BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting baik dikalangan kedokteran maupun kalangan politisi pengambil. keputusan, pemimpin agama dan masyarakat dunia pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah untuk menampung orang-orang yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) menjadi agenda penting baik dikalangan kedokteran maupun dikalangan politisi pengambil keputusan, pemimpin agama dan masyarakat dunia pada umumnya (Djoerban, 2000). Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah menjadi salah satu penyebab utama pandemik yang mengkuatirkan dan menjadi sebuah isu yang besar dalam sejarah. Selain menjadi masalah kesehatan yang besar, HIV tekah mengancam tatanan ekonomi dan sosial dibanyak komunitas (SDKI, 2012). Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV (Djoerban, 2000). Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit terutama dengan merusak sisitem kekebalan tubuh. Virus ini dapat menginfeksi sel sel manusia dengan target utamanya adalah limfosit CD4 dimana limfosit CD4 ini bertanggungjawab untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang lain, bakteri, jamur dan parasit dan juga beberapa jenis kanker (Gallant, 2010). Menurut data UNAIDS sampai dengan tahun 2012 terdapat 35.300.000 orang yang hidup dengan HIV di dunia, dimana remaja dan orang muda yang berusia 10-24

tahun berjumlah 5.400.000 orang. Diperkirakan remaja dan orang muda yang baru terinfeksi sampai dengan tahun 2012 bekisar 780.000 orang (UNAIDS, 2013). Di Indonesia semakin banyak ditemukan kasus HIV AIDS. Hasil laporan Ditjen PPM & PL Kemenkes RI menyatakan jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Maret 2014 sebanyak 134.053 kasus. Persentase HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (72,3%) diikuti kelompok umur 20-24 tahun (15%) dan kelompok 50 tahun (5,8%) dimana rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor resiko HIV tertinggi adalah hubungan sex beresiko pada heteroseksual (55,6%), pengguna jarum suntik tidak steril pada penasun (7%) dan lelaki sex lelaki LSL (14,7%). Jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2014 sebanyak 54.231 orang (KPA, 2014). Kasus HIV/AIDS menyebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh Provinsi di Indonesia. Kasus HIV tertinggi terdapat di DKI Jakarta,diikuti oleh Jawa Timur, Papua, Jawa Barat dan Bali, sedangkan kasus AIDS tertinggi terdapat di Papua, diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Barat dan Bali (KPA, 2014). Menurut Kadis Kesehatan Sumut, pertambahan kasus baru di Sumut cukup tinggi. Setiap bulan, setidaknya ada 100-120 kasus baru yang ditemukan. Banyaknya temuan ini karena sudah banyak klinik Voluntary Conseling and Testing (VCT) yang dapat melayani masyarakat untuk konseling dan memeriksakan diri (Harian analisa, 2014). Data di Profil Sumut pada tahun 2012 menunjukkan Kota Medan sebagai kota tertinggi pertama penderita baru HIV AIDS yaitu 506 orang dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Karo yaitu 347 orang (Profil Sumut, 2012). Jumlah kumulatif HIV

di Sumatera Utara sampai dengan Maret 2014 mencapai 8316 orang dan AIDS 1468 orang (KPA, 2014). Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) adalah sebutan bagi mereka yang secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. Belum adanya obat untuk menyembuhkan mereka menjadi suatu ketakutan akan ancaman kematian. Reed dalam Taylor (1999) dalam Tuapattinaja (2004) menyatakan bahwa menghadapi kemungkinan meninggal merupakan stressor utama bagi ODHA yang menimbulkan depresi dan reaksi mengisolasi diri dari orang lain. Obat ARV (Anti Retro Viral) yang tersedia hanya untuk menghambat reproduksi virus HIV. Selain ketiadaan obat yang dapat menyembuhkan mereka, stigma dan diskriminasi di lingkungan masyarakat juga memperberat keadaan mereka. Masih banyak ODHA yang mengalami stigma dari lingkungannya sehingga merahasiakan status HIV mereka dari keluarga dan lingkungannya (Haroen dkk, 2009). Perlakuan negatif dan pembatasan-pembatasan kesempatan mulai dari pergaulan sosial, kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan, pelayanan kesehatan, bepergian dan lain-lain dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan ODHA. Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya (Djoerban, 2000). Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar (2012) di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dimana terdapat pengaruh stigma kesopanan (tindakan) terhadap penerimaan masyarakat pada ODHA. Masyarakat Desa Buntu Bedimbar

masih ada yang beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang harus mendapatkan hukuman sosial sehingga harus dikeluarkan atau diusir dalam kehidupan masyarakat. Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA, atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka, atau keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup dengan HIV/AIDS. Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak, atau bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi meneruskan praktek seksual yang tidak aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka (Yusnita, 2012). Pada tahun 2006 Kepengurusan Pusat GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) yang disebut Moderamen yang ada di Kabupaten Karo membentuk komisi HIV/AIDS dan NAPZA. Komisi ini dibentuk atas kepedulian tentang masalah HIV/AIDS yang

