TINJAUAN PUSTAKA. akan terjadi perbedaan sistem perakaran kelapa sawit. Pada umumnya akar

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani kelapa sawit adalah divisio Spermatophyta, dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA. divisi Spermatophyta dengan subdivisi Angiospermae dengan kelas

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Konservasi Tanah dan Air

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan bagian generatif. yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan,

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

BAB II LANDASAN TEORI

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Distribusi akar kelapa sawit tergantung pada kondisi tanah, oleh karena itu akan terjadi perbedaan sistem perakaran kelapa sawit. Pada umumnya akar tumbuh kebawah menuju air tanahnya tinggi (stabil) dengan tanah dengan permukaan air tanah dalam (rendah). Tekstur tanah dan aerasi ternyata mempengaruhi formasi akar. Pertumbuhan akar akan lebih baik pada tekstur dan aerasi tanah yang baik. Kultur teknis juga berpengaruh pada distribusi akar, terutama pada akar absorbs yaitu akar tersier dan kuartier. Akar tersier dan kuarter akan tumbuh menuju sumber nutrisi dan air, seperti tempat dekomposisi dari daun ataupun pelepah yang diletakkan antar barisan tanaman setelah pemanenan. Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh perakaran yang berkompetisi antar tanaman.akar penyerap banyak ditemukan melingkar 3-4 meter dari tanaman, dimana tipe penutup tanah ditanam tidak pada piringan tanaman. Metode piringan akan menimbulkan efek distribusi akar (Turner and Gillbanks, 2003). Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal.sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping/horizontal (Sastrosayono, 2003). Pada beberapa awal tahun pertumbuhan tanaman batang ditutup dengan dasar dari pelepah daun, sehingga diameter batang terlihat lebih besar.diameter

batang 45-60 cm, tapi pada dasar semakin melebar. Dasar pelepah akan rontok setelah 11 tahun. Batang tunggal, dengan tajuk daun dan bunga tumbuh dari satu meristem yang berlokasi di dasar dari ujung batang. Ujung batang jika rusak maka kelapa sawit akan mati. Pertumbuhan meninggi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh (Turner and Gillbanks, 2003). Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak berkambium dan tidak bercabang.batang berbentuk silinder dengan diameter 20 75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena tertutup pelepah daun.tinggi batang bertambah 25 45 cm per tahun hingga dapat mencapai ketinggian 24 meter. Pertumbuhan batang tergantung jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi dkk., 2002). Daun dewasa terdiri dari pelepah, anak daun.batang dan panjang daun tergantung pada genetis dan menjadi dasar pelepah. Panjang batang daun sangat tergantung tempat tumbuh, tapi bias mencapai 9 m. Daun Pinnae terdiri dari 250-400 yang terdiri dari dua deret di dua sisi rachis. Panjang daun 1,2 m. Daun muda membuka saat tumbuh, tapi tertutup di tengah tajuk (daun tombak). Dalam kondisi kering akan ada lebih dari satu daun tombak, tapi jika kondisi normal kembali, daun akan segera membuka (Turner and Gillbanks, 2003). Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar.pada pangkal pelepah daun terdapat duri duri atau bulu bulu halus sampai kasar.panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara 120 160 pasang (Sastrosayono, 2003).

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoecious.karena itu, bunga jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon.bunga sawit muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada kondisi tanaman.inflorescen awal terbentuk selama 2 3 bulan, lalu pertumbuhan salah satu organ reproduktifnya terhenti dan hanya satu jenis bunga yang dihasilkan dalam satu infloresen.namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat berkembang bersama sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit (Lubis dan Agus, 2011). Buah matang setelah 5,5 bulan dari penyerbukan. Musim kering yang panjang, bisa menjadikan proses kematangan lebih lama. Jumlah buah dalam tandan berkisar 1600 buah.ukuran buah bervariasi tergantung pada letak buah, panjang buah berkisar 5 cm dengan berat 30 gram (Turner and Gillbanks, 2003). Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah.minyak dihasilkan oleh buah.kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya (Fauzi dkk., 2002). Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah

kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO (Hadi, 2004). Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil. Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati,2009) Syarat Tumbuh Iklim Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit.kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara selatan 12 derajat pada ketinggian 0 500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin (Fauzi dkk., 2002).

