BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG Denpasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. No. Responden : Tanggal : Usia : Jenis Kelamin : L / P

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN INTERPRETAS RADIOGRAFI KELAINAN DALAM RONGGA MUL

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL SEBENARNYA DENGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL PADA PERHITUNGAN DIAGNOSTIC WIRE FOTO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

26 Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata,

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif.subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya tadi. 9 Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 10 Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). 9,10 Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. 9 Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu: 9,10 1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini diartikan sebagai

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas. 9,10 2.2 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan penyakit dalam rongga mulut seperti karies, penyakit periodontal dan kelainan patologis lainnya yang ada pada rongga mulut. Dalam penatalaksanaan perawatan gigi, sangat baik jika dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi sehingga tahapan dalam pengobatan bisa berjalan sebaik mungkin. 1,11,12 Radiografi kedokteran gigi memiliki banyak kegunaan diantaranya: 4 1. Untuk mendeteksi lesi. 2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit. 3. Untuk melihat lokasi lesi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.

5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma. 7. Sebagai dokumentasi dan rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu. 2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu: 2,4 A. Radiografi intra oral Radiografi intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya.pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi.pada radiografi intra oral film diletakkan didalam mulut pasien. Tipe-tipe radiografi intra oral secara umum: 2 1. Periapikal radiografi Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown and root) serta jaringan disekitarnya. Indikasi utama dalam menggunakan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi dari apikal, menilai status periodontal, untuk melihat kondisi trauma pada gigi dan tulang alveolar, untuk melihat adanya gigi yang belum erupsi serta posisinya, untuk melihat morfologi dari bentuk akar sebelum dilakukan pencabutan, observasi pada perawatan endodontik,dan lain-lain. 4 2. Interproksimal radiografi (Bitewing radigrafi) Bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Film yang dipakai adalah film khusus. 2 Indikasi utama dalam penggunaan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini), untuk menilai kondisi crest alveolar anatara dua gigi untuk memantau perkembangan karies gigi, untuk menilai kondisi dari restorasi serta untuk menilai status periodontal. 4 3. Oklusal radiografi Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus. 2,4 Oklusal radiografi digunakan dengan tujuan melihat: Lokasi akar gigi. Lokasi supernumerary,tidak erupsi, atau gigi yang impaksi. Salivary stone di saluran kelenjar submandibular. Evaluasi dari perluasan lesi seperti kista, tumor atau keganasan di mandibula dan maksila.

Evaluasi basis sinus maksilaris. Evaluasi fraktur di maksila dan mandibula. Pemeriksaan daerah cleft palate. Mengukurperubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. B. Radiografi Ekstra Oral Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film berada diluar mulut. 2 Tipe radiografi ekstra oral yaitu; panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, postero-anterior, proyeksi submentovertec, proyeksi waters dan lain-lain. 2,4 Panoramik merupakan tipe dari radiografi ekstra oral yang paling banyak digunakan. 2,3,4 2.4Radiografi Panoramik Radiografi panoramik, disebut juga pantomography atau dental panoramic tomography, merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya. 4,13 Teknik ini adalah variasi kurvilinier dari tomografi konvensional dan berlandaskan pada prinsip pergerakan resiprokal sumber sinar-x dan sebuah reseptor gambar di sekitar point sentral, disebut image layer, yang menjadi lokasi objek berada. Objek pada bagian depan atau belakang layer tidak tertangkap dengan jelas karena pergerakannya relatif menuju pusat rotasi reseptor sinar-x. 13 2.4.1 Kriteria Penggunaan Radiografi Panoramik Kriteria-kriteria yang direkomendasikan untuk penggunaan radiografi panoramik pada praktik kedokteran gigi dalam situasi sebagai berikut: 4 a. Lesi tulang atau gigi yang tidak erupsi dimana ukuran dan posisinya tidak dapat terlihat oleh radiografi intra oral. b. Bagian dari pemeriksaan tulang alveolar pada periodontitis dengan poket lebih dari enam mm. c. Penilaian sebelum dilakukannya intervensi bedah. d. Bagian dari penelitian ortodonti dimana secara klinis dibutuhkan pernyataan mengenai pertumbuhan gigi dan ada atau hilangnya gigi. Hal ini berguna sebagai kriteria klinis pemilihan pasien, bukan sebagai pemeriksaan rutin.

