PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAKISJAYA

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

IMPLEMENTASI MODEL RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 KARAWANG BARAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK)TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTS AL-I ANAH KOSAMBI

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: Pembelajaran, hal.

PENERAPAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PROJECT-BASED LEARNING MENGGUNAKAN DYNAMIC SOFTWARE PADA MATERI GEOMETRI SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI TIPE MAKE A MATCH DENGAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONFIDENCE DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VIII

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCINENCE) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA SMP.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

O 1 X O 2 Keterangan: O 1 : Nilai pretest X : Pembelajaran dengan pendekatan Scientific

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

PERAN TEORI CONDITIONING-REINFORCEMENT- SCAFFOLDING BERBANTUAN BAHAN AJAR MASTERY LEARNING PADA KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TELUKJAMBE TIMUR

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk Pre-Experimental Design. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP SIKAP PADA MATEMATEMATIKA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS SISWA IX SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL CORE MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

Jurnal. The Improving Students Mathematics To The Aljabar Factoritation By Using Auditory Intellectually Repetition (Air) Mode By Resitation Method

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Nurul Fajri 1

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN O X O

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB I PENDAHULUAN. yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun, bagi sebagian

BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DIPADU METODE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 517-525 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII TIARA ADIE ARYATI 1, TIKA SANTIKA 2, HENDRA KARTIKA 3 Pendidikan Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang Jl. HS. Ronggowaluyo Telukjambe Karawang tiara5113@gmail.com Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP kelas VIII. Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah pre eskperimen serta desain one group pretest posttest design dengan populasi kelas VIII di SMPN 2 Karawang Timur, yang sampelnya dipilih secara purposive sampling yaitu kelas VIII B yang berjumla 46 siswa sebagai kelas eksperimen. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara pemberian tes dan angket. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes uraian sebanyak 4 soal yang berkaitan dengan kemampuan koneksi matematis dengan materi kubus dan balok. Tahapan pada penelitian ini yaitu pretest, treatment dan posttest. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Berdasarkan hasil perhitungan analisis data menggunakan uji-t untuk dua sampel dependen menunjukan bahwa nilai sig. 2 (tailed) adalah 0,000 kurang dari 0,05 yang artinya H 0 ditolak maka H 1 diterima. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Dari bukti diatas, maka pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran dalam memberikan pengaruh terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Kata kunci : kemampuan koneksi matematis, model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) 1. Pendahuluan Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam matematika. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sundayana, 2015: 2). Pada proses pembelajaran matematika, materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi materi lainnya, atau konsep yang satu diperlukan untuk menjelaskan konsep yang lainnya. Matematika sebagai ilmu yang saling berkaitan, dalam hal ini siswa diharapkan mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan matematika yang memiliki kaitan terhadap materi yang dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan koneksi matematis. 517

518 Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis... Menurut Kusmanto dan Marliyana (2014: 70) mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk menghubunngkan ide-ide matematika. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan yang dapat menghubungkan atau mencari serta mengidentifikasi suatu keterkaitan antar konsep-konsep matematikan secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri maupun secaraa eksternal yaitu matematika dengan bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Tujuan koneksi matematis diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah agar siswa dapat: (1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama, (2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen, (3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik matematika, (4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain (NCTM, 2000:64). Berdasarkan hasil observasi pada guru matematika di SMPN 2 Karawang Timur diperoleh hasil wawancara dengan guru matematika tersebut menyatakan bahwa masih rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa, misalnya pada soal tentang menghitung keliling dan luas persegi, persegi panjang, jajargenjang siswa tidak bisa memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi tersebut, kebanyakan siswa hanya mengetahui tema masalah tersebut mengenai keliling persegi namun untuk menerapkan konsep tersebut ke dalam masalah-masalah yang berkaitan sangat rendah. Siswa tidak mampu menyelesaikan soal contohnya soal mengenai materi luas lingkaran yang berkaitan dengan materi yang lain, siswa sering kali lupa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari sekarang. Rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa akan mempengaruhi kualitas belajar siswa dan berdampak pada rendahnya prestasi siswa disekolah. Selanjutnya melatih siswa dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes akurat efisien dan tepat dalam pemecahan masalah bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru. Suatu upaya guru untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dapat digunakan berbagai macam strategi, metode, model ataupun teknik pembelajaran. Ruseffendi (Trihandayani, 2012:9) mengemukakan bahwa dengan menggunakan teknik atau metode mengajar, kemungkinan siswa akan lebih aktif belajar karenna sesuai dengan gaya belajar siswa, dapat meningkatkan semangat dan alin lain. Salah satu model pembelajaran yang menekankan keaktifan pada diri siswa adalah model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori kontruktivisme bahwa siswa harus dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri, melalui interaksi diri dengan lingkungannya (Tamalene, 2010:24). Model CORE mencakup empat proses, yaitu Connecting Organizing Reflecting dan Extending (Calfee dkk, dalam Jacob, 2005:13). Dalam Connecting, siswa diajak untuk dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Organizing membantu siswa untuk dapat mengorganisasikan pengetahuannya. Reflecting, siswa dilatih untuk dapat menjelaskan kembali informasi yang telah mereka dapatkan. Extending atau proses memperluas pengetahuan siswa, salah satunya melalui proses bertukar pendapat dalam diskusi. Tahapan pembelajaran dengan model CORE menawarkan sebuah proses pembelajaran yang berbeda dan memberi ruang bagi siswa untuk berpendapat, mencari solusi serta membangun pengetahuannya sendiri. Maka dari itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian serta analisis lebih mendalam mengenai mengetahui pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP?; (2) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)?