Dari hasil penelaahan faktor faktor iklim di daerah daerah yang dianggap paling ideal untuk usaha tani kelapa sawit, yaitu daerah daerah yang terbukti mempunyai produktivitas tinggi, seperti daerah Deli di Sumatera dan di Malaysia, Hartley (68) menyusun syarat syarat iklim yang optimal sebagai berikut : (a) Curah hujan sekitar 2000 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. (b) Rata rata suhu maksimum antara 29 32 0 C dan rata rata suhu minimum antara 22 24 0 C. (c) Penyinaran yang konstan dengan masa penyinaran (fotoperiodisitas) sekurang kurangnya 5 jam/hari untuk seluruh bulan dalam setahun, dan beberapa bulan di antaranya dengan fotoperiodisitas sampai 7 jam/hari. (Mangoensoekarjo dan Haryono, 2003). Sebagai tanaman asli daerah tropis, kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila dibudidayakan di daerah yang beriklim tropis (kecuali jika sudah ditemukan varietas baru yang sesuai untuk iklim nontropis). Oleh karena itu, perkebunan kelapa sawit berkembang pesat pada kawasan yang terletak pada 10 0 LU 10 0 LS karena iklim pada kawasan tersebut tidak jauh berbeda dengan iklim tropis. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2500 3000 mm per tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun, tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Kelapa sawit membutuhkan minimal 1800 jam penyinaran per tahun atau rata rata 4,5 jam per hari. Lama penyinaran matahari yang optimal untuk kelapa sawit adalah sekitar 2200 jam per tahun atau 6 7 jam per hari. Suhu optimal rata rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27 0 32 0 C. Kelapa sawit akan tumbuh optimal pada kelembapan udara 80 90% (Hadi, 2004).

Dalam praktek, minimal ada 3 unsur iklim yang penting diperhatikan, yaitu : Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang ideal berkisar 2000 3500 mm/th yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan (Paramananthan, 2003). Suhu rata rata tahunan untuk petumbuhan dan produksi sawit berkisar antara 24 29 0 C, dengan produksi terbaik antara 25 27 0 C. Kelapa sawit memerlukan lama penyinaran antara 5 dan 12 jam/hari (Syakirdkk., 2010). Tanah Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan aluvial. Tanah gambut dapat juga ditanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu diperhatikan untuk budidaya kelapa sawit sebagai berikut.tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dengan baik di tanah yang bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, dan tanah gambut;memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, dan berstruktur kuat. PH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 6,0 dan ber ph optimum 5,0 5,5 (Sunarko, 2007). Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut.potensi pengembangan kelapa sawit di lahan gambut (organik) relatif baik.pasalnya, luas lahan gambut sangat melimpah di Kalimantan dan Papua (17 27 juta hektar).selain tanah gambut, jenis tanah yang potensial untuk pengembangan sawit adalah tanah sulfat asam (pasang surut) dengan luasan di Indonesia mencapai 2 juta hektar (Lubis dan Agus, 2011).

Pada prinsipnya kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi di hampir semua jenis tanah, mulai dari tanah andosol, latosol, podsolik, regosol (pasir), hingga tanah organosol (gambut). Namun sebagai acuan, tanah perkebunan kelapa sawit hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut: keasaman tanah (ph) 5,0 6,5, kemiringan lahan 0 15 0, solum 80 cm, ketinggian lahan 0 400 m di atas permukaan air laut, kedalaman air tanah 80 150 cm dari permukaan, drainase baik, kesuburan kimiawi cukup (diketahui dari hasil analisa tanah) (Hadi, 2004). Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit Kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit pada dasarnya berbeda dalam setiap fase pertumbuhannya. Pada fase awal pembibitan (pre-nursery), rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk penyiraman rutin setiap hari sekitar 0,2-0,3 liter per bibit, sedangkan untuk main nursery diperlukan sekitar 8 mm/hari atau sekitar 2-3 liter per bibit, namun untuk sistem irigasi yang biasanya dipergunakan pada pembibitan pada umumnya tingkat penyiraman air dibuat rata-rata 10 mm/hari (Turner and Gillbanks, 2003). Suplai air untuk tanaman kelapa sawit dewasa di lapangan berasal dari curah hujan yang diterima dan ketersediaan air di tanah. Menurut Corley (2003), curah hujan merupakan salah satu dari beberapa syarat minimum iklim yang harus dipenuhi agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik yaitu curah hujan antara 2000-2500 mm yang terdistribusi secara merata. Menurut Turner and Gillbanks (2003), curah hujan tahunan 2000 mm yang terdistribusi merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering berkepanjangan merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Ketersediaan air untuk tanaman juga dipengaruhi oleh kondisi fisik

