Keterangan : *) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai berbeda nyata.

Lampiran 19. Analisa Transparansi Sabun Transparan 1. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan Perlakuan Skala Penilaian 1 2 3 4 5 Jumlah A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 1 5 12 7 5 30 3.33 16.67 40.00 23.33 16.67 100 1.00 4 10 9 6 30 3.33 13.33 33.33 30.00 20.00 100 0 1 8 10 11 30 0.00 3.33 26.67 33.33 36.67 100 11 12 5 2 0 30 36.67 40.00 16.67 6.67 0.00 100 1 4 12 9 4 30 3.33 13.33 40.00 30.00 13.33 100 0 1 8 12 9 30 0.00 3.33 26.67 40.00 30.00 100 15 12 2 1 0 30 50.00 40.00 6.67 3.33 0.00 100 1 5 16 5 3 30 3.33 16.67 53.33 16.67 10.00 100 2 3 12 7 6 30 6.67 10.00 40.00 23.33 20.00 100 2. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Transparansi Sabun Transparan Perlakuan Deskripsi Statistik N Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maksimum A1B1 30 3.33 1.0613 1 5 A1B2 30 3.50 1.0748 1 5 A1B3 30 4.03 0.8899 2 5 A2B1 30 1.93 0.9072 1 4 A2B2 30 3.37 0.9994 1 5 A2B3 30 3.97 0.8503 2 5 A3B1 30 1.63 0.7649 1 4 A3B2 30 3.13 0.9371 1 5 A3B3 30 3.40 1.1326 1 5

Perlakuan Rata-rata rangking A1B1 5.27 A1B2 5.77 A1B3 6.95 A2B1 2.53 A2B2 5.47 A2B3 6.93 A3B1 1.87 A3B2 4.68 Uji Friedman N df Chi - square Sig (α = 0.05) 30 8 117.057 0.000* A3B3 5.53 Keterangan : *Sig (Signifikasi/Probabilities) < 0.05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 20. Analisa Tekstur Sabun Transparan 1. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Transparansi Sabun Transparan Perlakuan Skala Penilaian 1 2 3 4 5 Jumlah A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 1 5 16 7 1 30 3.33 16.67 53.33 23.33 3.33 100 0.00 5 13 10 2 30 0.00 16.67 43.33 33.33 6.67 100 0 1 9 13 7 30 0.00 3.33 30.00 43.33 23.33 100 3 10 7 6 4 30 10.00 33.33 23.33 20.00 13.33 100 0 2 10 12 6 30 0.00 6.67 33.33 40.00 20.00 100 0 11 2 13 4 30 0.00 36.67 6.67 43.33 13.33 100 8 9 9 4 0 30 26.67 30.00 30.00 13.33 0.00 100 3 10 7 8 2 30 10.00 33.33 23.33 26.67 6.67 100 1 0 10 13 6 30 3.33 0.00 33.33 43.33 20.00 100 2. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Tekstur Sabun Transparan Perlakuan Deskripsi Statistik N Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maksimum A1B1 30 3.07 0.8277 1 5 A1B2 30 3.30 0.8367 2 5 A1B3 30 3.87 0.8193 2 5 A2B1 30 2.93 1.2299 1 5 A2B2 30 3.73 0.8683 2 5 A2B3 30 3.63 0.8087 2 5 A3B1 30 2.30 1.0222 1 4 A3B2 30 2.87 1.1366 1 5 A3B3 30 3.77 0.8976 1 5

Perlakuan Rata-rata rangking A1B1 4.33 A1B2 4.90 A1B3 6.47 A2B1 4.28 A2B2 5.95 A2B3 5.90 A3B1 2.62 A3B2 4.30 Uji Friedman N df Chi - square Sig (α = 0.05) 30 8 60.109 0.000* A3B3 6.25 Keterangan : *Sig (Signifikasi/Probabilities) < 0.05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 21. Analisa banyak busa sabun transparan 1. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Banyak Busa Sabun Transparan Perlakuan Skala Penilaian 1 2 3 4 5 Jumlah A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 3 11 10 6 0 30 10.00 36.67 33.33 20.00 0.00 100 1 3 9 13 4 30 3.33 10.00 30.00 43.33 13.33 100 0 4 10 11 5 30 0.00 13.33 33.33 36.67 16.67 100 1 7 11 10 1 30 3.33 23.33 36.67 33.33 3.33 100 0 8 8 9 5 30 0.00 26.67 26.67 30.00 16.67 100 3 5 8 8 6 30 10.00 16.67 26.67 26.67 20.00 100 1 2 5 12 10 30 3.33 6.67 16.67 40.00 33.33 100 0 1 8 15 6 30 0.00 3.33 26.67 50.00 20.00 100 1 1 7 11 10 30 3.33 3.33 23.33 36.67 33.33 100 2. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Banyak Busa Sabun Transparan Perlakuan Deskripsi Statistik N Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maksimum A1B1 30 2.63 0.9279 1 4 A1B2 30 3.53 0.9732 1 5 A1B3 30 3.57 0.9353 2 5 A2B1 30 3.10 0.9229 1 5 A2B2 30 3.37 1.0662 2 5 A2B3 30 3.30 1.2636 1 5 A3B1 30 3.93 1.0483 1 5 A3B2 30 3.87 0.7761 2 5 A3B3 30 3.93 1.0148 1 5