TIARA ADIE ARYATI, TIKA SANTIKA DAN HENDRA KARTIKA 2. Kajian Teori 1. Kemampuan Koneksi Matematis Koneksi matematis merupakan salah satu komponen dari kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar matematika. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh the National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) bahwa koneksi matematika merupakan salah satu kemampuan di lima standar proses (Fauzi, 2011:3) yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), representasi (representation) dan koneksi (connection). Suherman (Lestari & Yudhanegara, 2015:82) mengemukakan, bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya,dengan bidang studi lain atau dengan aplikasi dunia nyata. Menurut Kusmanto dan Marliyana (2014: 70) mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk menghubunngkan ide-ide matematika. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan yang dapat menghubungkan atau mencari serta mengidentifikasi suatu keterkaitan antar konsep-konsep matematikan secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri maupun secaraa eksternal yaitu matematika dengan bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Sumarmo (2014) mengemukakan indikator kemampuan koneksi matematis sebagai berikut : (1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. (2) Memahami hubungan di antara topik matematika. (3) Menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari hari. (4) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep. (5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur yang lain dalam representasi yang ekuivalen. (6) Menerapkan hubungan antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika. Jadi kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan mendasar yang hendaknya dikuasai siswa. Kemampuan koneksi merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis maka siswa akan mampu melihat bahwa matematika itu suatu ilmu yang antar topiknya saling kait mengkait serta bermanfaat dalam mempelajari pelajaran lain dan dalam kehidupan. 2. Model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) Model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) merupakan salah satu model pembelajaran dengan metode diskusi. Model pembelajaran CORE mencakup empat proses, yaitu Connecting Organizing Reflecting Extending (Calfee dkk, dalam Jacob, 2005: 13). Dalam Connecting, siswa diajak untuk dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuannya terdahulu. Organizing membantu siswa untuk dapat mengorganisasikan pengetahuannya. Reflecting, siswa dilatih untuk dapat menjelaskan kembali informasi yang telah mereka dapatkan. Terakhir yaitu Extending atau proses memperluas pengetahuan siswa, salah satunya dengan jalan diskusi. Adapun penjelasan keempat tahapan dari model CORE pembelajaran adalah sebagai berikut : a) Connecting Connect secara bahasa berarti menyambungkan, menghubungkan, dan mengikatkan (Wojowasito, 1980:30). Connecting merupakan kegiatan menghubungkan informasi lama dengan informasi baru atau antar konsep (Suyatno, 2009: 67). Informasi lama dan baru yang akan dihubungkan pada kegiatan ini adalah konsep lama dan baru. Pada tahap ini siswa diajak untuk menghubungkan konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep lama yang telah dimilikinya, dengan cara memberikan siswa pertanyaan- pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk menulis halhal yang berhubungan dari pertanyaan tersebut. b) Organizing 519