Sebagai tambahan penggunaan radiografi panoramik di rumah sakit berguna untuk menilai: a. Fraktur di seluruh bagian mandibula kecuali regio anterior. b. Penyakit pada antral, khususnya bagian dinding dasar, dinding posterior dan dinding media. c. Penyakit destruktif pada permukaan artikular sendi temporomandibular. d. Penilaian tinggi vertikal tulang alveolar sebagai bagian dari perencanaan praimplantasi. 2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah mengulas secara luas tulang-tulang wajah dan gigi, dosis radiasi yang rendah dan waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar 3-4 menit, termasuk waktu memposisikan pasien dan waktu pemaparan. 13 Kelebihan lainnya dari radiografi panoramik adalah: 4 a. Gambaran area yang luas dan seluruh jaringan ditampilkan. b. Radiografi panoramik dapat dengan mudah dipahami pasien, sehingga bermanfaat menjadi sarana edukasi bagi pasien. c. Pengambilan posisi relatif sederhana. d. Pandangan keseluruhan rahang memberikan penilaian cepat pada penyakit, bahkan mungkin penyakit yang tidak dicurigai sebelumnya. e. Pandangan kedua sisi mandibula dalam satu film bermanfaat dalam menilai fraktur dan cukup nyaman dilakukan pada pasien yang terluka atau sakit. f. Dinding dasar antral, juga dinding posterior dan media dapat terlihat dengan baik. g. Kedua prosesus kondiloideus dimunculkan dalam satu film sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan. h. Dosis radiasinya hanya sekitar seperlima dari survei full mouth radiografi intra oral. Kekurangan utama dari radiografi panoramik adalah bahwa gambar tidak menunjukkan detail anatomi yang baik seperti pada radiografi intra oral, sehingga tidak cocok untuk mendeteksi lesi karies yang kecil, struktur marginal jaringan periodonsium, atau penyakitpenyakit periapikal. Terkadang ada jaringan yang overlap, seperti servikal tulang belakang, dapat menyembunyikan lesi-lesi odontogenik, khususnya pada daerah insisal. 13

Kerugian lain dari radiografi panoramik dapat diuraikan dalam poin-poin sebagai berikut: 4 a. Gambaran tomografi ini hanya menampilkan satu bagian dari pasien, sehingga struktur atau kejanggalan yang tidak mencolok tidak terlihat jelas. b. Jaringan lunak dan rongga udara dapat terhalangi oleh jaringan keras. c. Bayangan artefaktual dapat menghalangi gambaran struktur yang penting. d. Penggunaan indirect-action film dan intensifying screen menghasilkan penurunan kualitas gambar tapi resolusinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan digital imaging receptor. e. Teknik ini tidak cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena panjangnya siklus pemaparan. f. Beberapa pasien tidak dapat menyesuaikan diri sehingga beberapa struktur dapat keluar dari fokus. g. Pergerakan pasien selama pemaparan dapat menyebabkan distorsi sehingga menyulitkan interpretasi. 2.4.3 Anatomi Normal Rahang Atas Pada Radiografi Panoramik Secara garis besar yang termasuk kedalam struktur anatomi normal rahang atas pada radiografi panoramik adalah: batas kortikal maksila, termasuk posterior borderdan ridge alveolar, fisura pterygomaksilaris; sinus maksilaris; kompleks zygomatikus, termasuk pinggiran lateral dan inferior orbita, prosesus zygomatikus, dan bagian anterior arkus zygomatikus; nasal cavity dan conchae, gigi geligi maksila dan tulang alveolar. 13 Struktur- struktur anatomi normal rahang atas dan rahang bawah dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Struktur anatomi pada radiografi panoramik 2 Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 4a. Dinding sinus maksilaris 5.Prosesus palatinus, 6.Kanal insisivum, 7.Arkus zigomatikus, 8.Spina angular, 9.Prosesus kondilus mandibula, 10.Prosesus koronoid mandibula, 11.Tuberositas maksila, 12.Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14.Fossa glenoidalis, 15.Prosesus styloid, 16.Prosesus mastoid, 17.Oblique ridge of the mandible, 18.Foramen mandibula, 19.Kanal mandibula inferior, 20.Foramen mentalis, 21.Tuberkel genial, 22.Inferior border of the mandible, 23.Sudut mandibula, 24.Panorex chin rest, 25. Middle cranial fossa, 26. Hamulus 2.4.3.1 Rongga Orbita Pada gambaran radiografi panoramik, beberapa atau semua bagian dari rongga orbita dapat terlihat. Rongga orbita berfungsi sebagai tempat untuk bola mata yang dikelilingi oleh ridges untuk melindungi mata. Secara radiografi orbit tampak sebagai ruang radiolusen berbentuk lingkaran yang terletak lebih superior dari sinus maksilaris dan dikelilingi oleh garis radiopak yang tipis. Umumnya hanya setengah sampai sepertiga bagian bawah orbit yang terlihat. Ridge yang terletak dibawah orbit disebut ridge infraorbital, yang paling sering muncul pada gambaran panoramik. 14