tanah, dalam hal ini pada kapasitas tanah menahan air (water holding capacity). Untuk jenis tanah berpasir dengan kapasitas penahanan air (WHC) yang rendah,air yang terserap pada partikel-partikel tanah lebih sedikit dibanding tanah dengan WHC yang lebih tinggi seperti liat.selain itu ketersediaan bahan organik juga berperan dalam kemampuan tanah menahan air. Berdasarkan penelitian Harahap dan Darmosarkoro (1999), yang melakukan pendugaan kebutuhan air untuk pertumbuhan kelapa sawit, diketahui bahwa kebutuhan air untuk pertumbuhan kelapa sawit di lapang berkisar antara 4-4,65 mm/hari atau sekitar 120-140 mm/bulan dan mengemukakan bahwa kelapa sawit memerlukan air berkisar 1.500-1.700 mm setara curah hujan per tahun untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produksinya, dibanding tanaman keras atau perkebunan lainnya kelapa sawit memang termasuk tanaman yang memerlukan ketersediaan air relatif banyak. Curah Hujan dan Hari Hujan Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1500 4000 mm pertahun, sehingga kelapa sawit akan berbuah lebih banyak di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Dari hasil beberapa penelitian hal ini terbukti dimana jumlah pelepah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang ditanam di Papua lebih banyak dibandingkan dengan yang ditanam didaerah Sumatera.Di Papua kelapa sawit dapat menghasilkan 28 30 pelepah pertahun sedangkan di Sumatera hanya menghasilkan 26 28 pelepah setiap tahunnya.dampak musim hujan ekstrim terhadap kelapa sawit diantaranya terbentuk bunga betina lebih banyak sehingga berakibat positif terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Namun bila musim hujan ekstrim utamanya kalau hujan yang turun banyak pada siang hari

maka akan mengurangi penyinaran efektif (effective sunshine), sehingga berakibat negatif terhadap produksi karena fotosintesis terganggu. Curah hujan ekstrim dengan intensitas yang terlalu tinggi juga diperkirakan mengakibatkan gangguan dan cekaman terhadap perkembangan bunga bunga kelapa sawit. Curah hujan ekstrim yang terlalu tinggi (> 3000 mm/th, > 450 mm/bln, ataupun > 150 mm/10 hari) akan cukup memenuhi kebutuhan air tanaman kelapa sawit, bahkan berlebih sehingga dapat berimplikasi positif bagi tanaman. Namun kelebihan air dapat mengakibatkanpencucian hara, penggenangan, dan penggangguan kegiatan pengelolaan kebun lainnya.selain mengakibatkan pencucian hara yang ada, tidak terdapat jadwal kegiatan pemupukan maka harus ditunda karena curah hujan ekstrim yang terlalu tinggi. (Margono, 2010). Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari 5000 mm pertahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik (Sastrosayono, 2003). Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari

sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007). Hasil penelitian Widodo (2011), menemukan bahwa perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit berdampak nyata terhadap lingkungan, diantaranya adalah semakin berkurangnya ketersediaan air, dimana tanaman kelapa sawit secara ekologis merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, yaitu sekitar 4,10 4,65 mm per hari. Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tandan buah segar (TBS) per hektar suatu kebun tergantung dari komposisi umur tanaman yang ada dikebun tersebut semakin luas dan komposisi tanaman remaja dan tua semakin rendah produktivitas per hektarnya. Semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini setiap tahun berupa sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektarnya per tahun. Kelapa sawit umur ekonominya 25 tahun, setelah umur 26 tahun sebaiknya diremajakan kembali karena pohon sudah tua dan terlalu tinggi atau lebih dari 13 meter sehingga menyulitkan untuk dipanen (Manurung, 2009). Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula

produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3 7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua sampai saat menjelang peremajaan (replanting) (Pahan, 2008). Dalam penelitiannya mengatakan bahwa umur tanaman mempengaruhi kualitas rendemen TBS, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap harga TBS. Kualitas rendemen TBS dikatakan tinggi ketika tanaman berumur pada selang waktu 7 hingga 22 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih tinggi. Tetapi kualitas rendemen TBS masih rendah pada selang umur tanaman 3 sampai 6 tahun dan 23 sampai 25 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih rendah.( Drajat 2004) Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan informasi dari pihak manajemen kebun, tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan di atas 2000 mm per tahun. Tetapi curah hujan yang optimal berada pada kisaran 2000 4000 mm per tahun dengan jumlah hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun (Setyamidjaja, 2006). Pembagian curah hujan yang tidak merata dalam satu tahunnya memiliki pengaruh yang kurang baik, karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif. Pertumbuhan generatif yang kurang dominan ini mengakibatkan proses

penyerbukan pada bunga yang merupakan cikal bakal buah yang akan terbentuk relatif lebih sedikit. Di sisi lain bila curah hujan yang terlalu tinggi (lebih dari 5000 mm) akan menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi penyelenggara kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman dan yang terutama kelancaran transportasi. Sedangkan keadaan curah hujan yang kurang dari 2000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan kelapa sawit. Hal yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air (http://library.binus.ac.id, 2012). Berdasarkan penelitian Pasaribu dkk. (2012) di perkebunan kelapa sawit di PPKS Sub Unit Kalianta Kabun Riau, besar kecilnya curah hujan sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi setiap bulannya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah).hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun. Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan

mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2 3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5 11 % pada tahun berjalan, 14 55 % pada tahun 1983, dan 4 30 % pada tahun 1984.(Lubis, 1992). Gambaran Umum Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapasawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produkhilir karet. Visi PT. Perkebunan Nusantara III menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerjaprimadanmelaksanakantatakelolabisnisterbaik. Posisi Lintang dan Bujur Kebun : Secara Geografis Kebun Huta Padang berada pada 02º 53" 5" LU dan 99º 25" 8" BT dengan tingkat ketinggian ± 123 meter dari permukaan laut, Batas-Batas Administratif Kebun : - Sebelah Utara dengan Kebun Sei Silau (PTPN-III) - Sebelah Selatan dengan Kebun Ambalutu (PTPN-III) - Sebelah Timur dengan Kebun Ambalutu/ Sei Silau (PTPN-III)

Lokasi dan Letak Geografis : Kebun Huta Padang terletak pada 2 (dua) Desa dan dua Kecamatan yaitu Desa Karya Ambalutu Kecamatan Buntu Pane (Afdeling I dan III) serta Sei Nadoras Kecamatan Bandar Pasir mandoge (Afdeling II,IV,V,VI dan VII) yang keseluruhannya termasuk wilayah Kabupaten Asahan. Jarak Tempuh dari Pusat Pemerintahan Buntu Pane ± 22 Km dan dari Pemerintahan Kecamatan Bandar Pasir Mandoge ± 45 Km. Luas areal kebun Kebun Huta Padang terdiri dari 7 (tujuh) Afdeling dan dibagi menjadi 2 (dua) wilayah kerja yaitu Rayon A dan Rayon B, dengan pembagian Afdeling : Rayon A terdiri dari Afdeling I,II,III dan V, Rayon B terdiri dari Afdeling IV, VI dan VII. Luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 4.790,22 Ha, dengan sertifikat HGU SK No : 09/HGU/BPN/2005 tanggal berakhir 29-06-2040. Tahun Tanam Kebun Huta Padang memiliki 14 Tahun tanam. Yaitu pada tahun 1993, 1995, 1997, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tanaman belum menghasilkan pada tahun 2012.