TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti 1509 100 010 Dosen Pembimbing: Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si, M.Si
kandungan nutrisi jamur tiram - 128 kalori - protein 16 gram - lemak 0,9 gram - karbohidrat 64,6 mg - kalsium 51 mg - zat besi 6,7 mg - vitamin B 0,1 mg Chang dan Miles (1989) dalam Dewi (2009), Nutrisi yang diperlukan oleh jamur tiram : - karbohidrat (selulosa, hemiselulosa dan lignin) - protein (urea) - lemak - mineral (CaCO 3 dan CaSO 4 ) - vitamin Adinata dan Hendritomo (2002)
Kayu sengon mengandung - Selulosa (49,40%) - Hemiselulosa (24,59%) - Lignin (26,8%), - Abu (0,60%) - Silika (0,20) (Martawijaya, et al., 1989). sabut kelapa tua mengandung - Lignin (45,8%) - Selulosa (43,4%) - Hemiselulosa (10,25%) - Pektin (3,0%) Thampan (1981) dalam Rohyana (2002) Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur lingzhi (Ganoderma lucidum Leyss.Fr.) yang merupakan salah satu jenis jamur kayu. (Mayawati, et al., 2010),
Perumusan Masalah 1) Apakah sabut kelapa kering (Cocos nucifera) dapat menjadi media pertumbuhan jamur tiram putih? 2) Berapakah jumlah sabut kelapa kering (Cocos nucifera) yang paling efektif untuk pertumbuhan jamur tiram putih?
Batasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah perhitungan berat basah jamur tiram putih hanya dilakukan pada panen ke-1, serta sabut kelapa yang digunakan berasal dari kelapa tua.
Tujuan 1. Mengetahui apakah sabut kelapa kering (Cocos nucifera) dapat menjadi media pertumbuhan jamur tiram putih. 2. Mengetahui berapa jumlah sabut kelapa kering (Cocos nucifera) yang paling efektif untuk pertumbuhan jamur tiram putih.
Manfaat Memberi informasi kepada masyarakat bahwa sabut kelapa kering dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk pertumbuhan jamur.
Langkah kerja Pembuatan F0 Pembuatan F1 Pembuatan F2 Pembuatan F3 Perbesaran badan buah jamur tiram Panen jamur tiram
Parameter pengamatan 1) Kecepatan tumbuh miselium (cm/hari) 2) Jumlah berat basah pada panen pertama 3) Umur panen (hsi) 4) Organoleptik
Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pemberian sabut kelapa kering dengan 6 taraf perlakuan, dan 4 kali pengulangan pada pembuatan F1, F2, dan F3. Perlakuan Ulangan Rata-rata 1 2 3 4 B0 B0 1 B0 2 B0 3 B0 4 B1 B1 1 B1 2 B1 3 B1 4 B2 B2 1 B2 2 B2 3 B2 4 B3 B3 1 B3 2 B3 3 B3 4 B4 B4 1 B4 2 B4 3 B4 4 B5 B5 1 B5 2 B5 3 B5 4 Jumlah
Analisis data Analisis data pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) menggunakan software minitab 16 analisis varian (ANOVA) General linear model dengan taraf kepercayaan 95%, apabila terdapat perbedaan yang signifikan, dilanjutkan dengan uji Tukey.
Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan miselium jamur pada kultur F0 (Potatoes dextrose agar) Miselium tumbuh dari titik awal inokulum jamur diletakkan, memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang tampak kompak menyebar secara linier pada seluruh permukaan medium PDA. Miselium yang tumbuh menyebar penuh pada medium PDA terjadi selama 15 hari dihitung dari hari pertama inokulasi
Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan miselium jamur pada kultur F1 B5 = 9.75 B4= 8.475
Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan miselium jamur pada kultur F2 B0 = B2 = 9.875 B4 = 7.925
Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan miselium jamur pada kultur F3 B5 = 16.75 B2 = 11.87
Hasil dan Pembahasan Rata-rata berat panen jamur tiram putih pada berbagai perlakuan (gram)
Hasil dan Pembahasan Rata-rata umur panen jamur tiram putih pada berbagai perlakuan (hsi)
Hasil dan Pembahasan Uji organoleptik jamur tiram putih
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemberian campuran serbuk kayu sengon dan sabut kelapa sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih dapat dilakukan. Pada F1, hasil terbaik terdapat pada kadar sabut kelapa 50% sebesar 9,75 cm dalam waktu inkubasi 24 hari. Pada F2, hasil terbaik terdapat pada perlakuan 20% sabut kelapa dengan hasil 9,875 cm dengan waktu inkubasi 18 hari. Pada F3, pertumbuhan miselium terbaik terdapat pada perlakuan 50% sabut kelapa 16,75 dalam waktu inkubasi 30 hari. Pada umur panen, hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan 50% sabut kelapa dengan umur 70,25 hari. Hasil berat panen terbaik ditunjukkan pada perlakuan 50% sabut kelapa dengan berat panen 128,75 gram pada panen pertama.