520 Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis... Organize secara bahasa berarti mengorganisir, mengurus, menyusun, dan memperlengkapi dengan perkakas (Wojowasito, 1980:132). Organizing merupakan kegiatan mengorganisasikan informasi-informasi yang diperoleh (Suyatno, 2009: 67). Pada tahap ini siswa mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya seperti konsep apa yang diketahui, konsep apa yang dicari, dan keterkaitan antar konsep apa saja yang ditemukan pada tahap Connecting untuk dapat membangun pengetahuannya (konsep baru) sendiri. c) Reflecting Reflect secara bahasa berarti Memantul, membayangkan, dan merenungkan (Wojowasito, 1980:174). Sedangkan Sagala dalam (Justicia 2010: 15) mengungkapkan bahwa refeksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang telah dikerjakan dalam hal belajar dimasa lalu. Reflecting merupakan kegiatan memikirkan kembali informasi yang sudah didapat (Suyatno, 2009:68). Pada tahap ini siswa memikirkan kembali informasi yang sudah didapat dan dipahaminya pada tahap Organizing. d) Extending Extend secara bahasa berarti memperluas, memperpanjang dan melanjutkan (Wojowasito, 1980:174). Extending merupakan tahap dimana siswa dapat memperluas pengetahuan mereka tentang apa yang sudah diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung (Suyatno, 2009:68). Perluasan pengetahuan harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaks pembelajaran dengan model pembelajaran CORE ada empat, yaitu Connecting (menghubungkan informasi lama dengan informasi baru atau antar konsep), Organizing (mengorganisasikan informasi-informasi/ide yang diperoleh untuk memahami dan memecahkan permasalahan), Reflecting (memikirkan kembali, mendalami dan menggali informasi yang sudah didapat), Extending (memperluas, menemukan dan mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh). 2. Metode Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015:109). Metode penelitian eksperimen yang digunakan berbentuk Pre- Experimental Design. Pada penelitian ini menggunakan sampel dependen (berpasangan) diartikan sebagai sampel dengan subyek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau dua pengukuran yang berbeda. Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Secara sederhana dapat dilihat pada desain dibawah ini (Sugiyono 2015:112). O 1 X O 2 Gambar. 1. Desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Keterangan : O 1 : Nilai Pretest X : Perlakuan/treatment Menggunakan Model Pembelajaran CORE O 2 : Nilai Postest Penelitian ini hanya ada satu kelas, yaitu kelompok eksperimen yang melakukan proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Sebelum memberi perlakuan model pembelajaran CORE, peneliti memberikan pretest (tes awal) berupa soal tes kemampuan koneksi matematis. Selanjutnya, peneliti

TIARA ADIE ARYATI, TIKA SANTIKA DAN HENDRA KARTIKA memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran CORE selama penelitian. Untuk melihat pengaruhnya peneliti memberikan posttest (tes akhir) di akhir penelitian berupa soal tes kemampuan koneksi matematis yang sama dengan soal yang diberikan ketika pretest (Lestari & Yudhanegara, 2015:122). Populasi pada peneitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 2 Karawang Timur Tahun Ajaran 2016/2017 semester genap. Selanjutnya dari banyaknya kelas VIII tersebut dipilih satu kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII B yang mendapat pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2015:126), dimana kelas tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan kepala sekolah dan guru untuk menentukan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen. 4. Hasil Dan Pembahasan Dalam penelitian ini yang dilaksanakan di SMPN 2 Karawang Timur pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Peneitian ini menggunakan satu kelas untuk pengambilan data kelas yang terpilih yaitu kelas VIII B dengan siswa sebanyak 46 diterapkan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Pada penelitian ini, materi yang digunakan adalah bangun ruang sisi datar pada sub materi kubus dan balok. Pada proses pembelajarannya siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran dikelas eksperimen siswa dikelompokkan menjadi 11 kelompok yang terdiri dari 4 siswa. Sebelum diterapkan model pembelajaran CORE siswa diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal yaitu kemampuan koneksi matematis siswa mengenai materi kubus dan balok. Setelah itu, pada pertemuan pertama respon siswa terhadap pembelajaran CORE sangat positif, dimana siswa terlihat senang dan tertarik mengikuti pembelajaran, namun ada sebagian siswa yang kesulitan atau tidak paham dalam mengerjakan LKS. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan diskusi kelompok dan pembelajaran yang menghubungkan atau mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Karena pembelajaran siswa sebelumnya hanya menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru dan siswa hanya diberikan latihan latihan soal yang penyelesaiannya sama seperti contoh yang telah diberikan oleh guru. Sebagian besar siswa yang tidak mengerti dengan materi yang diajarkan oleh guru maka siswa tersebut tidak mengerjakan dan tidak mengumpulkan tugas pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu masih terdapat kendala dan tidak sesuai yang diharapkan pada proses pembelajaran pertama dan kedua. Pada pertemuan selanjutnya, siswa mulai mengikuti pembelajaran dengan baik dan mulai terbiasa dengan model pembelajaran CORE yang diterapkan. Dalam diskusi kelompok siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung, kemudian siswa memberikan kontribusi ide atau gagasan dalam menghubungkan kaitan matematika dengan materi lain, mata pelajaran lain maupun dengan kehidupan sehari-hari melalui sumber belajar yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam lembar kerja siswa. Setelah dilakukan pengujian hipotesis maka diketahui bahwa pada penelitian ini kemampan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CORE terlihat ada perubahan dari hasil pretest dan postest. Kemampuan koneksi matematis siswa dilihat dengan cara mengolah data pretest dan postest. Dalam pengolahan data pretest dan postest pada penelitian ini menggunakan software SPSS 23. Data pretest diuji untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa kelas eksperimen, data postest tersebut diuji untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Untuk memperoleh data tentang pengaruh model pembelajaran CORE terhadap kemampuan koneksi matematis materi kubus dan balok digunakanlah postest. Tes tersebut diujikan setelah 521

