I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jaksa adalah istilah Indonesia asli (Hindu-Jawa) yang telah dikenal sejak

I. PENDAHULUAN. dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum. dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 amandemen keempat.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen ketiga Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN ), antara lain menggariskan beberapa ciri khas dari negara hukum, yakni :

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

Wewenang Penahanan Berujung OTT

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagai mana yang diatur dalam Undang-

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin besar pengaruhnya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

I. PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Kemandirian dan kemerdekaan dalam

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. saling mempengaruhi satu sama lain. Hukum merupakan pelindung bagi

I. PENDAHULUAN. formil. Hukum pidana materiil di Indonesia secara umum diatur di dalam Kitab

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

POLA PEMBELAAN DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM TERHADAP TERDAKWA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI PENGADILAN. Kuswindiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

I. PENDAHULUAN. Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

I. PENDAHULUAN. Hukum acara pidana merupakan perangkat hukum pidana yang mengatur tata cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

BAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 Perubahan Ketiga. Menurut Penjelasan Umum Undang- Undang Dasar 1945, khususnya penjelasan tentang Sistem Pemerintahan Negara dinyatakan: Negara Indonesia berdasar atas hukum rechtstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machtstaat. Berbicara tentang Negara hukum, tentunya harus dicari dahulu persamaan persepsi tentang Negara hukum atau ciri-ciri Negara hukum. Ciri-ciri Negara hukum adalah: 1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak- hak asasi manusia, yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, social, ekonomi dan kebudayaan. 2. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu kekuasaan atau kekuatan apapun juga. 3. Legalitas dalam arti, dalam segala bentuknya. 1 Ketiga prinsip di atas merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Negara, agar negara tersebut dapat diakui sebagai Negara hukum, dan memiliki kepastian hukum. 1 Tri Andrisman, Buku Ajar Sistem Peradilan Indonesia, (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2011), hlm. 15

2 Setiap masyarakat berhak mendapatkan kepastian hukum yang menjadi hak masyarakat, sesuai Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukumyang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Untuk memperoleh sebuah kepastian hukum dilaksanakan peradilan, Pasal 24 ayat (1) UUD 1945, jo Pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman: kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan bersasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, hukum acara pidana mengatur tentang bagaimana cara alat-alat perlengkapan pemerintah melaksanakan tuntutan, memperoleh keputusan pengadilan, oleh siapa keputusan pengadilan itu dilaksanakan, jika ada seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perbuatan pidana. 2 Hukum acara pidana mempunyai tugas untuk: a. Mencari dan mendapatkan kebenaran material. 2 J.B. Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), hlm. 221

3 b. Memperoleh keputusan oleh hakim tentang bersalah tidaknya seseorang atau sekelompok orang yang disangka/ didakwa melakukan perbuatan pidana. c. Melaksanakan putusan hakim (Eksekusi). 3 Eksekusi merupakan pelaksanaan putusan hakim terhadap suatu perkara pidana yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde). Eksekusi harus dicantumkan dalam amar putusan agar memiliki kepastian hukum, dan dasar pelaksanaannya. Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 270 KUHAP yang menyatakan: Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya. Seperti halnya yang terjadi pada kasus Komisaris Jendral (Purn) Susno Duadji yang menolak untuk dieksekusi. Alasan Susno Duadji menolak untuk dieksekusi antara lain: 1) Nomor Putusan Pengadilan Negeri Jaksel tidak sama Putusan Negeri Jaksel bernomor 1260/pid.B/2010/PN.Jaksel, sedangkan Putusan Pengadilan Tinggi menyebut putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan itu bernomor : 1288/pid.B/2010/PN.Jaksel. 2) Amar Putusan Mahkamah Agung hanya menyatakan Menolak permohonan Kasasi Susno Duadji, sehingga putusan yang dijadikan pedoman adalah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menyatakan menjatuhkan pidana penjara selama 3 tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,- dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar, 3 Ibid, hlm. 221-222

4 diganti dengan pidana kurungan 4 (empat) bulan; dan menghukum terdakwa membayar uang pengganti sebesar Rp.4.208.898.747,-. 3) Pasal 197 ayat (1) huruf k KUHAP menyatakan: perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan, kemudian Pasal 197 ayat (2) KUHAP menyatakan: tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e,f,g,h, i, j, k, dan l pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum. Berdasarkan argumentasi hukum point a, b, dan c di atas, Susno Duadji menyatakan Putusan Makamah Agung cacat hukum dan putusannya harus dinyatakan batal demi hukum. Oleh karena itu Susno Duadji menolak Eksekusi yang dilaksanakan oleh Jaksa terhadap dirinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengangkat judul Analisis Pelaksanaan Eksekusi Perkara Pidana terhadap Putusan Pengadilan yang Tidak Menyatakan Perintah Penahanan (Studi Kasus Komisaris Jendral (Purn) Susno Duadji), dengan tahun penelitian yakni pada tahun 2013. B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah landasan hukum dan penerapan eksekusi terhadap putusan pada perkara nomor: 1260/pid.B/2010/PN.Jaksel yang tidak memuat perintah penahanan?