Gambar 2. Rongga orbita pada radiografi panoramik 14 2.4.3.2 Sinus Maksilaris Sinus maksilaris berbentuk seperti piramida, yaitu rongga yang berisi udara yang menempati sebagian besar rahang atas gigi posterior pada setiap sisi. Sinus maksilaris juga terletak pada setiap bagian samping dari fossa hidung, dan meluas sampai bagian dekat akar gigi rahang atas bagian posterior. 13,14 Pada gambaran radiografi, sinus maksilaris tampak sebagai area radiolusen yang dibatasi oleh garis radiopak tipis. Walaupun penting untuk membandingkan bagian kanan dan kiri dari sinus maksilaris ketika mencari kelainan, penting untuk diingat bahwa sinus sering tampak tidak simetris terhadap bentuk dan ukuran. 13 2.4.3.3 Fossa Nasal Fossa nasal disebut juga nasal cavity adalah saluran udara dari hidung dimana gambaran radiografi panoramik terlihat dengan jelas ruang terbuka di daerah hidung, yang merupakan lekukan lubang hidung.terdapat dua ruang atau fossa yang dibatasi oleh midline. Garis radiopak yang sama menggambarkan batas lateral dari fossa nasal dan anterior dari sinus maksilaris. Septum nasal adalah dinding tulang yang tipis pada garis tengah wajah yang memisahkan antara kanan dan kiri dari fossa nasal. Septum nasal tidak selalu lurus atau simetris. 14

2.4.3.4 Arkus Zigomatik Pada gambaran radiografi panoramik, arkus zigomatik biasanya tampak sebagai radiopacity yang berbentuk segitiga yang memanjang dekat dari daerah posterior sinus maksilaris sampai ke sudut atas gambaran radiograf.kepadatan arkus zigomatik cukup homogen. Sutura zigomatiko-temporal terlihat pada daerah ini sebagai garis radiolusen yang dapat terlihat seperti garis fraktur pada arkus zigomatik. 14 2.4.3.5 Dinding Sinus Maksilaris Gambaran radiografi panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen.pada area apeks premolar dan molar rahang atas terlihat garis radiopak tulang kortikal yang merupakan dinding dari sinus maksilaris.perluasan dinding dari sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar dua sampai molar dua. Bila sinus besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar satu sampai lebih dari molar tiga rahang atas. 14 2.4.3.6 Inferior Nasal Concha Inferior nasal concha meluas secara horizontal sepanjang dinding lateral nasal cavity.inferior nasal concha memiliki dua permukaan, dua dinding dan dua ektremitas. Permukaan lateral berbentuk konkaf dan membentuk bagian dari inferior meatus. 15 2.4.3.7 Tuberositas Maksila Pada gambaran radiografi panoramik, bagian ujung distal dari tulang alveolar rahang atas dan ujung paling distal dari molar adalah eminensia tulang yang berbentuk bulat yang disebut dengan tuberositas maksila. Gambaran radiografi dari tuberositas maksila adalah radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas. 14

Gambar 3.Tuberositas maksila pada gambaran radiografi panoramik 14 2.4.3.8 Prosesus mastoid Secara umum prosesus mastoid memberikan gambaran berisi air cells. Pada gambaran radiografi panoramik air cells ini meluas ke lengkungan zigomatik sampai ke eminensia artikularis. Bagian anterior dari prosesus mastoid terkadang terlihat dari gambaran panoramik pasien anak, karena pada pasien anak scan panoramik dapat mengambil gambar lebih ke distal dari sendi temporomandibular, sehingga prosesus mastoid pada bagian anterior dapat terlihat. 14

Gambar 4.Prosesus mastoid pada gambaran radiografi panoramik 14 2.4.3.9 Prosesus styloid Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia. Prosesus styloid terlihat radiopak dari gambaran radiografi panoramik. 14 2.4.3.10 Spina Angular Pada gambaran radiografi panoramik spina angular diproyeksikan pada bagian posterior dari greater wing tulang sphenoid pada kedua sisi, terletak pada posterolateral dari foramen spinosum. Spina angular dapat memberikan perlekatan pada ligament sphenomandibular. 14 2.4.4 Interpretasi Patologi pada Radiografi Panoramik Radiografi panoramik sangat berguna dalam memeriksa daerah rahang yang tidak dapat digambarkan dengan radiografi intraoral, seperti sendi temporomandibular dan daerah molar ketiga.karena distorsi dan tampilan dua dimensi yang terbatas, sendi temporomandibular tidak dapat dinilai secara rinci, bagaimanapun juga gambaran secara umum selalu menunjukkan kelainan mayor yang jelas.dalam penilaian lesi yang terletak pada rahang, penting untuk memeriksa seluruh batas yang tercapai oleh gambaran radiografi panoramik.biasanya lokasi,

pinggiran dan bentuk, serta kepadatan internal dan efek pada struktur disekitar lesi pada rahang dapat dinilai dari gambaran radiografi panoramik. Namun hal ini juga dibatasi oleh berbagai superimposisi yang diproyeksikan pada gambar, terutama pada sinus maksilaris dan daerah palatum. 3,16

2.5 Kerangka Teori Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi Intraoral Radiografi Ekstraoral Periapikal Bitewing Oklusal Panoramik Lateral Jaw Posteroanterior Chepalometrik Proyeksi Waters Rahang Atas Rahang Bawah

2.6 Kerangka Konsep Baik Radiografi panoramik Pengetahuan Anatomi normal Rahang Atas dari gambaran Panoramik Sedang Rongga orbita Kurang Sinus maksilaris Fossa Nasal Arkus zigomatik Dinding sinus maksilaris Inferior nasal concha Tuberositas maksila Prosesus mastoid Prosesus styloid Spina angular