Perlakuan Rata-rata rangking A1B1 3.12 A1B2 4.93 A1B3 5.18 A2B1 3.97 A2B2 4.73 A2B3 4.60 A3B1 6.23 A3B2 6.17 Uji Friedman N df Chi - square Sig (α = 0.05) 30 8 46.354 0.000* A3B3 6.07 Keterangan : *Sig (Signifikasi/Probabilities) < 0.05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 22. Analisa kesan kesat sabun transparan 1. Persentase Jumlah Panelis Berdasarkan Skala Penilaian terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan Perlakuan Skala Penilaian 1 2 3 4 5 Jumlah A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 1 11 7 11 0 30 3.33 36.67 23.33 36.67 0.00 100 0 5 10 14 1 30 0.00 16.67 33.33 46.67 3.33 100 1 3 12 11 3 30 3.33 10.00 40.00 36.67 10.00 100 2 4 13 7 4 30 6.67 13.33 43.33 23.33 13.33 100 1 5 12 10 2 30 3.33 16.67 40.00 33.33 6.67 100 2 4 12 10 2 30 6.67 13.33 40.00 33.33 6.67 100 3 3 12 9 3 30 10.00 10.00 40.00 30.00 10.00 100 1 3 13 13 0 30 3.33 10.00 43.33 43.33 0.00 100 2 1 15 9 3 30 6.67 3.33 50.00 30.00 10.00 100 2. Hasil Perhitungan Uji Friedman Respon Panelis terhadap Kesan Kesat Sabun Transparan Perlakuan Deskripsi Statistik N Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maksimum A1B1 30 2.93 0.9444 1 4 A1B2 30 3.37 0.8087 2 5 A1B3 30 3.40 0.9322 1 5 A2B1 30 3.23 1.0727 1 5 A2B2 30 3.23 0.9353 1 5 A2B3 30 3.20 0.9966 1 5 A3B1 30 3.20 1.0955 1 5 A3B2 30 3.27 0.7849 1 4 A3B3 30 3.33 0.9589 1 5

Perlakuan Rata-rata rangking A1B1 4.18 A1B2 5.27 A1B3 5.62 A2B1 4.88 A2B2 4.85 A2B3 4.85 A3B1 4.98 A3B2 5.10 Uji Friedman N df Chi - square Sig (α = 0.05) 30 8 7.336 0.501* A3B3 5.27 Keterangan : *Sig (Signifikasi/Probabilities) < 0.05 menunjukkan berbeda nyata

Lampiran 23. Hasil pembobotan berdasarkan nilai kepentingan Parameter Nilai Kepentingan Bobot Perlakuan A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 N B N B N B N B N B N B N B N B N B Objektif Kadar air & zat menguap 5 0.082 2 0.164 4 0.328 9 0.738 3 0.246 5 0.410 7 0.574 1 0.082 6 0.492 8 0.656 Jumlah asam lemak 5 0.082 3 0.238 6 0.476 5 0.397 1 0.079 2 0.159 4 0.317 8 0.635 9 0.714 7 0.556 Fraksi tak tersabunkan 5 0.082 9 0.738 7 0.574 6 0.492 4 0.328 8 0.656 5 0.410 2 0.164 1 0.082 3 0.246 Bagian tak larut alkohol 5 0.082 5.5 0.451 9 0.738 7 0.574 4 0.328 2 0.164 1 0.082 8 0.656 5.5 0.451 3 0.246 Alkali bebas (NaoH) 5 0.082 1 0.082 2 0.164 8 0.656 5 0.410 9 0.738 7 0.574 3 0.246 4 0.328 6 0.492 ph 4 0.066 3 0.197 6 0.393 9 0.590 8 0.525 7 0.459 5 0.328 1 0.066 2 0.131 4 0.262 Kekerasan 4 0.066 1 0.066 4 0.262 7 0.459 2 0.131 5 0.328 8 0.525 3 0.197 6 0.393 9 0.590 Stabilitas emulsi 4 0.066 1 0.066 3 0.197 9 0.590 2 0.131 6 0.393 8 0.525 5 0.328 7 0.459 4 0.262 Stabilitas busa 4 0.066 5 0.328 8 0.525 9 0.590 4 0.262 6 0.393 7 0.459 1 0.066 2 0.131 3 0.197 Daya bersih 5 0.082 2 0.164 4 0.328 9 0.738 3 0.246 5 0.410 7 0.574 1 0.082 6 0.492 8 0.656 Subjektif Transparansi 5 0.082 4 0.328 7 0.574 9 0.738 2 0.164 5 0.410 8 0.656 1 0.082 3 0.246 6 0.492 Tekstur 4 0.066 4 0.262 5 0.328 9 0.590 2 0.131 7 0.459 6 0.393 1 0.066 3 0.197 8 0.525 Banyak busa 3 0.049 1 0.049 5 0.246 6 0.295 2 0.098 4 0.197 3 0.148 9 0.443 8 0.393 7 0.344 Kesan kesat 3 0.049 1 0.049 7.5 0.369 9 0.443 4 0.197 2.5 0.123 2.5 0.123 5 0.246 6 0.295 7.5 0.369 Jumlah 61 1 3.270 5.270 7.328 3.361 5.385 5.533 3.869 5.074 5.910 Keterangan : A1 : Minyak goreng sawit (olein) A2 : RBDPO A3 : NPKO B1 : Gliserin 4 B2 : Gliserin 7 B3 : Gliserin 10 N : Nilai score B : Hasil perkalian antara bobot dengan nilai score

Lampiran 24. Syarat mutu sabun mandi biasa (SNI 06-3532-1994) No. Jenis Uji Satuan Syarat Mutu 1 Kadar air dan zat menguap pada 105 C (b/b) Maksimal 15 2 Jumlah asam lemak (b/b) Minimal 70 3 Fraksi tak tersabunkan (b/b) Maksimal 2,5 4 Bagian tak larut dalam alkohol (b/b) Maksimal 2,5 5 Alkali bebas dihitung sebagai NaOH (b/b) Maksimal 0,1 6 Minyak mineral - Negatif Sumber : Badan Standarisasi Nasional