ada di Tanah Karo. Kegiatan yang dilakukan masih sebatas sosialisasi HIV/AIDS. Pada tahun 2009 kegiatan komisi ini semakin bertambah yaitu adanya kegiatan pendampingan ODHA dan kerjasama dengan RS Pusat Haji Adam Malik Medan. Pada bulan November 2011, Komisi HIV/AIDS dan NAPZA GBKP memberanikan diri mengontrak satu rumah di belakang Rumah Sakit Adam Malik untuk dijadikan sebagai rumah singgah. Adapun tujuan awal dari rumah singgah ini adalah untuk membantu ODHA dan keluarganya agar tidak perlu khawatir akan tempat tinggal sementara setelah opname di rumah sakit. Pada umumnya mereka yang baru menerima ARV akan banyak mengalami efek samping, oleh karena itu, mereka harus tetap tinggal di sekitar Rumah Sakit Adam Malik untuk dapat berkonsultasi dengan dokter kapan saja (Moderamen GBKP, 2014). Adapun yang menjadi prioritas pelayanan dalam program Komisi HIV/AIDS dan NAPZA GBKP yaitu kegiatan pencegahan meliputi sosialisasi, edukasi dan advokasi, kegiatan membantu/meringankan beban para ODHA/OHIDA dengan mendirikan rumah singgah bagi ODHA. Kegiatan di Rumah Singgah Moderamen GBKP meliputi Pastoral Counseling kepada ODHA dan OHIDA, pendampingan dan kunjungan dokter setiap hari sabtu serta kegiatan rutin memberikan kebutuhan beras, susu, vitamin dan obat-obatan tambahan diluar ARV. Sampai dengan akhir Juli 2013, ada 18 orang yang tinggal di Rumah Singgah Moderamen GBKP terdiri dari 11 orang laki-laki, 5 orang perempuan dan 2 orang anak kecil (Barus, 2013). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, diketahui Rumah singgah Moderamen GBKP sudah 2x pindah, yang pertama disebabkan jumlah ODHA yang

terus bertambah membuat Rumah Singgah Moderamen GBKP yang ada di Jalan Petunia Raya Perumahan BS No 36 Medan tidak memadai lagi dalam menampung ODHA sehingga berpindah ke rumah yang lebih besar yang ada di Jalan Bunga Law Gang Bunga Law No 1 Medan. Alasan kedua perpindahan Rumah Singgah dari Jalan Bunga Law ke Berastagi adalah penduduk sekitar Rumah Singgah Moderamen GBKP tersebut menolak keberadaan ODHA di daerah mereka, hal ini terkait dengan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Padahal Rumah Singgah tersebut sangat membantu mereka dalam akses ke Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik, informasi seputar HIV AIDS, pendampingan saat berobat ke Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik dan layanan konseling spiritual yang dapat memotivasi mereka untuk tetap semangat dalam menjalani pengobatan. Mereka merasa nyaman dan mendapat dukungan materil maupun spiritual disana. Ada kehidupan saling menguatkan dan saling mendukung sesama ODHA, mereka saling mengingatkan dalam kedisiplinan minum obat dan hidup sehat. Perpindahan rumah singgah ini membuat ODHA yang ada di rumah singgah ini mengalami masalah baru, tempat yang jauh membuat mereka kesulitan mengakses RSP H. Adam Malik, hingga beberapa ODHA memutuskan untuk tidak ikut pindah ke Berastagi dan kembali kerumah masing- masing. Dari cerita seorang ODHA yang awalnya tinggal dirumah singgah tersebut menyatakan kekecewaannya ketika rumah singgah yang ada di Jalan Bunga Law ditutup dan memutuskan kembali ke kampungnya, ia sekarang mengalami kesulitan mengakses obat, dan merasa kehilangan teman-teman yang selama ini saling mengingatkan minum obat dan

mendukung kesehatannya. Dari seorang kerabat yang mengenalnya, peneliti mendapat kabar kalau kondisinya semakin menurun setelah keluar dari rumah singgah tersebut. Meskipun demikian, ada 10 orang yang memutuskan untuk tetap memilih pindah ke Rumah Singgah Moderamen GBKP yang ada di Berastagi. Mereka menyatakan kalau Rumah Singgah tersebut adalah tempat yang bisa menerima keberadaan mereka ketika mereka ditolak oleh keluarga dan sangat terbantu dalam pemenuhan kebutuhan makanan, nutrisi dan obat obatan. ODHA yang ada di Rumah Singgah Moderamen GBKP ini telah kehilangan pekerjaan, sehingga mereka sangat membutuhkan Rumah Singgah Moderamen GBKP tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Bagaimana perilaku Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), stigma dan diskriminasi di Rumah Singgah Moderamen GBKP Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), stigma dan diskriminasi di Rumah Singgah Moderamen GBKP Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan, sebagai bahan masukan dalam pengembangan program kesehatan akan perlunya rumah singgah bagi ODHA untuk tempat tinggal

sementara selama perawatan ketika ODHA ditolak oleh keluarga, lingkungan ataupun masyarakat dan terus melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat dalam upaya penghapusan stigma dan diskriminasi ODHA. 2. Bagi LSM atau organisasi diluar pemerintah untuk mengetahui pentingnya pendirian rumah singgah bagi ODHA sebagai sumber informasi dan tempat yang nyaman bagi mereka selama perawatan. 3. Bagi Masyarakat, agar mengetahui pentingnya rumah singgah bagi ODHA sehingga ketika masyarakat mengetahui ada rumah singgah untuk ODHA disekitarnya, agar tidak melakukan pengusiran ataupun penolakan terhadap keberadaan rumah singgah tersebut. 4. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan HIV/AIDS.