KESIMPULAN DAN SARAN Saran Diperlukan analisis spesifik tentang kandungan nutrisi yang terdapat pada hasil panen pada tiap-tiap perlakuan media campuran serbuk kayu Sengon dan sabut Kelapa. Analisis zat-zat kimia yang terdapat pada media juga diperlukan analisis yang lebih dalam agar dapat memastikan faktor tersebut mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram. Mengetahui teknik sterilisasi dan perlakuan dalam pemberantasan hama dan penyakit pada proses pertumbuhan jamur tiram juga sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan jamur tiram hingga masa panen.
TERIMA KASIH
Pembuatan F0 Chorampenicol ditimbang sebanyak 0,25 gram dan serbuk PDA sebanyak 20 gram Dilarutkan dengan 500 ml akuades dan dipanaskan diatas magnetic stirrer hingga mendidih Media PDA dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml. Di inokulasi dan di inkubasi 28 o C Pemilihan induk jamur yang baik Media PDA didinginkan dalam posisi miring Disterilisasi di dalam autoclave selama 20 menit dengan suhu 121 o C tekanan 15psi..
Pembuatan F1 B0 : sengon 100% B1 : sengon 90% + sabut kelapa 10% B2 : sengon 80% + sabut kelapa 20% B3 : sengon 70% + sabut kelapa 30% B4 : sengon 60% + sabut kelapa 40% B5: sengon 50% + sabut kelapa 50% Perlakuan sabut kelapa kering Ditambah bekatul 600 gram, tepung jagung 200 gram, kapur 200 gram, air gula 300 ml Di inokulasi dari kultur F0, dan di inkubasi pada suhu ruang selama 2-4 minggu dimasukkan ke dalam botol berleher pendek sebanyak 2/3 bagian dan di autoclave suhu 121 o C, tekanan 15 psi selama 20 menit, Di dinginkan 6-12 jam Ditambah air 45%-60% dan diatur ph 6,8-7
Pembuatan F2 B0 : sengon 100% B1 : sengon 90% + sabut kelapa 10% B2 : sengon 80% + sabut kelapa 20% B3 : sengon 70% + sabut kelapa 30% B4 : sengon 60% + sabut kelapa 40% B5: sengon 50% + sabut kelapa 50% Ditambah bekatul 600 gram, tepung jagung 200 gram, kapur 200 gram, air gula 300 ml Di inokulasi dari kultur F1, dan di inkubasi pada suhu ruang selama 2-4 minggu dimasukkan ke dalam botol berleher pendek sebanyak 2/3 bagian dan di autoclave suhu 121 o C, tekanan 15 psi selama 20 menit, Di dinginkan 6-12 jam Ditambah air 45%-60% dan diatur ph 6,8-7
Pembuatan F3 B0 : sengon 100% B1 : sengon 90% + sabut kelapa 10% B2 : sengon 80% + sabut kelapa 20% B3 : sengon 70% + sabut kelapa 30% B4 : sengon 60% + sabut kelapa 40% B5: sengon 50% + sabut kelapa 50% Ditambah bekatul 600 gram, tepung jagung 200 gram, kapur 200 gram, air gula 300 ml Pemadatan dan penutupan baglog Pengomposan 1 hari Ditambah air 45%-60% dan diatur ph 6,8-7
Pembuatan F3 Serilisasi 8 jam Pendinginan 48 jam Di inokulasi dari kultur F2, dan di inkubasi pada suhu 25 o -28 o C, kelembaban 80-90% selama 40-60 hari
Perbesaran badan buah Diatur pada suhu 16-28 o C dengan kelembaban antara 80-90%. dipindahkan pada rumah kumbung Badan buah akan muncul 7 hari setelah tutup baglog dibuka. Badan buah siap dipanen setelah 5-6 hari setelah primordium muncul Setelah miselium hampir memenuhi seluruh permukaan baglog, sumbat pada cincin paralon dibuka
Panen jamur tiram 1) Ukurannya sudah cukup besar sekitar 5-10 cm 2) Sisi tudung buah jamur bergerigi 3) Mencabut seluruh rumpun jamur yang ada 4) Dibersihkan, bagian bawah batang dipotong. 5) Setelah panen ke-1, ditimbang berat basah jamur tiram pada baglog tiap perlakuan