522 Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis... menerapkan treatment/perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CORE. Terlebih dahulu data pretest dan postest di uji normalitas untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal/tidak normal. Hasil uji normalitas data pretest dan postest dengan menggunakan software SPSS 23 disajikan pada Tabel 1 berikut : Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Tests of Normality Shapiro-Wilk Statistic df Sig. pretes 0,959 46 0,106 postes 0,980 46 0,621 Sumber : Hasil Output SPSS 23. Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel diatas menunjukan bahwa nilai signifikansi hasil pretest dan postest tersebut lebih besar dari nilai = 0,05 sehingga H 0 diterima, ini menunjukan bahwa data pretest dan postest sama-sama berdistribusi normal. Oleh karena itu, data pada penelitian ini dilanjutkan menggunakan uji-t untuk dua sampel dependen. Selanjutnya untuk mengetahui signifikan pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa dihitung menggunakan uji-t untuk dua sampel dependen (berpasangan). Hasil uji-t untuk dua sampel dependen (berpasangan) pada Tabel 2 dibawah ini menunjukan bahwa nilai sig. (2-tailed) adalah 0,000 < 0,05. Maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis diatas maka H 0 ditolak, yang artinya pada taraf kepercayaan 95% terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP kelas VIII. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestari & Yudhanegara (2015:52) model pembelajaran CORE adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki desain mengkontruksi kemampuan siswa dengan cara menghubungkan dan mengorganisasikan pengetahuan, kemudian memikirkan kembali konsep yang sedang dipelajari. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dikelas menggunakan model pembelajaran CORE memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Hal ini dikarenakan bahwa siswa pada saat pembelajaran dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajarannya berdasarkan aktivitas yang sudah dilakukannya, siswa dilatih daya ingat nya tentang suatu konsep atau informasi yang telah didapat sebelumnya, siswa juga dilatih berfikir kritis terhadap suatu masalah dan memberikan proses pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Pair 1 pretes postes Tabel 2 Hasil Uji-t untuk Dua Sampel Dependen (Berpasangan) Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper t df Sig. (2- tailed) -39,457 9,912 1,461-42,400-36,513-26,997 45 0,000

TIARA ADIE ARYATI, TIKA SANTIKA DAN HENDRA KARTIKA Pada saat diskusi kelompok siswa menjadi mudah dalam menyelesaikan masalah, siswa belajar dan membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan kerja sama setiap siswa dalam kelompoknya utuk menjawab soal. Sehingga siswa mampu membuat kesimpulan dari informasiinformasi yang diperoleh berdasarkan aktivitas yang sudah dilakukan. Hal ini sejalan dengan Calfee et al (Jacob dkk, 2010) mengungkapkan bahwa pentingnya diskusi dalam pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi, siswa diharapkan dapat memperluas pengetahuan dengan cara mengerjakan soalsoal yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari tetapi dalam situasi baru atau konteks yang berbeda secara berkelompok. Selain itu, menurut Jacob (Putra, 2013:6) mengungkapkan bahwa model pembelajaran CORE adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme. Dengan kata lain, model CORE merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada materi kubus dan balok kelas VIII-B di SMP NEGERI 2 KARAWANG TIMUR. Ini berarti bahwa model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Kemudian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) setelah siswa mengerjakan postest siswa diberikan angket lalu siswa mengerjakan dengan mandiri, angket yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua buah kelompok pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Indikator angket terdiri dari tujuh indikator, yaitu menunjukan minat terhadap pelajaran matematika, Menunjukan persepsi terhadap pelajaran matematika, menunjukan manfaat mengikuti pembelajaran matematika dengan model CORE, menunjukan persepsi terhadap penggunaan model CORE, menunjukan persepsi terhadap soal yang diberikan, menunjukan persepsi terhadap guru, serta menunjukan persepsi terhadap cara guru mengajar dengan model pembelajaran CORE. Untuk mengetahui repon tersebut digunakan skala Likert. Setiap pernyataan dalam angket yang digunakan sesuai dengan skala Likert yang terdiri dari dua buah kelompok pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif, setiap pernyatan dalam angket ini memiliki 5 alternatif jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Skor dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor setiap pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Kemudian data dipersentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan persentase yaitu (Lestari & Yudhanegara, 2015: 335). Keterangan : persentase jawaban, frekuensi jawaban, banyak responden, kemudian berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase rata-rata jawaban siswa secara keseluruhan sebesar 54,7%. Hal ini menunjukan, bahwa persentase rata-rata respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) sebesar 54,7%. Artinya, bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif dalam kegiatan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Item Pernyataan 1 Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Angket SS S N TS STS 5 30 8 3 0 10,9% 65,2% 17,4% 6,5% 0% 523 Jumlah Responden Persentse Rata-Rata 46 47,2%