5 b. Apakah pelaksanaan eksekusi terhadap perkara nomor: 1260/pid.B/2010/PN.Jaksel yang tidak memuat perintah penahanan sesuai dengan peraturan yang berlaku? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup pada permasalahan ini adalah bidang hukum pidana formil, yang dititik beratkan terhadap tata cara pelaksanaan putusan yang memuat tentang eksekusi, yaitu bagaimana KUHAP mengatur tentang kepastian hukum pelaksanaan eksekusi dan pedoman penulisan putusan hakim tentang putusan eksekusi terpidana. Dalam hal ini terfokus pada kasus Komisaris Jendral (Purn) Susno Duadji yang menolak untuk di eksekusi. Adapun lokasi penelitian terfokus pada wilayah hukum Provinsi Lampung. Tahun penelitian dari skripsi ini adalah tahun 2013. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penalitian ini adalah : a. Untuk mengetahui penerapan eksekusi terhadap putusan pada perkara nomor: 1260/pid.B/2010/PN.Jaksel. b. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan eksekusi terhadap perkara nomor: 1260/pid.B/2010/PN.Jaksel sesuai dengan peraturan yang berlaku

6 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan kemampuan, daya nalar dan daya pikir penulis yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk dapat mengungkapkan secara obyektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada, khususnya masalah yang berkaitan dengan aspek hukum pidana. b. Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi aparatur penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya terutama dalam pembuatan surat putusan yang memuat tentang eksekusi. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan. Pada

7 umumnya, teori bersumber dari undang-undang, buku/karya tulis bidang ilmu, dan laporan penelitian. 4 Secara teoritik, setiap pemidanaan didasarkan paling sedikit pada keadaankeadaan individual baik yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan dengan pelaku tindak pidana. Dalam praktek tentu saja hal ini akan bervariasi, baik per orang maupun tindak pidana per tindak pidana dan dengan demikian dapat dimengerti apabila tidak selalu tercapai apa yang dinamakan pemidanaan yang konsisten dalam pendekatan terhadap pemidanaan. Sudarto 5 menyatakan: sebelum Hakim memutuskan perkara terlebih dahulu ada serangkaian keputusan yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Keputusan mengenai perkaranya ialah apakah Terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya; 2. Keputusan mengenai hukumannya ialah apakah perbuatan yang dilakukan Terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah Terdakwa tersebut bersalah dan dapat dipidana; 3. Keputusan mengenai pidananya apabila Terdakwa memang dapat dipidana. Setelah pemeriksaan dalam sidang pengadilan selesai, hakim memutusakn perkara yang diperiksa itu. Pututsan pengadilan atau putusan hakim dapat berupa: 1. Putusan bebas bagi terdakwa (Pasal 191 ayat (1) KUHAP). 2. Pelepasan terdakwa dari segala tuntutan (Pasal 191 ayat (2) KUHAP). 3. Penghukuman terdakwa (Pasal 193 ayat (1) KUHAP). (PHI 232-233) Pasal 197 ayat (1) dan (2) KUHAP menyatakan: (1) surat putusan pemidanaan memuat: a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ; b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa; 4 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 2004), hlm. 73 5 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung : Alumni, 1986), hlm. 74

8 c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan; d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; e. tuntutan pidana sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan; f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa; g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal; h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; i. ketentuan kepada siapa beban perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti; j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu; k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan; l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera (2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, g, h, I,j, k, dan l pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum. Bab penjelas pasal demi pasal KUHAP mengenai ketentuan Pasal 197 ayat (2) menyatakan : Kecuali yang tersebut pada huruf a, e, f dan h, apabila terjadi kekhilafan dan atau kekeliruan dalam penulisan, maka kekhilafan dan atau kekeliruan penulisan atau pengetikan tidak menyebabkan batalnya putusan demi hukum. 2. Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau akan diteliti. 6 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Press, 1986), hlm. 132

9 Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa untuk mengetahui sebabsebabnya, bagaimana duduk perkaranya. 7 2. Pelaksanaan adalah berasal dari kata laksana yang artinya sifat, tanda : laku, panglima angkatan laut, Laku perbuatan, cara menjalankan atau berbuat. 8 3. Executie adalah Eksekusi, pelaksanaan keputusan-keputusan pengadilan dan akta-akta keputusan-keputusan dalam perkara-perkara pidana, dieksekusi oleh atau atas perintah jaksa pada pengadilan negeri (HIR Pasal 325 dan seterusnya) dalam perkara-perkara perdata pelaksanaan keputusan-keputusan pengadilan dilakukan atas perintah dan di bawah pimpinan dari ketua pengadilan negeri, yang memeriksa perkara itu pada tingkat pertama (HIR Pasal 195 dan seterusnya). 4. Perkara pidana (acara pemeriksaan biasa) ialah perkara yang pembuktiannya dan penerapan hukumnya serta mudah sifatnya tidak sederhana. 9 5. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka untuk umum yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat (11) KUHAP). 6. Perintah adalah perkataan yang bermaksud untuk menyuruh melakukan sesuatu. 10 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), hlm.60 8 Ibid. hlm. 121 9 Asa, Pengertian dan Prosedur Perkara Pidana.[Online]. Tersedia: http:asa- 2009.blogspot.com/2012/03/Pengertian-dan-prosedur-perkara-pidana.html,2009.

10 7. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan pendapatnya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 butir 21 KUHAP) E. Sistematika Penulisan I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan, kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan skripsi II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat tentang pemikiran atau pengertian tentang pokok bahasan sebagai acuan dalam penulisan atau penelitian skripsi. pokok bahasan terdiri dari pengertian eksekusi, syarat-syarat eksekusi, dan dasar hukum eksekusi. III. METODE PENELITIAN Bab ini memuat metode penelitian yang meliputi pendekatan masalah, sumber, jenis data, populasi, sampel, cara pengumpulan data, dan pengolahan data. 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Op.Cit, Hlm.130

11 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang telah dirumuskan yakni penerapan eksekusi di Indonesia, dan syarat jaksa penuntut umum melakukan eksekusi. V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merumuskan tentang kesimpulan secara sederhana yang diambil berdasarkan hasil pembahasan dan beberapa saran penulis berkaitan dengan pemecahan permasalahan.