524 Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis... 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 2 3 30 9 4,4% 4,4% 6,5% 65,2% 19,5% 8 28 10 0 0 17,4% 60,9% 21,7% 0% 0% 4 28 14 0 0 8,7% 60,9% 30,4% 0% 0% 16 26 0 4 0 34,8% 56,5% 0% 8,7% 0% 18 26 2 0 0 39,1%% 56,5% 4,4% 0% 0% 0 0 16 28 2 0% 0% 34,8% 60,9% 4,3% 6 36 4 0 0 13% 78,3% 8,7% 0% 0% 0 1 12 31 2 0% 2,2% 26,1% 67,4% 4,3% 1 40 5 0 0 2,2% 86,9% 10,9% 0% 0% 5 29 10 2 0 10,9% 63% 21,7% 4,4% 0% 0 1 2 40 3 0% 2,2% 4,3% 87% 6,5% 2 32 12 0 0 4,3% 69,6% 26,1% 0% 0% 2 29 15 0 0 4,4% 63% 32,6% 0% 0% 6 36 4 0 0 13% 78,3% 8,7% 0% 0% 2 1 10 30 3 4,4% 2,2% 21,7% 65,2% 6,5% 9 30 7 0 0 19,6% 65,2% 15,2% 0% 0% 10 35 0 1 0 21,7% 76,1% 0% 2,2% 0% 46 47,2% 46 44,8% 46 47,1% 46 44,8% 46 47,4% 46 49,3% 46 63,7% 46 52,5% 46 76,8% 46 45,8% 46 76,3% 46 55,4% 46 50,6% 46 63,7% 46 47,9% 46 48,7% 46 62,7% 0 0 1 10 35 0% 0% 2,2% 21,7% 76,1% 46 62,7% 10 34 2 0 0 21,7% 74% 4,3% 0% 0% 46 59,5% Persentse Rata-Rata Secara Keseluruhan 54,7%

TIARA ADIE ARYATI, TIKA SANTIKA DAN HENDRA KARTIKA 5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karawang Timur tentang pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa dengan pokok bahasan kubus dan balok pada kelas VIII dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. b. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) pada pokok bahasan kubus dan balok yaitu positif, sehingga dapat diartikan hampir setengahnya siswa merespon baik dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending). Referensi [1] Fauzi, M. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. [2] Jacob, C. (2005). Pengembangan Model CORE dalam Pembelajaran Logika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching bagi Siswa SMA Negeri 9 Bandung dan SMA Negeri 1 Lembang. Bandung: Laporan Piloting FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan [3] Justicia, M. (2010). Penerapan Model CORE Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Keterampilan Metakognisi Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Logis. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. [4] Kusmanto, H., dan Marliyana, I. (2014). Pengaruh Pemahaman Matematika Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Kasokandel Kabupaten Majalengka. EduMa, 3(2), 61-75. [5] Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M.R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama. [6] NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia di www.nctm.org. [12 September 2016]. [7] Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. [8] Sumarmo, U. (2014). Kumpulan Makalah: Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. [9] Sundayana, R. (2015). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta. [10] Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. [11] Trihandayani, I. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing Prompting dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan. [12] Wojowasito. (1980). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris. Bandung: HASTA. 525